❄️Happy Reading❄️
Bulan Desember telah menunjukkan presensinya dalam dunia pertanggalan. Butiran salju yang turun, sudah jelas menegaskan kalau musim dingin sedang terjadi di penjuru negeri.
Lalice Han, gadis itu menatap ke arah luar jendela rumah dengan senyuman. Ia menggenggam erat pegangan kursi yang didudukinya. Matanya berkaca, menyiratkan kesenduan yang mendalam.
"I want to go outside." Lalice berujar lesu, dengan suara parau yang terdengar seperti kehilangan semangat hidup.
Ia menunduk. Lantas mengusap pelan pipinya yang sudah basah entah sejak kapan. Gadis itu berusaha menenangkan diri. Lalice mengambil napas berulang kali.
Hatinya selalu saja berdenyut ngilu, kala kembali mengingat sebuah fakta. Namun meski demikian, jauh dalam batinnya, ia masih memikirkan orang lain yang selama ini teramat baik terhadapnya. Tidak, Lalice tidak akan menyerah. Ia bersumpah untuk tetap bertahan walau seluruh dunia menghinanya.
Sang ibu---Sohee---memandang nanar anak gadisnya tersebut. Ia berhela, turut merasa sedih dengan apa yang Lalice terima.
Lalice pasti kuat. Itulah yang selalu Sohee percaya. Memang sudah sangat sulit. Keadaannya telah berbeda. Semuanya berubah dengan begitu cepat. Dan Sohee pun benar-benar tak ingin mengingatnya lagi.
Sebuah kecelakaan terjadi beberapa hari lalu. Meruntuhkan dunia mereka hanya dalam sekejap. Sang suami, sekaligus ayah bagi Lalice, pergi meninggalkan mereka ke surga sana.
Mungkin itu bukanlah hal yang teramat berat untuk Sohee. Ia masih bisa menata kembali kehidupannya, meski pujaan hatinya telah tiada. Tetapi Lalice? Tidak mudah, bukan? Sohee bahkan sampai tak tega menyaksikan gadis itu menangis setiap ada kesempatan.
Sohee menyesal. Ia terlalu sibuk selama ini. Ia kurang memperhatikan sang putri, hingga tak tahu tumbuh-kembang Lalice dengan baik.
Mereka jadi tidak dekat, dan Sohee benci itu. Ia ingin sekali memeluk Lalice, memberikan kehangatan dan ketenangan. Ia juga ingin menghapus air mata Lalice, menghiburnya agar dapat kembali ceria seperti semula. Namun, Sohee terlalu malu. Rasanya ia tak punya muka untuk ditampakkan pada Lalice.
Lalice itu anak ayahnya. Ia selalu bermain dengan sang suami selama ini, bukan dirinya.
Tetapi sebagai seorang ibu, jiwa Sohee sudah memberontak. Lalice butuh sandaran. Tak seharusnya ia ragu.
Alhasil, Sohee memutuskan untuk menghampiri anak gadisnya tersebut. Ia memberanikan diri, dengan harapan Lalice akan memaafkan semua kelalaiannya. Sohee berjanji dalam hati, ia tidak akan mengulang kesalahannya lagi. Tidak, tidak akan pernah.
Sohee mengelus lembut surai sang putri, membuat gadis itu tersentak. Sohee lantas tersenyum, sedikit bercampur pedih. Lalice ternyata sangat cantik, ia kemana saja selama ini.
"Ibu..."
Sohee menggigiti bibir bawahnya, mati-matian menahan agar tidak menangis mendengar suara bergetar Lalice. Kemudian ia berjongkok, menyamakan tinggi dengan gadis di hadapannya.
Sohee mengambil salah satu tangan Lalice untuk digenggamnya. Ia juga sedikit menunduk, tak sanggup melihat wajah putus asa dari perempuan muda itu.
"Maafkan Ibu, Nak. Ibu benar-benar buruk," ucapnya yang sudah terisak. Ia benar-benar tak mampu lagi menyaksikan keadaan Lalice seperti sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Before You Sleep || Hunlice ✓
Fanfic"Maaf, aku salah sambung." ~ Oh Sehun "Tak apa. Aku justru senang kau menghiburku. Terus hubungi aku, sebelum kau tidur." ~ Lalice Han