AF#02

37 11 4
                                    

Permintaan maaf seharusnya bukan hanya ucapan, tetapi sebuah ungkapan tulus dari hati dengan rasa menyesali apa yang telah kita lakukan
-Author

Happy reading

Pagi ini, ah tidak, mungkin subuh. Aqilla sudah bersiap dengan baju seragam dan jaket nya. Ia berjalan kearah kamar bunda nya

Tok tok tok

Pintu terbuka, dan tampak lah sosok Siska dengan mukena yang masih melekat di tubuhnya

"Loh? Kamu mau kemana?"Siska mengernyitkan dahi nya kala melihat putri semata wayangnya sudah rapi dengan seragam nya

"Mau sekolah"

"Jam segini? Ini masih terlalu pagi, sayang"

"Qilla mau ke makam Bella, udh beberapa hari nggak kesana"

"Sepagi ini?"

Aqilla mengangguk, "supaya Qilla nggak telat sekolah"

"Mau di antar?"tawar Siska

"Nggak usah bunda, Qilla udah pesan ojek online kok"tolak nya

"Yasudah, hati-hati di jalan."pesan Siska

"Iya"ucap nya sambil menyalimi tangan Siska

———————

BELLA NANDITA

Nama itu terpampang jelas di batu nisan yang ada di depan Aqilla, ia berjongkok lalu mengelus batu nisan milik sahabat nya

"Hai, Bella. Apa kabar? Semoga baik-baik aja ya"Aqilla tersenyum sambil menaburkan bunga yang ia beli di perjalanan tadi

"Gue mau curhat, boleh?"tanya nya

"Lo tau? Vani, Dira, Arka dan Azka udah nggak sama gue lagi. Mereka marah sama gue. Kata mereka, gue yang menyebabkan lo meninggal. Dan itu kenyataan kan?. Gue nggak punya sahabat lagi, gue nggak punya temen curhat lagi. Gue nggak mau merepotkan bunda, bunda udah terlalu banyak bantu gue. Bunda udah ngurus gue semenjak ayah gue meninggal. Kalo nggak ada mereka, siapa yang bisa jadi tempat curhat gue?"Aqilla berbicara seakan-akan Bella bisa mendengar nya

Aqilla melirik jam di pergelangan tangan nya, sudah pukul setengah tujuh ternyata

"Gue berangkat ke sekolah dulu ya, gue akan kesini lagi kok."

——————

2 minggu setelah kematian Bella, keadaan tetap sama. Vani, Dira, Arka dan Azka tidak lagi bersama Aqilla. Semuanya terasa jauh berbeda, tak ada lagi canda tawa diantara mereka. Mereka seperti orang asing saat disekolah, dekat dimata namun terasa jauh.

Tak ada lagi senyuman di wajah Aqilla, mungkin merenung menjadi kebiasaan nya sekarang, seperti saat ini, ia tengah melamun.

"Awwss"rintih Aqilla. Sebuah surat mendarat di kepalanya

Dari : Vani
Untuk : Qilla

Lo mau gue maafin lo kan? Gue, Dira, Arka dan Azka udah sepakat mau maafin lo. Temuin kita di belakang sekolah.

Sebuah senyum terbit di wajah Aqilla, ia berlari ke arah belakang sekolah. Saat ini adalah jamkos, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dan benar saja, ada teman temannya sedang menunggu

"Vani"

"Dira"

"Arka"

"Azka"Aqilla berjalan kearah teman temannya

Mereka membalikkan badannya, dan tersenyum, "hai Qilla"ucap Arka,"lama ya nggak ketemu"lanjut nya

"Hai"canggung, satu kata yang mewakili mereka saat ini

Amigo FalsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang