Aku berjalan menyusuri rumah sakit, seperti biasa aku adalah salah satu tenaga medis di rumah sakit ternama di Jakarta khusus ahli bedah dengan gelar S2 ku, hari ini aku kembali menyelesaikan oprasiku dan seperti biasanya hasil oprasi ku selalu lancar dan tidak perna mengalami suatu yang tidak di inginkan, setelah menyelesaikan oprasi ku aku berniat untuk kembali keruanganku dan kali ini aku melewati ruang khusus VIV entah kenapa tetapi aku langsung menghentikan langkahku saat indra pendengaranku menangkap ada suara bising seperti amukkan dari salah satu kamar, disana aku melihat sebuah ruangan yang sangat kacau dengan berbagai peralatan rumah sakit yang tidak terbilang murah dibanting dengan kasar oleh sosok yang sekarang masih duduk di atas ranjang rawat rumah sakit dengan darah yang sudah menetes di tangannya dan dapat juga kulihat seorang perawat berdiri dangan gemetar mungkin terkejut namun masih berusaha untuk tetap tenang. Sedangkan sosok itu masih dengan amukanya membanting semua benda yang dapat ia jangkau dengan berapa perawat lain yang mencoba menenangkan sosok itu, aku yang masih berdiri di pintu kamar rawat itu sontak tertegun saat mata elang keemasan miliknya menatap ku tajam seperti akan menelanku bulat-bulat tetapi bukanya merasa takut aku malah balas menatapnya dan tanpa ku sadari tubuhku malah tertarik masuk kedalam ruangan yang sangat kacau itu seperti ada magnet yang menarik ku ke sana.Aku mengalikan pandangan ku karna tidak tahan dengan tatapan matanya yang membuatku merasa di selubungi dan beralih menatap Suster Mari yang entah sejak kapan sekarang sudah memegang suntikan yang aku yakini berisi cairan obat penenang atau pun bius.
"Suster ada apa ini?" Tanyaku pada Suster Maria.
Aku meraih suntikan dari tangan suster Maria dan meletakkannya di atas nakas, kemudian beralih pada tangan sosok pria bermata elang keemasan yang sampai sekarang masih menatapku, "Suster, bisa kamu bantu saya."
Mengetahui kode yang aku berikan Suater cantik itupun mengangguk, aku mulai meraih tangan kokoh yang masih di lumuri darah itu dan mulai membersikan serta mengobatinya, bisa ku lihat tatapan elangnya masih setia menatapku yang membuat ku risih merasa tak nyaman tetapi masih coba ku tutupi dan aku juga dapat merasakan tidak ada perlawanan sedikitpun ia hanya diam tidak melakukan pergerakkan apapun saat aku mencoba mengobatinya.
"Suster biar aku yang tangani, bisa tolong kau urus kekacauan ini," Ujarku pelan hampir berbisik pada Suster Maria saat aku selesai mengobat pria itu dan mendekatinya, dengan patuh ia pun membalas ucapaku dengan anggukan.
Sekarang aku duduk disisi ranjang menyuapinya makanan dari rumah sakit dan pria yang tidak ku ketahui namanya ini hanya mengikuti dengan patuh tanpa berkata apapun layaknya seorang robot, awalnya setelah membersihkan lukanya dan memeriksa kembali keadaanya aku akan pergi tetapi niat itu ku urungkan saat melihatnya sudah akan kembali memamuk saat Suster Maria akan membantunya untuk makan, karna takut ia mengamuk dan kembali mengacaukan seisi rungan ini jadilah aku tetap disini membantunya memakan bubur yang tadi di siapkan Suster Maria dan obatnya.
Setelah membantunya makan dan meminum obat aku langsung beranjak tetapi sebelum itu aku menyempatkan untuk menyuruhnya beristirahat, tetapi melihat ia hanya diam saja aku pun memberanikan diri membaringkanya dan menyelimutinya dengan selimut yang di siapkan rumah sakit yang mungkin cukup nyaman setelah itu aku pun langsung beranjak saat mata elang keemasan itu sudah di tutupi oleh kelopak mata yang di hiasi bulu mata lentik dan tebal miliknya, ah aku bahkan tidak tau cara menggambarkan sosok pria yang sudah tertidur di hadapanku ini.
"Astagfirullah," Aku langsung beristigfar saat menyadari pandangaku yang terlalu berlebihan karna takut akan otakku yang tidak bisa terkordinir ini akupun memilih untuk pergi.
Namun sebelum aku sempat menjauh dari ranjang aku di buat terkejut saat sebuah tangan kokoh meraih tanganku membuat jantungku langsung berdesir saat tangan yang aku yakini milik pria misterius itu menyentuh kulitku, tak sampai di situ keterkejutanku semakin bertambah saat satu kalimat singkat penuh arti keluar dari bibir indahnya membuat aku tidak tau harus bereaksia apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Belongs You? [On Going]
RomanceA bond that begins with doubt and is full of secrets. Takdir yang sangat membingungkan, semuanya bak drama serial yang sulit ku percaya. Mata coklat keemasan yang begitu memikat, sikap misterius yang membuat ku jatuh terjerembab dalam sebuah ikatan...