PERLAKUAN MANIS
Aku menatap pemandangan di hadapanku dengan kagum rasanya sangat indah melihat air mancur kebanggan negara ini bermain mengikuti alunan lagu yang terdengar di sekitaran kawasan air mancur. Ku tolehkan wajahku menatap pria tinggi berdarah barat yang berdiri menjulang di sebelahku.
"Kamu suka?" Tanyanya menoleh menatapku dengan manik coklat terang keemasannya. Entah kenapa menatapnya sekarang membuatku tersadar bahwa sekilas ia tampak seperti pria timur tengah. Rambut coklat, hidung runcing, pipi tirus, rahang yang tegas bahkan kulitnya yang tak terlalu putih bak pria barat pada umumnya.
"Sangat," jawabku menatap matanya. Dia menarik segaris senyum walaupun samar tapi aku tau bahwa dia sedang tersenyum padaku untuk pertama kalinya.
"Kalau kamu suka kita akan kemari lagi nanti," ucapnya membuat ku tersenyum dapat ku rasakan tangan kokohnya memeluk pinggangku yang di baluti gamis. Entah kenapa rasanya begitu nyaman saat mendapat perlakuan sederhana darinya.
Setelah melihat air terjun yang menari begitu indah di lanjutkan dengan sholat, dan makan malam. Sekarang kami sudah di dalam kamar hotel di selimuti keheningan baik aku maupun dia sibuk dengan benda elektronik kami masing-masing. Dia dengan laptopnya aku dengan ponselku. Bahkan di saat seperti ini pun dia masih sibuk bekerja.
Karna merasa sudah mulai mengantuk aku memilih meletakan ponselku dan membaringkan tubuh di ranjang tak lupa menarik selimut agar bisa menutupi tubuhku. Aku tidur dengan memunggunginya bukan sedang kesal atau merajuk seperti istri pada umumnya tapi begini lebih nyaman menurutku dari pada tidur menghadap ke arahnya. Namun saat aku mulai memejamkan mata dapat ku rasakan sebuah tangan kokoh menyelinap masuk ke dalam selimut yang tadinya menutupi tubuhku dan menarik pinggang ku pelan. Tubuhku otomatis berputar menghadapnya saat mendapat tarikan pelan dari tangannya. Ia memelukku, memasukan ku ke dalam dekapan hangatnya yang terasa sangat nyaman.
Hal itu tak ku sia-siakan begitu saja dengan pura-pura tertidur aku mengulurkan tangan balas memeluknya memposisikan tubuhku ke posisi yang paling nyaman.
"Jangan banyak bergerak." Katanya membuat ku sontak di buat menghentikan pergerakanku. Apakah dia tau kalau aku hanya pura-pura tidur.
"Kamu lucu saat berpura-pura seperti itu." Katanya yang ku yakini sedikit bercanda namun dengan nada yang datar.
"Ck.. aku tidak berpura-pura." Kata ku akhirnya. Toh aku sudah terlanjur tertangkap basah mau apa lagi kalau tidak membantah argumennya. "Cuman kamu yang tiba-tiba menarikku membuat aku terbangun."
"Hm." Sautnya membuat ku sedikit mendongak menatap wajahnya. Matanya sudah terpejam agaknya mencoba untuk tertidur.
Melihatnya mulai tertidur aku pun mulai memejamkan mata harap-harap juga bisa ikut terlelap bersamanya.
_______
Pagi yang indah di kota Dubai setelah sholat subuh aku kembali naik ke atas ranjang dan melanjutkan tidur. Kebiasaan ku sejak dulu. Sedangkan suamiku terakhir ku lihat sebelum aku tertidur dia tampak berkutat dengan laptopnya.
Aku terbangun saat perutku terasa lapar. Ku dudukan diriku di atas ranjang mengumpulkan nyawa sembari ku tatap seorang pria yang tampak kebingungan memasang dasinya bahkan sesekali mengerut kan dahinya. Ku lihat sampai mana usaha pria itu untuk memasang dasi dan pada akhirnya ia menyerah ia kembali melepas dasinya dan meletakkannya asal di atas meja sebelum beralih pada beda pipih yang entah sejak kapan berbunyi.
Entah keberanian dari mana aku turun dari ranjang melangkah mendekatinya, meraih dasi yang sudah tergeletak tak berdaya di atas meja kemudian ku pasangkan dasi itu membuat dia yang tadinya sibuk menelepon kini menatapku dalam diam mengabaikan seseorang yang mungkin berbicara dengannya dari sebrang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
How Can I Belongs You? [On Going]
Storie d'amoreA bond that begins with doubt and is full of secrets. Takdir yang sangat membingungkan, semuanya bak drama serial yang sulit ku percaya. Mata coklat keemasan yang begitu memikat, sikap misterius yang membuat ku jatuh terjerembab dalam sebuah ikatan...