Wisuda

15 4 2
                                    

Hai readers! Balik lagi sama aku di lapak ini. Jangan lupa tinggalin jejak ya😚


"Ra, gak nyangka ya hari ini kita udah mau wisuda!" Gista berseru senang.

Aku mengangguk senang.

Akhirnya, masa-masa membosankan di sini akan segera berakhir. Semoga di SMA nanti aku bisa mendapat sahabat.

Malam ini, aku dan Gista sudah berada di gedung serbaguna sekolah kami. Untuk apa? Ya untuk merayakan wisuda kami lah.

"Ra, sumpah lo cantik banget deh! Liat tuh sampe cowok-cowok gak kedip liat lo!" seru Gista lebay.

"Apaan sih lo. Gue biasa aja kali, masih cantikan juga elo," aku berusaha merendah.

"Lo tuh ya dibilangin gak percaya! Ngaca tuh!" Gista mendorongku ke arah kaca besar di belakang gedung serbaguna.

Aku menatap pantulan di cermin.

Ini.... betulan aku? Cantik banget.

"Kan yang make up-in gue elo, Gis. Pasti bagus lah," aku memuji Gista.

Dan kulihat Gista tersipu malu.

Tiba-tiba terdengar suara gumaman di sekitar kami.

"Wih, Queen emang ratu sekolah deh! Cantik banget!"

"Gila itu bidadari darimana? Neng, jadi pacarku yok!"

"Gila sih Queen emang cocok jadi ratu! Emang cakep!"

Dan gumaman berupa pujian lainnya.

Aku dan Gista menatap ke arah Queen yang sedang berjalan dengan anggun memasuki ruangan serbaguna. Baju yang dipakai Queen sungguh indah dan membuat lekukan tubuhnya terlihat indah. Baju itu, aku yakin harganya selangit.

"Cih, ratu bullying kayak dia masih dipuja?" hina Gista pelan.

Aku mengangguk tanpa sadar.

"Gue suka bajunya, Gis. Tapi, pasti mahal ya?" ujarku.

Gista mengangguk. Udah jelas, Queen memang orang kaya yang pasti mampu membeli apapun.

Queen dan antek-anteknya berjalan anteng dan mendekati meja VIP.

Tak lama setelah mereka duduk di sana, terdengar suara kepala sekolah kami berpidato.

Sekitar 1 jam kami mendengar ceramah kepala sekolah kami, bahkan aku udah ketiduran beberapa kali. Akhirnya ceramah itu selesai dan pembagian medali dimulai. Kami semua dipanggil satu-satu untuk menerima medali dan rapot kami.

Setelah acara bagi medali dan foto kelas bersama, beberapa anak melakukan foto bersama guru-guru dan teman-teman. Kalian tanya aku sama Gista ngapain? Ya jelas, kami cuma foto sama beberapa guru dan kepala sekolah. Itu aja. Kan kita berdua gak punya temen lain hehehe.

"Ra, pulang yuk? Dah malem nih," ajak Gista dan aku setuju.

Aku segera menelpon bang Keenan untuk menjemputku.

"Lo dijemput, Gis?" tanyaku.

Gista menggeleng.

"Terus balik nya gimana? Mau bareng gue?" tanyaku lagi.

Gista menggeleng lagi.

"Lah, jawab kek. Mulut lo gak mendadak bisu kan?" godaku.

"Gue gak enak sama abang lo, Kiara. Mending gue naek taksi aja," jawab Gista akhirnya.

"Eits, bahaya. Udah gapapa kali, santai aja sama si Keenan mah. Gausah dipikirin, daripada lo gak sampe rumah hayo?" paksaku.

Gista tampak memikirkan perkataanku, dan akhirnya dia setuju.

Tak lama, bang Keenan tiba dan kami pun pulang.

"Ra, bang Keenan, makasih ya. Gista masuk dulu. See you, Ra!" ujar Gista berpamitan.

Setelah mengantar Gista, aku dan bang Keenan menuju rumah kami. Jujur, aku lelah banget hari ini.

"Cie, adek gue resmi ninggalin SMP juga!" ledek bang Keenan setelah kami masuk ke rumah.

Aku hanya mencebik kesal, bukannya gak mau bales, tapi aku udah capek banget.

"Gue ke kamar dulu, Bang," pamitku yang diangguki sama si abang Keenan.

Oke gais, aku istirahat dulu ya. Capek hehe. See you!

♤♤♤

Just An Ordinary GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang