04; id line

23 5 3
                                    

Temen, Mark Lee
.

Siang, istirahat sekolah.

Dengan langkah gontai Diana pergi ke kelas setelah setengah harian suntuk diruang sekre membahas dana dan persiapan untuk acara pelantikan OSIS yang baru.

Walaupun masih sebulan lagi, tapi banyak yang harus dipersiapkan. Pentas, upacara, petugas dan lain-lain.

Diana bergegas mengambil dompetnya didalam tas dan pergi ke kantin. Sejak tadi perutnya sudah meronta meminta makan.

"Hey Diana!"

Diana yang sedang berjalan pun menoleh, melihat siapa yang memanggilnya. Gadis itu tersenyum saat melihat pemuda itu berlari menuju arahnya.

"Oit, napa young?"
Pria bernama jung wooyoung itupun merangkul pundak sempit Diana.

"Hehe traktir dong! Lagi tiris nih akhir bulan kaga ada duit~"
Kata wooyoung sambil memelas.

"Ck, nih. Gue mau jajan pergi lu."

Wooyoung yang senang setelah diberi selembar 20 ribu itupun pergi setelah mengacak rambut Diana.

Tapi terlambat, Diana yang ingin memukul kepala temannya itu sudah berlari menghindari pukulan keras Diana.

Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya. Diam tanpa berkata apa-apa dan melanjutkan jalannya menuju ke kantin.

Setelah membeli ham sandwich dan sebotol lemonade, Diana pergi ke taman belakang untuk menikmati makanan yang sudah tadi dibeli.

Sembari mengunyah roti yang beraneka macam isi tersebut, Diana sesekali melihat-lihat murid yang sedang berlalu lalang entah menuju kelas atau kantin.

Tik tik tik

Diana mendongak keatas, melihat banyak air hujan yang menetes menyapa bumi. Diana yang menyukai hujan, tidak peduli bahwa seragamnya akan basah nanti.

Masih nyaman dengan sesuap terakhir sandwichnya, Diana membetulkan duduknya agar terasa lebih nyaman.

Puk!

Tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menepuk pundaknya. Diana lantas menoleh kesamping.

Eh, mark?

"Kenapa?"
Tanya Diana bingung.

Tanpa sepengetahuan Diana, tangan Mark yang agak terasa dingin itu mencubit pipi Diana gemas. Dengan senyum manis yang terpampang indah dipahatan wajahnya.

Mark yang langsung melepas jaketnya dan menyelimuti tubuh kecil Diana dengan jaket hitam polos tersebut.

"Lu bisa basah kalau cuma pakai seragam aja, itu pake aja dulu aja jaket gue."

Diana yang kaget pun langsung menahan tangan Mark yang hendak pergi.

"Eh gapapa? Nanti jaket lu basah, terus ntar gue kembaliinnya gimana?"
Diana yang panik langsung berdiri dan hendak melepas jaket pemberian Mark tersebut.

"Sans, ini udah makin lebat hujannya. Mending lu langsung ke kelas, ntar lu bisa sakit."

Mark yang tertawa kecil itu pun melepas tangan Diana yang tak sengaja menggegam tangannya. Sambil merapikan jaket dipundak Diana.

"Kembaliin kalau nanti pas pulang udah reda hujannya, kalau misalnya belum reda, besok aja kembaliinnya."
Kata Mark sambil tersenyum manis.

Diana yang diam mematung melihat pahatan tampan didepannya hanya bisa mengangguk bak anak anjing.

"Lucu banget sih lu."
Ucap pria yang lebih tinggi dari Diana itu sembari merapikan rambut Diana kebelakang telingan Diana.

Setelah itu, Mark pun bergegas lari sembari menarik lengan Diana untuk menuju ke kelas karena hujan sudah tidak bisa diajak kompromi lagi.

Eh?

Persetan dengan lemonade Diana yang tertinggal di kursi taman. Rona merah sudah menjalar di pipi putih Diana. Rasa malu dan berdebar aneh yang sekarang ia rasakan.

Gue kenapa anjir?

🍀

Sekarang jam pelajaran terakhir dikelas Diana. Entah mengapa guru suka sekali mengosongkan jamnya dan hanya memberi tugas.

Diana termenung. Memikirkan kejadian saat istirahat tadi.

Sial, kenapa kepikiran terus sih.

Diana yang melamun pun tak menyadari bahwa Shanon sudah duduk didepannya.

"Heh! Melamun aja lu!"
Sentak Shanon sembari menggebrak meja Diana. Diana yang tersadar pun terjengit kaget dan mengelus dadanya.

"Kenapa melamun lu? Mikirin cowo ya?!"
Ucap Shanon dengan nada tengilnya. Tak lama pandangan Shanon menjelajah meja Diana, menemukan jaket yang tak asing pada matanya.

"Wait, jaket Mark kok bisa sama lu?"

"Tadi dikasih pas gue keujanan di taman. Ngapa? Cemburu lu? Ambil aja sih balikin lagi ke dia."
Kata Diana sembari menelusuri layar instagram dan membalas Shanon acuh.

"Kita udah putus."
Jawab Shanon dingin.

"HAHHHH?!"
Diana yang kaget dengan penuturan Shanon langsung memandang jaket itu dan bergantian ke Shanon.

"Gara-gara dia sama mina ya sekarang?"
Tebakku padanya.

"Gatau, gapeduli juga gue."
Jawab Shanon yang sibuk sama dengan ponselnya.

Line!

Diana yang merasa ponselnya memberikan notif itu segera mengecek apa yang terkirim ke hpnya.

"Tuh, id line mark. Kalau mau pdkt mah silahkan."

"Eh? Kan dia sama mina?"
Diana yang bingung melihat hp nya sambil mengerutkan dahinya.

"Dulu pas gue pertama kali pdkt sama Mark juga gitu, dikasih tumpangan pas gue gaada yang jemput balik. Manatau lu juga digituin biar kalian pdkt."
Kata Shanon sambil menumpukkan kepalanya keatas meja Diana.

"Ah ga kok, ngapain juga gue sama dia. Gabutuh gue id line nya. Lagipula cowo kaya dia tuh fakboi."
Sergah Diana cepat.

Serasa tak mendapat jawaban dari Shanon, Diana melihat kearah Shanon yang sudah terlelap.

"Yeh tidur ni anak."
Kata Diana malas.

Chat ga ya? Gausah deh ntar dikata apalagi gue.

Diana pun menguatkan tekad nya untuk tak menambahkan kontak Mark yang dikirim oleh Shanon.













































LINE
Markeu🐵😃

Add back, diana

Oh, sip udah ya

Thx
Btw jaket lu kapan mau dikembaliin?

Besok aja, hujannya sampe sore kayanya

Gapapa nih?

Sans, gue mah tahan banting wkwk

Ohh oke dah sipp

Yodah, gue lanjut main dulu yak

Sip dahh wkwk sorry ganggu

No prob, sans



🥀
TBC

Temen, Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang