Plan tidak habis pikir, bagaimana Mean memintanya jadi kekasihnya. Padahal kan sudah jelas jika Plan menyukai Perth. Dan Mean menyukai Saint, dan bukan dirinya. Atau mungkin Mean sedang mempermainkannya saja.
"Kau sedang mengejekku ya karena aku tidak bisa bersama Perth," delik Plan.
"Tidak. Aku serius dan tidak sedang mengejekmu. Aku menyukaimu sejak liburan kita. Jangan tanya kenapa? Karena aku juga tidak tahu kenapa bisa hatiku yang awalnya untuk Saint jadi berbalik padamu. Yang jelas kau harus tanggung jawab karena sudah mencuri hati seorang Mean phiravich. Karena aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkan dirimu. Aku melakukannya selama dua tahun pada Saint, dan aku mungkin bisa melakukannya lebih lama padamu. Jadi bersiaplah untuk terus melihatku berada di sekitarmu setiap waktu."
"Kau benar-benar sudah gila Mean." Plan segera pergi meninggalkan Mean. Mean menatap kepergian Plan sambil tersenyum.
"Lihat saja kau akan jadi pacarku Plan."
Dan Mean melakukan apa yang dia katakan pada Plan. Hampir setiap ada waktu Mean selalu mengikuti Plan, dari mulai ke kampus, kantin, sampai ke toilet. Beruntung dia tidak mengikuti Plan sampai ke rumahnya. Plan sampai bosan saat Mean yang terus mengganggunya dan berada di dekatnya setiap waktu.
Plan sering protes dan marah-marah pada Mean, tapi si tampan tak pernah menggubrisnya dan menganggapnya angin lalu. Malahan dia sering menggoda Plan dengan mengatakan jika Plan imut saat sedang marah. Sampai akhirnya Plan membiarkan Mean, dan berusaha tidak memperdulikannya.
Sampai suatu hari Mean tidak kuliah dan tidak mengganggunya selama dua hari. Plan merasa ada yang kosong. Dia sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran Mean di sisinya. Dan saat Mean tidak ada Plan merasa ada yabg kurang.
Plan berlatih sepak bola dengan tidak semangat, bahkan saat ada Perth. Padahal biasanya dia akan penuh dengan semangat jika berlatih bola karena bisa dekat dengan Perth. Tapi entah kenapa perasaannya pada Perth seperti menguap begitu saja.
"Plan, kenapa kau lesu sekali? Pertandingan akan segera di laksanakan. Kalau latihanmu seperti ini kau tidak akan ku jadikan pemain inti, aku akan menyimpanmu di bangku cadangan," ucap Gun yang kesal.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."
"Awas saja jika besok kau seperti ini lagi, kau tidak akan ku beri kesempatan main lagi."
"Iya aku mengerti."
Perth menghampiri Plan yang sedang duduk di bangku pemain.
"Plan, kau baik-baik saja? Apa kau sedang sakit, atau ada masalah? Kau bisa cerita padaku Plan."
"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Aku hanya kurang tidur."
"Kurang tidur atau merindukan Mean? Jika rindu kau hubungi saja dia, jangan menyiksa dirimu sendiri. Aku pulang duluan."
Plan memikirkan ucapan Perth. Apakah benar dia merindukan Mean, bukankah harusnya dia senang jika Mean tidak lagi mengganggunya? Tapi kenapa Plan merasakan sebliknya. Plan merasa sedih dan juga khawatir, tapi dia tidak berani untuk menghubungi Mean secara langsung. Akhirnya Plan mencoba menghubungi Saint untuk menanyakan keberadaan Mean.
"Halo Plan, ada apa menghubungiku?"
"Aku ingin menanyakan tentang Mean, apa kau tahu kenapa Mean tida kuliah sejak kemarin?"
"Maaf, aku tidak tahu. Mean tida memberitahukan apapun padaku. Aku akan menghubunginya nanti dan menanyakannya langsung, akan ku beritahu padamu Plan."
"Baiklah Saint, terima kasih."
"Ya Plan." Saint menutup sambungan telfonnya.
"Ada apa?" Tanya Perth.
"Plan menanyakan Mean padaku."
"Sepertinya rencana kita untuk membuat mereka dekat sudah berhasil."
"Sepertinya begitu. Perth, apa tidak apa-apa aku menghubungi Mean dulu . Aku kasihan pada Plan, dia sepertinya khawatir pada Mean."
"Tentu saja boleh. Kenapa tidak, kau itu kan hanya mencintaiku, jadi tidak apa-apa jika kau mau menghubungi Mean. Aku juga kasihan pada Plan, dia kan temanku."
"Baiklah tunggu sebentar." Saint mencoba menghubungi Mean, tapi tak di angkat.
"Bagaimana?"
"Tidak di angkat. Akan ku coba lagi nanti."
~~
Malamnya Plan masih mencoba menghubungi Mean tapi tak di angkat, Saint juga tidak tahu keadaan Mean. Plan tidak tahu di mana rumah Mean, dia tidak bisa mencarinya."Dasar menyebalkan, kau selama ini selalu menggangguku. Tapi sekarang kau malah menghilang tanpa kabar dan membuat aku khawatir. Awas saja jika aku bertemu denganmu, akan ku hajar kau Mean sialan." Plan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Semoga kau kuliah besok Mean."
~~
Plan baru saja selesai kuliah, dia ingin mencari Mean tapi Plan harus latihan karena beberapa hari lagi pertandingan sepak bola antar kampus akan segera di adakan. Plan berjalan gontai ke lapangan dan bertemu teman-temannya.
"Ya ampun Plan, semangatlah sedikit. Jangan sampai phi Gun melihatmu tak bersemangat seperti ini dan mengeluarkanmu dari tim. Jangan sia-siakan kesempatanmu Plan," nasehat Best.
"Iya aku tahu, aku akan berlatih dengan baik sekarang. Aku harus bisa jadi pemain inti, jika tidak sia-sia sudah latihanku selama beberapa bulan ini," ucap Plan.
"Baguslah, ayo ganti baju. Phi Gun dan yang lainnya akan segera datang."
Mereka berdua masuk ke dalam ruang ganti dan bertemu Perth.
"Plan, kau sudah dapat kabar dari Mean?"
"Belum Perth."
"Maaf ya, Saint juga belum dapat kabar apapun darinya."
"Tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf."
"Kalau begitu aku ke lapangan duluan ya," ucap Perth. Plan hanya mengangguk dan mulai mengganti bajunya.
Plan dan yang lainnya mulai melakukan pemanasan sebelum berlatih. Plan kini lebih semangat.
Dia ingin mewujudkan mimpinya menjadi pemain bola profesional, dan ini akan jadi awal untuk mimpinya.Setelah latihan Gun mengumumkan siapa saja yang akan masuk tim inti. Tentu saja Perth menjadi nama pertama yang masuk dalam tim inti, di susul Best, dan yang lainnya. Kini tinggal satu nama yang belum di sebutkan. Plan merasa cemas, dia takut dia akan gagal. Dan saat Gun menyebutkan namanya, Plan merasa tak percaya. Perth dan Best memberinya ucapan selamat, Plan tersenyum senang dan berterima kasih pada Gun karena sudah memberinya kesempatan.
"Jangan berterima kasih padaku, ini semua karena kemampuanmu. Makanya aku, dan phi Earth memilihmu untuk jadi bagian dari tim inti. Kau harus menunjukan kemampuanmu semaksimal mungkin Plan. Jangan sampai kau mengecewakan kami, kau mengerti?"
"Aku mengerti phi."
"Kalau begitu pertemuan kita selesai. Janga lupa kita akan latihan lagi besok. Jaga stamina da kesehatan kalian."
"Baik phi." Semua orang mulai pergi ke ruang ganti.
"Plan, orang yang kau rindukan sedang menunggumu di depan," ucap Best pada Plan yang sudah berganti baju.
"Siapa?"
"Kau lihat saja sendiri."
Plan keluar dari ruang ganti dan melihat Mean yang sedang menunggunya. Ada rasa lega dan juga kesal di hati Plan.
"Kau merindukanku?" Tanya Mean sambil tersenyum.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
Подростковая литератураMean menyukai Saint, sedangkan Plan menyukai Perth. Akhirnya saat mengetahui Perth dan Saint berpacaran. keduanya memutuskan untuk mengganggu hubungan Perth dan Saint.