part 7

467 45 2
                                    


"Plan, orang yang kau rindukan sedang menunggumu di depan," ucap Best pada Plan yang sudah berganti baju.

"Siapa?"

"Kau lihat saja sendiri."

Plan keluar dari ruang ganti dan melihat Mean yang sedang menunggunya. Ada rasa lega dan juga kesal di hati Plan.

"Kau merindukanku?" Tanya Mean sambil tersenyum.

~~
Plan menatap kesal ke arah Mean. Dia segera menghampiri Mean dan memukul kepalanya dengan cukup keras sampai membuat Mean mengaduh kesakitan.

"Kenapa kau memukulku?"

"Rasakan, kau sangat menyebalkan. Kau itu kemana saja? Setelah lama menggangguku tiba-tiba saja kau menghilang.."

"Maaf, aku harus pergi dengan ayahku. Ayahku memintaku menemaninya ke Phuket untuk bertemu rekan bisnisnya. Aku tidak sempat memberitahumu ataupun temanku yang lain."

"Terserah." Plan pergi meninggalkan Mean. Bukan karena dia marah, tapi dia sebenarnya lega karena kekhawatirannya sudah hilang setelah melihat Mean baik-baik saja. Plan hanya gengsi untuk mengakui perasaannya, yang entah sejak kapan berubah pada Mean. Dia tidak pernah lagi ingat tentang Perth, ataupun sedih saat melihat kemesraan Perth dan Saint. Yang selalu memenuhi pikirannya selalu tentang Mean, dan Plan malu untuk mengakuinya.

Mean melihat Plan yang pergi dan segera menyusulnya.
"Kenapa pergi? Kau marah padaku?"

"Tidak, aku tidak marah."

"Kalau begitu jangan pergi."

Plan akhirnya tidak pergi dan menatap Mean kesal.

"Ayo kita makan, kau pasti lapar setelah seharian berlatih sepak bola."

"Baiklah, aku juga lapar."

Mean tersenyum dia membawa Plan ke cafe yang tak jauh dari sekolah.

"Plan, kau sibuk tidak akhir minggu ini?"

"Entahlah, memangnya kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu pergi berdua sebelum aku memulai pertandingan basket antar sekolah."

"Akan ku beri tahu nanti, aku ada waktu atau tidak."

"Ku harap kau ada waktu, karena saay pertandingan nanti aku pasti sibuk dengan latihanku. Dan kau juga dengan sepak bolamu, selagi kita ada waktu aku ingin menghabiskannya denganmu."

"Apa kau seperti ini juga pada Saint?" Tanya Plan penasaran. Dia ingin tahu apa Mean juga memperlakukan dia sama dengan Saint.

"Tidak, Saint sibuk menghindariku dan menolakku. Dan kami juga sama-sama sibuk. Aku tidak pernah memintanya untuk pergi bersamaku, karena aku yakin dia akan menolak. Kenapa kita jadi membahas Saint, apa kau cemburu padanya?"

"Cemburu kepalamu, aku kan hanya ingin tahu saja. Siapa tahu kau itu pria playboy yang suka mengajak sembarangan orang pergi."

"Tentu saja tidak, selama hidupku aku hanya menyukaimu dan juga Saint. Tidak ada yang lain, lagipula aku tidak suka bersama orang yang tidak aku sukai  karena itu hanya membuang waktuku saja. Aku juga bukan tipe orang yang suka berkencan dengan sembarangan orang, karena aku di ajarkan oleh orangtuaku untuk tidak mempermainkan perasaan siapapun karena itu hanya untuk seorang pengecut. Dan sebagai informasi tambahan aku ini masih perjaka, jadi hilangkan pikiran burukmu tentang diriku karena aku pria baik-baik dan bertanggung jawab pada diriku sendiri."

"Kenapa membahas tentang keperjakaan segala, dasar."

Mean tersenyum saat melihat wajah Plan yang memerah. Dia hanya ingin Plan tahu dia bukan pria brengsek seperti kebanyakan pria tampan lainnya.

Usai makan, Mean mengantar Plan ke rumahnya. Rumah yang sederhana tapi terasa nyaman dan hangat. Mean bisa melihat ibu Plan sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.
Dia dan Plan keluar dan Mean menyapa ibu Plan dengan sopan.

"Kau bawa teman, dia sangat tampan. Apa dia pacarmu Plan?" Tanya sang ibu.

"Bukan mae, dia temanku," jawab Plan malu. Bagaimana bisa sang ibu bicara seperti itu di depan Mean.

"Saya calon pacarnya bibi," ucap Mean tiba-tiba. Membuat Plan terkejut, begitupun dengan ibunya.

"Wah mae sangat senang jika Plan memiliki pacar yang sangat tampan sepertimu. Tapi kau harus serius pada Plan ya, jika tidak ayahnya akan mengamuk jika sampai kau menyakiti putra kesayangannya."

"Jangan khawatir bibi, aku tidak akan menyakiti Plan."

"Aku senang mendengarnya. Masuklah, nanti kita makan malam bersama ya. Sekalian kau bertemu dengan ayah Plan."

"Baik bibi, kalau begitu saya permisi dulu." Mean mengikuti Plan ke kamarnya.

"Mean, apa yang kau katakan pada ibuku?"

"Memangnya kenapa? Aku memang tidak akan membiarkan putranya terluka. Karena aku sudah sangat jatuh cinta padanya," ucap Mean dengan mantap. Mau tak mau membuat wajah Plan bersemu merah.

"Aku tak menyangka ibumu akan menerimaku semudah itu. Karena kau tahu sendiri kan jika hubungan seperti kita banyak juga yang menentang."

"Ibuku selalu terbuka dengan apapun, jadi tak ada masalah."

"Lalu bagaimana dengan ayahmu? Apa dia juga baik seperti ibumu?"

"Kau bisa menilainya nanti setelah kau bertemu dengan ayahku."

"Ku harap dia baik juga seperti ibumu."

~~
Malamnya Mean makan malam bersama keluarga Plan, dan dia baru tahu jika ayah Plan ternyata sangat tampan dan gagah. Ayah Plan bernama Porsch, seorang gendral manager di kantornya. Mean agak sedikit ciut saat pertama kali bertemu dengannya. Tapi untung saja semua yang ia takutkan tidak terjadi, karena ayah Plan ternyata ramah dan baik seperti ibunya. Tak heran jika Plan juga punya sifat yang baik dan ramah pada semua orang.

"Jadi, kau sudah berpacaran dengan Plan?" Tanya tuan Porsch pada Mean.

"Belum paman, putra anda masih belum mau jadi pacar saya. Saya masih berusaha paman," jawab Mean.

"Ya, dia memang sulit di dekati sama seperti ibunya. Aku juga sangat lama berjuang untuk mendapatkan hati ibu Plan. Tapi paman bisa jamin Plan akan sangat mencintaimu jika dia suda membuka hatinya padamu. Jadi paman harap kau tidak akan menyakiti ataupun mempermainkan Plan ke depannya."

"Paman tenang saja, saya tidak akan melakukan itu. Saya akan menjaga Plan seumur hidup saya."

"Aku suka jawabanmu." Mereka mulai terlihat akrab sementara Plan hanya diam sambil mendengarkan obrolan mereka yang tak jauh-jauh dengan cerita dirinya dan sang ibu. Ayahnya benar-benar menceritakan semua hal tentang Plan pada Mean. Dan Mean tentu saja senang mendengarnya. Dia senang bisa mudah akrab dengan ke dua orang tua Plan.

Usai makan malam Mean pamit pada Plan dan orang tuanya, dan kembali pulang ke kediamannya.

~~
Akhir minggu tiba, Mean sudah bangun sejak pagi. Padahal biasanya dia sering tidur seharian jika sedang tidak sekolah. Tapi hari ini berbeda, dia sejak tadi menunggu kabar dari Plan.

Saat ponselnya berdering Mean langsung mengambilnya dan ada sebuah pesan dari Plan.

               Kita bertemu di siam park jam 10 nanti.

Mean langsung bangun dengan semangat karena akhirnya dia akan berkencan dengan Plan.

Tbc.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang