1. Pacar?

42 1 0
                                    

"Ayah, Yala berangkat!" Ayala memastikan kembali tali sepatunya sudah terikat kencang.

"Ati-ati, belajar yang pinter biar dapet rengking 1, tapi kalo pelajarannya susah enggak pinter gak papa yang penting lulus." Ayala dibuat tersenyum oleh kata-kata ayahnya, Budiman Pembudi nama lengkap ayahnya, ayah Ayala memang beda dari yang lain.

"Dimana-mana mah anaknya disuruh lulus terus nilainya bagus, ini malah yang penting lulus."

"Buat Yala mah Ayah satuy, soalnya ayah udah ngerasain dulu pas SMA."

"Iya deh iya, lop yu pul buat Ayah." Ayala segera menyalami ayahnya, dan segera melangkah keluar rumah.

"Lop yu tu, jangan lupa pulangnya bawa terang bulan ya, kalo gak bawa nanti gak boleh masuk rumah."

"Iya iya." Ayahnya memang ajaib.

"Oalahdalah di fesbuk ada berita ternyata bumi bentuknya ceper, kebenaran memang tidak terduga dan tanpa disangka-sangka." Dan gampang percaya berita hoax, ya itulah ayah Ayala.

Ayala Kartika Putri anak tunggal dari Budiman Pembudi dan Asih Ambika, Ayala hidup di keluarga yang sederhana tapi kaya akan cinta walaupun ia harus kehilangan Ibunya sewaktu umur 3 tahun. Tapi walaupun begitu Ayahnya selalu melimpahkan kasih sayang kepada Ayala hingga rasa kehilangan ibunya perlahan menjadi terrelakan.

"Pacar!" Motor sport kuning hitam berjalan mendekati Ayala yang sedang berjalan di trotoar.

Seketika parfum maskulin tercium oleh Ayala, si empunya motor segera melepaskan helm full face miliknya.
"Ko jalan duluan sih? Kan udah janjian ketemu di gang rumah kamu biar aku jemput."

"Lama nunggu." Padahal Ayala tak menunggu sama sekali, dia memang ada niatan meninggalkan si cowok.

"Maap deh, besok aku jemput lagi ya." Si cowok tersenyum memamerkan giginya yang putih dan rapi.

"Emang harus banget ya antar jemput?" Sebenarnya Ayala agak risih harus berangkat ke sekolah bareng cowok, apa lagi sama Arlen.

"Harus lah, kamu kan pacar aku kita kan udah pacaran tiga hari." Dia Arlen Gamma Jaya, putra kedua dari pasangan Adnan Jaya dan Risa Jaya, resmi jadi pacarnya tiga hari yang lalu. Dan entah kesambet apa Ayala bisa menerima Arlen.

"Ya terus?"

"Ya.. wajar dong di antar jemput sama pacar, apa lagi sama orang ganteng." Ya udahlah, lumayan tumpangan gratis. Ayala segera naik ke motor sport Arlen dan memakai helm yang diberikan Arlen untuknya.

Selama perjalanan Arlen tak henti-hentinya bersenandung, dan mengendarai motornya dengan pelan.
"Pelan banget sih? Nanti telat nih." Ayala menepuk pundak Arlen yang berbalut jaket warna navy.

"Ehh iya, ya udah aku cepet nih, kamu pegangan gih." Ayala segera pengangan pada jok belakang, tapi Arlen tetap berjalan pelan tak mempercepat laju motornya sama sekali.

"Ko masih pelan sih? Aku udah pegangan nih." Ayala kembali menepuk pundak Arlen.

"Ko gak kerasa?" Ayala menaikan sebelah alisnya.

"Apanya?"

"Tangan kamu di pinggang aku." Tanpa ba bi bu lagi Ayala langsung mencengkeram jaket Arlen, dari pada dia harus telat ke sekolah.

"Aku kira bakal di peluk, kamu ko malah kaya nyakar pinggang aku?" Ayala memutar bola matanya.

"Udah cepetaaan!"

***

"Yo Len, tadi pagi tumben berangkat agak siang?" Radit datang dengan membawa mangkok berisi bakso dan es teh manis pesanannya.

ARLAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang