15. Keluarga Jaya Pt.2

10 0 0
                                    

Ayala berhenti sejenak di depan pagar rumahnya, ada yang aneh. Kenapa tiba-tiba rumahnya penuh dengan dekorasi kelap-kelip? Ayala juga bisa melihat dari jendela rumahnya terpancar lampu warna-warni seperti lampu pesta. Apa ini, cicak rumahnya sedang ulang tahun?

"Assalamualaikum, ayah.." seketika musik dangdut dari dalam rumah terdengar keras saat Ayala membuka pintu, Ayala pernah dengar lagu ini sedang trending di tik tok.

"Eh ada tamu ternyata, Budi! Ade tamu nih anak siape malem-malem ke sini?" Nenek Sulastri keluar dari kamarnya dengan dandanan khasnya yang nyentrik.

Budi keluar dari dapur sambil mencibir.
"Cucu sendiri gak ngenalin, nenek macam apa itu." Bibir Budi dia monyongkan seperti artis antagonis menyindir pemeran protagonisnya.

"Heh! Elu aja kagak ngenalin enyak sendiri, kagak usah nyindir-nyindir dah lu."

"Nenek?" Tanya Ayala memastikan.

"Aduh ini cucu enyak? Udah gede ye sekarang." Nenek Sulastri memeluk Ayala dengan erat, seketika parfum semerbak nenek Sulastri tercium oleh Ayala. Ayala melirik neneknya, apa neneknya baru saja mandi di kubangan parfum? Wanginya menyakiti indra penciuman Ayala, mungkin sekarang mendekati asma.

"Nek, nenek.." Ayala menepuk-nepuk pelan pundak neneknya agar segera melepaskan pelukannya.

***

Budi memicingkan matanya melihat putri semata wayangnya dengan tatapan menyelidik.

"Mau kemana anak gadis ayah dandan rapih begini?"

"Ayala mau ke rumahnya Arlen, Yala di undang sama bundanya Arlen kalo gak dateng gak enak." Ayala kembali fokus ke cermin dan menyisir rambut hitamnya.

"Kok gak izin sama ayah? Masa nunggu di tanya dulu, inisiatifnya mana? Pasti bolos kamu ya pas Pramuka."

Ayala menghembuskan nafasnya, mulai sudah kelakuan ayahnya ini.
"Ayah mau pesen terang bulan rasa apa?"

Mendengar makanan legend kesukaannya wajah Budi langsung berubah 180°.

"Yang cokelat keju satu sama yang cokelat kacang dua."

"Oke siap laksanakan, nanti pulang Yala bawain."

Tok tok tok~

"Assalamu'alaikum orang ganteng mau jemput pacar..." Mendengar suara sumbang yang sudah tidak asing lagi di telinga, Ayala buru-buru keluar kamar dan turun ke lantai bawah.

"Wa'alaikumssalam." Ayala membuka pintu rumahnya dan menyambut Arlen.

"Subhanallah cantik banget istri masa depan."

Ayala melotot ke arah Arlen dengan tampang yang mengerikan.

"Udah ayok keburu ayah berubah pikiran, nanti minta dibeliin terang bulan lebih."

***

Ayala diam sejenak di depan gerbang rumah Arlen, merasa tidak pantas untuk masuk kedalamnya ditambah tiba-tiba Ayala merasa gerogi.

"Ayok masuk." Dan tanpa permisi Arlen menyeret Ayala untuk masuk ke dalam.

Aduh rasanya seperti mau ujian sekolah saja, membayangkan Ayala yang akan bertemu keluarga Arlen yang notabennya ya bisa dibilang pacar walau jadian dengan tidak sengaja.

"Aduh duh kok mendadak aku kurang enak badan ya? Kayaknya salah bantal nih, kita tunda dulu ya?" Ayala menghentikan aksi menyeret ala Arlen padanya, rasa gerogi sampai-sampai membuat perut Ayala sakit.

"Tenang aja papah punya stok obat encok anti salah bantal paling manjur di rumah ini, nanti aku mintain buat kamu." Dan tanpa halangan sembelit sedikitpun Arlen menyeretnya lagi masuk ke dalam rumahnya, Ayala jadi ingat sesuatu sekarang dirinya seperti kambing kurban yang mau disembelih, menyebalkan!

"Mamah Arlen bawa pulang calon mantu mamah nihh!" Ayala melotot, rasanya ingin sekali berubah menjadi titan dan melahap habis cowok bobrok di depannya ini, bahkan sekarang Ayala sudah membayangkan tubuh Arlen mengambang di kolam ikan lele, astagfirullah berdosa banget kamu Yala.. aduh maaf Ayala khilaf.

Secepat kilat Risa keluar dari dapur ke ruang tamu dengan senyuman paling lebar miliknya.

"Mana-mana? Aduhh sini peluk dulu." Risa langsung menarik tubuh Ayala ke pelukannya.

"Namanya siapa sayang?"

"A-ayala tante." Ayala menjawab dengan pelan karena gerogi.

"Gimana sama Arlen?" Risa menarik Ayala untuk duduk di sofa bersebelahan dengannya, sedangkan Arlen masuk ke dapur untuk mengambil minum.

"Eh? Eee sampe sekarang baik-baik aja tante."

"Jangan canggung gitu, nama tante Risa, itu yang lagi ngomong sama kura-kura, Adnan papahnya Arlen, kalo itu yang mukanya suram Gibran kakaknya Arlen." Ayala menarik senyumnya bingung mau bersikap seperti apa, berada di antara orang-orang good looking untuk Ayala yang down looking ini membuat Ayala merasa insecure sendiri.

"Pas ada tamu aja warasnya keliatan, mending pulang aja dek daripada kamu ketularan, lagian ngapain mau pacaran sama orang kaya Arlen itu." Gibran tiba-tiba buka suara, dan jauh dilubuk hati Ayala dia membenarkan perkataan Gibran tentang Arlen.

"Makanya cari pacar, masa kalah sama Arlen." Jawab Risa.

"Bukannya Gibran iri sama Arlen, Gibran mau sukses dulu bahagiain orang tua baru pacaran. Gibran sadar diri masih minta uang ke mamah, lagian Gibran mau fokus kuliah dulu."

Risa dengan secepat kilat mendekat ke arah Gibran dan menatap dengan serius wajah anak pertamanya, kemudian menempelkan telapak tangannya ke dahi Gibran dan tangan lainnya ke dahinya sendiri.

"Sehat kok, gak panas. Salah makan ya..? tadi pagi ambil nasi di mana?"

Gibran mengedipkan matanya dengan polos.

"Di mejikom."

"Hemm pantesan, nasi di mejikom udah kadaluarsa mamah kan tadi pagi belum masak nasi, gak ada beras."

Gibran membelalakkan matanya pantas saja rasa nasi yang dia makan tadi pagi berbeda.

"Kenapa mamah gak bilang? Kalo udah basi di buang nasinya bukan malah di simpen buat koleksi di mejikom."

"Lho mamah kan udah chat di grup keluarga, makanya di liat."

Gibran semakin di buat takjub dengan ketengilan mamahnya ini, Risa ini memang mamah ter limited edition sampai-sampai orang awam tidak akan bisa menebak apa yang di pikirannya.

"Udah lah gak paham lagi Gibran sama mamah, lagian gak sekali ini Gibran makan nasi basi gara-gara mamah hobi koleksi nasi di mejikom."

Ayala melongo menyaksikan percakapan antara ibu dan anak yang terjadi di depannya, tapi sekarang Ayala paham dari mana sifat Arlen yang luar biasa menjengkelkannya. Well memang definisi buah jatuh tidak jauh dari pohonnya memang benar.

"Nih minumnya, maaf lama tadi abis beli es batu di kompleks sebelah." Akhirnya Arlen keluar dari dapur dengan membawa jus jeruk di tangannya.

"Jauh banget beli es batunya harus di kompleks sebelah, emang di rumah gak ada kulkas?" Arlen masih saja merasa takjub mendengar Ayala bertanya dengan kata yang panjang padanya.

"Ada sih, tapi gak ada tantangannya sama sekali kalo pake es batu sendiri." Entah kenapa tiba-tiba Ayala tertawa kecil, berada di antara keluarga jaya ini memang seperti di alam lain.

"Ayala nanti makan malam di sini ya bareng Tante." Risa langsung duduk menempel lagi pada Ayala.

Siang itu dihabiskan Ayala dengan celotehan luar biasa keluarga jaya yang berhasil membuat Ayala sesekali tertawa kecil.

***

TBC

Jangan lupa vote dan commet

Rara_Olvie

ARLAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang