Pagi ini Ayala mengepang rambutnya, ya Ayala biasanya hanya mengikat asal rambutnya, tapi hari ini dia ingin terlihat lebih rapih. Ayala membuka tasnya dan sesuatu menggelinding keluar, saat Ayala mengambilnya ternyata itu lip blam yang diberikan Shinta untuknya.
Sudah lima hari lip blam itu di tasnya, apa Ayala coba pakai saja ya, Ayala harus menghargai benda pemberian sahabatnya dong. Tanpa pikir panjang lagi Ayala segera mengoleskan lip blam ke bibirnya.
"Yala anak ayah! Abis kejedot apa? Mana yang sakit? Biar ayah obatin!" Tiba-tiba Budi masuk ke kamar Ayala dan membalikan tubuh Ayala yang sedang bercermin.
"Ayah.. apasih, Yala baik-baik aja."
"Ko tumben rapih sih?" Ayala menghentikan ayahnya yang ingin menyentuh rambutnya.
"Wajar dong anak gadis kaya gini." Ayala merapihkan rambutnya yang mencuat dengan mengusapkan tangannya.
"Mencurigakan.. Mau pergi kemana?" Budi kembali bertanya.
"Ayala mau pergi sebentar."
"Sama siapa?"
Ayala menghembuskan nafas.
"Sama Arlen yah.""Apa?! Hah.. aduh dada ayah sesakk.. kayaknya ayah mau pingsan.. aduhh jangan tinggalin ayah Ayala.. nanti siapa yang bantuin ayah ngilangin ketombe? Aduh duh.." Budi meringis kesakitan sambil memegang dadanya.
"Ayah, gak mempan. Lagian Ayala cuma sebentar."
Tok tok tok~
"Assalamualaikum, orang ganteng mau jemput pacar.." Ayala segera turun ke bawah dan membukakan pintu untuk Arlen.
"Subhanallah.." Arlen melongo melihat Ayala yang tampil berbeda.
Ayala menaikan sebelah alisnya.
"Kenapa?""Kamu jadi layak di pandang dari pada biasanya, jadi pengen cepet-cepet halalin." Arlen cengengesan saat mengatakan itu.
"Ehem! Ehem!" Budi berdehem dengan wajah galaknya.
"Eh Om Budi, assalamualaikum om." Arlen segera menyalami camernya.
"Wa'alaikumssalam, mau kemana sama Yala?"
"Jalan-jalan aja om, nikmatin waktu berdua sambil ngasih makan ikan lele di pantai." Budi mengusap kumis tebalnya.
"Ayala! Sampai kamu melangkah keluar dari pintu dia bakal ayah sunat dua kali!"
Budi menunjuk ke arah Arlen."Anu om, nanti saya beliin terang bulan."
Budi ber uh ria terlihat tertarik.
"Jangan lama-lama jalan-jalannya.""Tujuh rasa om, nanti ada gambar tayonya." Tambah Arlen
"Oalahdalah ya udah sana cepet nanti telat jalan-jalan, sepuasnya aja jalan-jalannya jangan pikirin ayah." Budi mendorong Arlen dan Ayala keluar dari rumah.
"Jangan aneh-aneh ya, awas loh. Gini-gini ayah punya banyak kage bunshin."
"Siap om calon mertua!" Arlen memberi hormat kepada Budi.
***
Saat mengendarai motornya Arlen tak berhenti tersenyum-senyum.
"Kamu mau kita pergi kemana hari ini?" Arlen bertanya kepada Ayala yang sedari tadi hanya diam terlihat tak tertarik.Ayala mengerutkan dahinya
"Loh? Ternyata dari kemaren kamu gak ada rencana mau kemana?""Eh, itu maksudnya yaa.. mungkin kamu mau kemana gitu, nanti kita ke sana."
Ayala semakin sewot
"Kan kamu yang ngajak, masa aku yang suruh mikir tempatnya."Arlen meringis menyadari kebodohannya
"Ya aku udah ada tepatnya.""Ya udah tinggal kesana aja."
"Aku ada dua tempat, ke kebun binatang sama akuarium ikan lele. Kamu mau ke mana dulu?"
"Ya terserah kamu mau kemana kan kamu yang ngajak."
"Iya deh iya." Arlen menghembuskan nafas nya lelah.
'Dasar cewek..' batin Arlen.
***
"Mamah..!! Kemana perginya iped Gibran?! Dia pergi ko gak pamit-pamit sih?! Kesel deh..!" Risa menghentikan aktivitas memotong wortelnya mendengar Gibran berteriak dari atas kamarnya.
"Iped apaan? Yang kaya apa?" Risa bertanya saat Gibran sudah berada di dapur.
"Itu loh mah, yang persegi panjang warnanya item, yang wallpaper nya foto Gibran. Perasaan tadi masih ada deh masa iya di culik sama kolong wewe."
"Oh yang itu, tadi mamah pinjem sebentar."
Gibran menghembuskan nafasnya
"Haduhh mamah kalo pinjem itu ngomong dulu sama Gibran, biar Gibran enggak galau gelisah nyariin tu iped.""Balikin dong mah, Gibran udah kangen." Sambung Gibran menyodorkan tangannya meminta iped nya kembali.
"Bentaran ih, ini motongnya belum kelar."
Gibran menaikan sebelah alisnya
"Hah? Apa hubungannya? Jangan bilang iped Gibran di jadiin korban! Aaahhh! mamah ih..""Tinggal beli yang baru apa susahnya, talenan mamah lagi di servis." Risa kembali memotong wortel yang tadi sempat terhenti.
"Oh iya sana anterin ini parsel ke tetangga baru kita." Sambung Risa menunjuk parsel yang sudah ia siapkan.
"Dih ngapain harus Gibran, Gibran sibuk mau bantuin ayah ngitungin beras."
"Gibran." Risa menatap Gibran dengan tatapan serius dan horor.
"Siapa yang udah ngandung kamu 9 bulan? Yang cebokin kamu setiap kamu eek di pempes? Siapa yang-""Iya iya mah Gibran paham.." tanpa membantah lagi Gibran langsung pergi menuju rumah tetangga barunya.
Dengan ogah-ogahan Gibran berjalan menuju rumah bercat cat warna putih dan abu-abu, saat sudah berada di depan rumah tetangga barunya Gibran melihat ada anak perempuan, mungkin sekitar umur 11 atau 12 tahun.
"Woi de! Sini deh." Gibran memanggil gadis perempuan yang ia lihat.
"Nih buat-""Siapa yang Lo panggil 'de' barusan?"
'songong banget nih anak kecil.' batin Gibran sewot.
"Kalo ngomong sama orang yang lebih tua itu harus lebih sopan."
Si gadis menaikan sebelah alisnya dengan tampang kesalnya.
"Asal Lo tau ya gue udah 21 tahun! Udah legal kalo nonton b*kep, jangan mentang-mentang Lo lebih tinggi beberapa centimeter dari gue Lo berani-beraninya panggil gue 'de', asal Lo tau juga kata-kata itu haram Lo sebutin buat manggil gue.""Oke. Nih buat mamah Lo." Gibran menyodorkan parsel ke si gadis dengan santai.
Si gadis menyipitkan matanya dan menatap tajam ke arah Gibran.
"Siapa nama Lo?""Gibran, Gibran Chandra Jaya orang paling ganteng di komplek ini."
"Oke, inget ya gue bakal buat hidup Lo menderita seumur hidup karena udah berani panggil gue 'de', karena tanpa sengaja Lo udah ngatain gue pendek, dan! Inget nama gue, karena gue bakal gangguin lo terus!"
"Oh oke, siap nama Lo?"
Si gadis memutar bola matanya
" Lolita Anggun Sunyari, Lo bisa panggil gue Lita.""Nama Lo aja udah selaras banget sama tinggi badan Lo, salam kenal ya Loli."
Gibran langsung berlari masuk ke dalam rumahnya kembali."Woi!! Awas Lo yahh!!"
***
TBC
Jangan lupa tinggalkan jejak
See you next chapter
Rara_Olvie
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAYA
Teen FictionPada awalnya hubungan antara Arlen dan Ayala berjalan dengan baik, Arlen yang sibuk mendapatkan hati Ayala dengan tingkah konyolnya, dan Ayala yang sibuk menjalani hidupnya dengan berbagai tingkah absurd pacarnya. Sampai suatu ketika sahabat kecil A...