Arlen dan Ayala memilih makan di tempat makan pinggir jalan, keduanya segera masuk ke salah satu tempat makan yang berjejer sepanjang jalan.
Saat Arlen dan Ayala sudah duduk, bapak penjual segera menuju ke arah mereka.
"Selamat datang, mau pesan apa?" Si bapak menunjuk menu makanan yang di gantung di samping gerobaknya.
"Samain aja." Ayala tidak benar-benar ingin makan, suasana hatinya sedang tidak baik sedari pagi tadi.
"Nasi goreng dua ya pak." Arlen mengangkat dua jarinya pada si bapak penjual.
"Oke, nasinya mau di sini apa di bungkus?" Si bapak kembali bertanya.
"Nasinya di goreng pak." Senyum si bapak seketika menghilang mendengar jawaban dari Arlen.
"Maksud saya mau di makan di sini?" Si bapak meralat pertanyaan nya.
"Iya lah pak, masa mau dimakan di tengah jalan." Senyum si bapak kembali hilang untuk ke dua kalinya.
"Nasinya mau yang impor atau yang lokal?" Si bapak bertanya kembali.
"Yang lokal aja."
"Mau nasi lokal daerah mana? Jawa? Madura? Sumatera?"
"Jawa pak."
"Jawa tengah, Jawa barat, atau Jawa timur?"
Arlen menghembuskan nafas
"Jawa barat.""Mau dimasak pake wajan impor atau lokal?"
"Emang harus sedetail itu, keburu mati kelaperan pacar saya nanti pak."
"Eeitt, penting dong ini demi kenyamanan dan kepuasan pelanggan."
Arlen kembali menghembuskan nafas tak sabar.
"Wajan lokal aja.""Mau pake minyak sayur, minyak wijen, atau minyak wangi?"
"Minyak sayur." Dengan ogah-ogahan Arlen menjawab, sedangkan Ayala hanya diam melamun memikirkan masalahnya dengan Budi.
"Mau dimasak pake api-"
"Pak! Saya bunuh diri nih di kolam lele!"
"Eh eh jangan mas, ya udah saya siapin dulu ya nasi gorengnya." Akhirnya si bapak kembali ke kompornya dan mulai memasak.
Arlen kembali bernafas lega, Arlen jadi ikut sedih sendiri melihat Ayala yang berwajah masam dan kusut seharian ini, ditambah dia ngotot tak mau pulang.
Setelah 10 menit menunggu akhirnya pesanan mereka datang, Arlen dan Ayala segera melahap nasi goreng mereka.
***
"Assalamualaikum, Arlen pulang..!" Arlen berteriak sambil menutup pintu depan.
"Loh ko sepi?" Arlen bergumam pada dirinya sendiri saat tak ada jawaban dari orang rumah, Arlen hanya melihat Vivi kura-kura papah nya sedang yoga di ruang depan.
"Pah! Mah! Ka Gibran!" Arlen berteriak memanggil orang rumah, tapi tetap saja tidak ada yang menjawab.
Saat Arlen akan menuju ruang atas tiba-tiba dia mendengar suara gaduh dari arah dapur, Arlen langsung bergegas ke dapur, mungkin saja itu orang rumah.
Dan benar saja Adnan, Risa, dan Gibran sedang asik main ular tangga. Dan ada anak kecil yang di ikat, loh anak siapa ini?
"Hemm! emm! hem!" Si anak kecil berteriak tak jelas ke arah Arlen.
"Anak siapa ini di culik?" Arlen segera bertanya kepada keluarganya.
"Oh itu Lita anak tetangga sebelah temennya mamah." Risa menjawab tapi matanya masih terfokus pada papan ular tangga yang ditaruh di tengah-tengah mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLAYA
Teen FictionPada awalnya hubungan antara Arlen dan Ayala berjalan dengan baik, Arlen yang sibuk mendapatkan hati Ayala dengan tingkah konyolnya, dan Ayala yang sibuk menjalani hidupnya dengan berbagai tingkah absurd pacarnya. Sampai suatu ketika sahabat kecil A...