MSR-Chapter 4

31 4 0
                                    

Bel istirahat telah berbunyi, menandakan bahwa pelajaran Sejarah di kelas 12 IPA 3 telah usai. Sehingga Pak Dzarun atau yang kerap disapa si kepala botak berhenti mengocehkan materi tentang masa lalu itu.

"Kantin?" tanya Ridho setelah si botak meninggalkan kelasnya.

"Skooyy!!" teriak Dido dan Miko bersamaan. Lalu mereka bertiga berjalan menuju kantin bersama. Saat melewati kelas 12 IPA 1 mereka bertemu dengan Altair dan Aldin. Langsung saja cuzz mereka berlima menuju ke kantin. Seperti biasa, teriakan murid-murid perempuan selalu menjadi sambutan geng Pandhawa lima itu saat memasuki kantin. Riuh piuh semakin terdengar dikala mereka berempat mulai duduk dan bercanda tawa bersama. Ocehan para siswi-siswi terhenti dikala pesanan Altair and the geng datang.

Baru beberapa menit mereka menyantap makanannya masing-masing, kegiatannya harus terhenti karena teriakan seorang perempuan di kantin. Entah apa yang dibicarakannya, Altair dapat melihat bahwa perempuan yang berdiri itu sedang kesal kepada perempuan di depannya yang tengah duduk memakan bakso.

"Gila. Ngga sadar apa kalau suara cemprengnya ngalihin people people dikantin yang semula ngeliatin kita jadi pindah haluan kesitu," ucap Miko yang dihadiahi tabokan halus dikepalanya oleh Ridho.

"Makan tuh people!" timpal Aldin seraya tertawa melihat penderitaan temannya.

Baru saja Altair akan meluncurkan siomay kedalam mulutnya, tiba-tiba ada seseorang yang tersandung dan jatuh tepat disampingnya. Sehingga orang itu menabrak meja dan menjatuhkan siomay Altair yang hampir saja masuk ke goa nafas surga. Seketika tatapannya tertuju pada gadis yang tengah tertunduk dibawahnya. Dengan posisi.., hm posisi suster ngesot?

Tak sampai situ saja, tiba-tiba seseorang mengambil es teh manis kepemilikan Altair dan memberikan pada gadis itu. Amarah Altair lebih memuncak saat mengetahui gadis itu adalah Ara. Ya! Adara Alula yang akhir-akhir ini selalu membuat beban dipikirannya. Dengan Perjdohan konyol.

Setelah menyadari apa yang mereka lakukan, Sabel menaruh gelas yang dipegang Ara ke meja lagi. Mereka menjadi pusat seisi kantin saat ini. Dengan perasaan takut Sabel membantu Ara untuk berdiri. "Aduh maaf ya, aku ngga sengaja. Baju kamu kotor nanti aku bersi..hin." suara Ara kian menciut saat ingin meraih seragam Altair yang terkena bumbu siomay tetapi malah ditepis kasar oleh Altair.

Sabel yang melihat itu langsung menarik tangan Ara mundur ke belakang. Dan maju beberapa langkah kehadapan Altair. "Eh lo! Dibantuin kok malah nyolot, sombong banget. Mentang-mentang jadi most wanted disekolah ini, iya gue tau lo emang ganteng. Tapi, tuh! yang punya sekolah tu bapaknya si dia noh, bukan lo! Ya meskipun sama dia masih gantengan elo!" teriaknya sambil menunjuk tangannya ke Aldin dengan tatapan geramnya. Sabel sangat tidak menyukai lelaki yang sombong, jual mahal, apalagi tidak menghargai perempuan. Meskipun wajahnya setampan Lee Min Ho, ia tetap saja tidak suka.

Tapi bukannya tegang, suasana kali ini sangat awkward. Barusan saja Sabel marah kepada Altair. Tapi ocehannya mengandung pengakuan bahwa Altair adalah most wanted disekolah.

"Ehm, Neng. Ini mau marah apa muji ya?" kata Dido sambil menahan kekehannya dengan tangan. Seisi kantin langsung  tertawa mendengar perkataan Dido. Sabel yang sadar hal itu langsung membulatkan mata sambil menganga kearah Dido.

"Es teh nya nanti aku ganti, seragamnya..juga.." kalimat Ara harus menggantung bagaikan hubungan dikala melihat Altair yang tidak merespon tetapi malah melengos pergi keluar kantin.

Sungguh menyebalkan dan memalukan. Tatapannya menuju kearah Sabel yang menatap Ara dengan tanpa rasa bersalah. Tatapan mata Ara seakan berbicara, gue cekik habis ini lo, Bel.

●●●●

Setelah tragedi siomay dan es teh dikantin tadi, Ara dan Sabel kembali ke kelas. Tentunya tak luput dari tawa murid-murid seisi kantin.

"Dasar Sabel lo nyebelin banget sih!" gerutu Ara sambil menghentak-hentakan kakinya. Sabel tidak menggubris perkataan Ara. Malah ia  langsung berjalan dan duduk dibangkunya. Setelah itu mengeluarkan buku, dan mengadahkan tangan seakan meminta sesuatu dari Ara.

"Apa?!" teriak Ara. Bukannya tersentak, Sabel justru memasang wajah dengan cengiran khasnya. "Buku tulis agama, Ara cantik. Cabel yang cute ini mau nulis tugas. Bentar lagi Pak Kyai Haji Santoso dateng nih," lanjutnya disertai dengan wajah yang imut. Lebih tepatnya sok imut. Maaf ya Sabelia:)

Dengan perasaan kesal Ara mengeluarkan bukunya sambil menatap Sabel tajam. Yang ditatap hanya cengar-cengir tanpa dosa. Setelah menerima buku agama dari Ara, Sabel langsung menulis dengan kecepatan kilat ala boboiboy.

Kringgg!! Bel berbunyi menandakan waktu istitahat selesai.

"What the?! Gue baru nyalin separo wahai bel sekolah!" geram Sabel saat bel berbunyi. Pasalnya dia baru saja menyalin setengah jawaban yang ada. Dan bila ada murid yang belum selesai mengerjakan tugas, apapun alasannya Pak Santoso tidak akan menerima itu. Jangan sangka karena beliau adalah guru agama, beliau akan memaafkan kesalahan muridnya dengan cuma-cuma.

Jantung Sabel semakin berpacu cepat saat melihat Pak Santoso sudah memasuki kelasnya.

"Mampus lo!" bisik Ara di telinga kanan Sabel.

●●●●

"Anjing! Dasar tim bangsat. Noob semua!" teriak seorang laki-laki di dalam kelas.

"ALDINO ZALIM!!"

"Ngapain kamu! Main mobile legends lagi?!" ucap Bu Resto dengan tatapan tajamnya.

"Engh anu, Bu-"

"Altair, coba kamu lihat Aldin lagi ngapain?" tanya Bu Resto kepada Altair.

"Altair? Altair Andromeda?!" kali ini Bu Resto datang ke bangku mereka berdua.

"ALTAIR, ALDINO! KELUAR KELAS SAYA SEKARANG JUGA!" teriaknya sambil menunjuk pintu kelas.

Bagaimana tidak emosi, Altair tidak menjawab pertanyaan Bu Resto barusan karena juga sibuk bermain hp. Alih-alih mengelak tawaran Bu Resto, mereka berdua malah menjawab serempak. "Baik, Bu. Siap!" sambil memasukan hp disaku celananya, lalu memposisikan telapak tangannya layaknya pasukan upacara yang sedang hormat.

Dan bagaimana bisa Bu Resto berani mengusir seorang Zalim yang notabenya adalah anak dari pemilik sekolah ini. Jawabannya adalah, karena itu permintaan dari orang tua Aldin. Kalau memang putra laki-lakinya itu berbuat nakal dan tidak mematuhi aturan sekolah, guru bebas untuk menghukumnya dan tidak membedakan Aldin dengan murid-murid lainnya.

Dengan langkah santai mereka berdua meninggalkan kelas. "Kantin dulu ya, Al?" tawar Aldin. Yang hanya dibalas deheman oleh Altair.

Setelah ke kantin untuk membeli minuman isotonic, Aldin dan Altair berjalan santai menuju lapangan basket. Lapangan basket di SMA ini ada dua. Yang satu letaknya di depan,  outdoor, dekat dengan lapangan upacara. Yang kedua ada di gedung belakang, indoor. Berdampingan dengan lapangan bulutangkis. Dan saat ini, Aldin dan  Altair menuju lapangan basket di depan.

Tatapan mata Aldin mengarah pada dua orang gadis yang sedang berlari mengelilingi lapangan basket. Dengan kondisi cuaca panas, karena saat ini tepat pukul 11.25.

Aldin menyenggol bahu Altair, sehingga membuat sang empunya harus mengalihkan pandangannya dari iphone miliknya.

"Tuh orang yang tadi dikantin, kan?" tanya Aldin sambil menunjuk dengan dagunya. Altair mengikuti arah pandangan Aldin kepada dua gadis yang sedang berlari mengitari lapangan basket. Altair memicingkan matanya, agar bisa melihat dengan jelas kearah lapangan.

"Cabut rooftop, yuk!" sambung Aldin lagi. Altair hanya mengangguk lalu berjalan menyusul Aldin.

Dari kejauhan seorang gadis masih dapat melihat Altair, walaupun hanya sekilas.

"Altair.." gumamnya.

"Gilak! Yuk kantin terus ke kelas," belum Ara menjawab, Sabel sudah menarik tangan Ara meninggalkan lapangan basket menuju destinasi berikutnya.

don't forget to vote.
next nexttt---»

My Secret RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang