Memories

26 1 0
                                    

Sekolah sudah cukup sepi. Padahal baru setengah jam yang lalu bel berbunyi. Beberapa memilih untuk tinggal sebentar. Ada yang kerja kelompok, nongkrong gak jelas, eskul, atau mungkin sekadar ingin di sekolah saja.

Aku menunggu notif pesan masuk. Hari ini eskul, tapi aku tidak tahu tempatnya di mana. Iya, tempat eskul selalu berubah-rubah. Esta -salah satu junior di eskulku- bilang jika eskulnya bertempat di kelas XI MIPA 7 dan XI MIPA 8. Aku pun segera beranjak dari kelas. Langkahku sudah di depan kantin, tapi entah kenapa, aku ingin menengok ke arah kantin. Seperti ada yang membisikkan kepadaku untuk sebentar saja melihat.

Ternyata dia. Letaknya persis di depan langkahku berhenti. Ada dia. Sosok yang selama ini aku lihat dari jauh. Sosok yang sudah hampir dua tahun selalu aku perhatikan. Aries. Aku menghela napas panjang. Bergumam pada diri sendiri, mau sampai kapan melihat dia dari jauh? Sampai lulus SMA?

Aku melihat tawanya, caranya dia berbicara kepada teman-temannya dan juniornya di eskul. Iya, dia sedang kumpulan eskul. Setelah itu, aku memilih untuk cepat-cepat pergi. Takutnya dia memergokiku melihat dia, aku tidak mau dia mengetahui keberadaanku. Aku juga tidak mau, tidak mau dia tahu kalau selama ini, aku selalu melihatnya dari jauh.

Kring ... Kring ...

Aku terbangun dari mimpiku. Hah, bahkan setelah lulus pun, aku masih bisa memimpikan dia? Itu bukan hanya sekedar mimpi sih. Karena yang tadi itu memang aku di masa putih abu-abu. Aku yang tak pernah lelah melihat dia dari kejauhan. Aku yang cukup senang, bisa melihat dia. Hampir di seluruh ruangan di sekolah, pasti ada memoriku tentang dia.

Aku selalu berusaha untuk minim bertemu dengannya. Aku coba untuk lari ke perpustakaan, supaya pas istirahat gak ketemu sama dia di kantin. Atau aku mencoba untuk menyibukkan diri dengan segala hal yang ada di sekolah. Aku selalu sengaja jajan di akhir bel masuk. Karena kalau terus menerus bertemu dengannya, meskipun dari jauh, aku tahu. Aku tahu nantinya susah. Susah untuk tidak terbiasa lagi ada di sekitarnya. Namun, semesta selalu mempertemukan lagi. Seperti waktu itu, aku menemani Nita untuk mengembalikan buku perpustakaan. Tahu? Siapa yang aku temui di perpus? Ya dia. Aries.

Selain itu, pernah juga aku ikut technical meeting di sekolah. Mewakilkan kelas. Eh, pas technical meeting malah bertemu dengan dia, tapi aku senang. Senang bisa melihat dia tersenyum dan tertawa. Ternyata, aku menikmati masa-masa di mana semesta mempertemukanku dengannya. Senyumnya nular. Ketawanya apalagi. Aku juga selalu sengaja pulang lebih awal, supaya tidak bertemu dengannya. Lagi-lagi, aku bertemu dengannya. Sejak saat itu, aku membiarkan semesta bekerja. Aku tidak menghindari lagi. Aku pulang sesuai keinginanku, kalau ingin lebih cepat ya pulang. Kalau ingin lebih lama di sekolah, ya tunggu. Aku jajan di awal waktu. Aku pergi ke perpustakaan seperlunya. Dan selama itu pula, aku menikmati melihatnya dari jauh. Aku tahu kapan dia ke kopsis, untuk apa dia ke kopsis, kapan dia eskul, di mana ruangan eskulnya, buku nonfiksi yang selalu dia koleksi, baju apa yang sering dia pakai, topi yang selalu dia pakai, jaket kesukaannya, sepedanya.

"Tuh kan malah nostalgia, gak bisa dibiarin nih," gumamku.

"Duh Ra, lo kapan bisa move on dari orang itu sih?! Kesel sama diri sendiri nih jadinya," gumamku lagi.

Ini masih pagi dan aku sudah misuh-misuh, gara-gara mimpi tadi. Sepertinya, aku harus mencari kesibukan. Duh, satu-satunya cara paling menyenangkan untuk move on dari dia ya jalan-jalan.

Masih jam tujuh pagi, kalo jogging cocok nih. Lantas, aku memutuskan untuk pergi ke Taman Gesit.

Udara Bandung cukup sejuk, cocok untuk berlari di taman. Bandung memang pas untuk jadi kota pelarian. Ya, aku memilih kuliah di Bandung, supaya cepat lupa dengan kenangan-kenangan di masa SMA.

Jarak antara kosanku dengan Taman Gesit sekitar 7 km. Membutuhkan waktu empat belas menit untuk sampai di sana jika mengendarai motor.

Ketika tiba di sana, suasananya cukup ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ketika tiba di sana, suasananya cukup ramai. Mulai dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa pun ada. Mereka semua terlihat senang. Iyalah, masih pagi harus seneng dong.

Aku mulai berlari pelan, menikmati sejuknya udara Bandung dan ramainya Taman Gesit. Tak lupa, aku menyalakan musik untuk kudengarkan. Lagunya harus yang happy juga dong. Kan gak lucu, lagi jogging gini, eh yang keputer lagu-lagu galau.

Katanya, udara yang sejuk itu bisa membuat hormon bahagia kita naik. Selain itu, olahraga juga bikin seneng. Aku memang tidak pandai berolahraga, sejak dulu tiap ada pelajaran olahraga, aku selalu malas dan tidak suka. Hanya satu yang aku suka, lari. Eh tapi, aku juga suka renang, tapi gak jago-jago amat.

Lagu (G)-IDLE yang berjudul Help Me, terputar dari ponselku. Pas banget nih, lagunya bikin semangat. Aku menghela napas sebanyak mungkin, untuk melegakan sesak yang tiba-tiba bergumul di hati.

Bandung indah gini, gak boleh disia-siain. Jadi, aku harus menikmati hari ini. Yuk bisa yuk.

◇◇◇

Haloo!!! Apa kabar? Tetap di rumah aja ya, kalau bosen, cobain hal baru seru tuh. Masak, baca novel, nonton film, dengerin musik, atau apa aja deh yang bikin seneng. Hihihi, stay safe ya semuanya❤

Salam sayang dariku><

Published; Majalengka, 01 Mei 2020

20.53 WIB

In The End (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang