Chapter Two : My Twin Sister's Secret.

4.1K 348 40
                                    

#BITE: Chapter Two#

Angin malam semakin menggigiti kulit lengan dan juga leherku ketika berjalan pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin malam semakin menggigiti kulit lengan dan juga leherku ketika berjalan pulang. Suhu disini benar-benar sangat dingin, lebih buruk daripada di kota. Kupikir seharusnya pepohonan ini akan menghasilkan panas di malam hari.

Desa ini ditemboki oleh rimba. Bukan hutan rimba belantara, tapi sekumpulan dalam jumlah banyak deretan pohon pinus 一atau cemara mungkin namanya? Aku tidak peduli. Apapun itu, mereka tidak membuat suhu disini tertolong.

Kakiku melangkah semakin cepat dan cepat menjauh dari pusat desa, hingga deretan pohon berbentuk kerucut yang kini diselimuti kabut tipis mulai berjejer di sisi jalanan berbatu yang tengah kulalui. Ketika batu-batu di kakiku mulai berubah menjadi tanah keras, aku pun semakin lebih tenang. Permukaan tanah yang rata, itu artinya aku sudah berada di pekarangan rumahku. Kadang rasanya tidak habis pikir kenapa nenek membangun rumah di luar pemukiman desa, bukankah lebih aman jika berada di dekat keramaian? Kalau dia dirampok, memangnya suara paraunya itu bisa melengking hingga puluhan kilometer ke telinga penduduk dari balik hutan?

.

Nafas lega keluar begitu saja ketika kasur empuk yang begitu hangat akhirnya menyentuh punggungku. Gaun panjang bewarna coklat muda ini agak tipis, sepertinya cocok untuk kugunakan tidur malam ini. Aku sangat malas untuk melakukan apapun sekarang, bahkan untuk mengganti baju sekalipun. Aku begitu kenyang. Lelah. Juga sedikit khawatir...dan mungkin...entahlah...takut?

Kata-kata wanita di kedai tadi tidak bisa lenyap dari kepalaku semenjak aku meninggalkan tempat itu. Membuatku terlihat begitu konyol, ketakutan berjalan pulang untuk sesuatu yang tidak jelas. Mana mungkin ada mahluk seperti manusia yang hidup dari darah orang lain, berkulit pucat, terbakar jika terkena sinar matahari, takut akan salib, air suci dan bawang putih, dan hanya bisa dibunuh jika jantungnya ditancap kayu 一setidaknya itu yang kuketahui tentang mereka一 ada di dunia ini.

Jadi, apa sebaiknya aku memasang salib di penjuru rumah? Mandi dengan air suci? Dan menyiapkan senjata 一paku kayu dengan palu一 untuk jaga-jaga? Apa itu tidak membuatku jadi makin terlihat konyol? Oh God, yang benar saja?!

Malam terus bergulir lambat. Ketika tubuhku sedang dalam fase nyaman menuju tidur, suara gaduh tiba-tiba mengejutkanku. Terdengar seperti suara pintu depan yang ditendang dengan kasar dan menabrak dinding di belakangnya. 

BRAKK!

'Pencuri!' 

Serius? Rumah ini memang terlihat menggiurkan dari luar. Barusan itu pasti pencuri! Tapi pencuri bodoh dari planet mana yang menyantroni rumah dengan cara menendang pintu depan?

Sebuah pemukul dari kayu, yang entah kenapa ada di balik pintu kamar ini, segera kusambar begitu saja. Menuruni tangga dengan ekstra hati-hati adalah langkah selanjutnya. 

Ruang makan, dengan karpet merah terang terbentang di bawah meja panjang dengan enam jejeran kursi di sekelilingnya terlihat tidak terpijak ketika aku sampai di ujung tangga. Letak tempat lilin, serbet dan taplak mejanya tidak berubah sejak terakhir aku melihatnya. Ruangan disebelah adalah ruang tamu, tempat yang kuyakin pintu tak berdosa itu didobrak.

BITE -SasuNaru (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang