Chapter fourteen: The One Who Loves You

1.6K 152 27
                                    

#BITE: Chapter Fourteen#

Sebuah tetesan keringat meluncur mulus dari pelipisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah tetesan keringat meluncur mulus dari pelipisnya. Pria paruh baya berkulit coklat itu tercekat dengan wajah membiru oleh cengkraman telapak tangan yang membungkus lehernya yang tidak berdaya.

"Khk...ukhk,"

"CUKUP! CUKUP SASUKE!" teriakku panik nyaris parau. Aku ketakutan. Takut Sasuke benar-benar akan membunuh Guruku. "AKU MOHON, SUDAH CUKUP! KAU TIDAK PERLU SAMPAI SEPERTI INI!"

Sasuke bergeming seperti pahatan patung dengan tatapan bengis yang terpatri abadi di wajahnya. Benar-benar mengacuhkan semua pekikanku dan terus mengetatkan cengkramannya hingga suara guru Iruka lenyap dari udara. Oh, tidak. Tidak tidak tidak. Sudut-sudut mataku mulai digenangi oleh butir-butir air mata. Tubuhku gemetar dan suara teriakanku semakin terdengar berat dan bergemuruh. Tapi Sasuke masih diam...aku tidak ingin ini. Dia...dia benar-benar akan membunuh guru Iruka!

PRANGG!

Suara itu berhasil mengalihkan perhatian Sasuke 一tubuh itu masih berhadapan lurus dengan tubuh guru Iruka, namun iris merah itu kini menoleh ke arahku.

Aku menggamit sebuah pot bunga kecil dari meja ruang tamuku, memecahkan pangkal bawahnya dan menciptakan sebuah tabung kaca dengan ujung-ujung meruncing tajam tidak beraturan. Sebuah senjata yang sempurna untuk ini. Bagian tajam beling itu kuarahkan penuh ancaman tidak pada pria berkulit pucat tidak berakal sehat yang tengah buta oleh emosinya sendiri di depan sana...tapi pada urat-urat besar di sepanjang leherku sendiri.

"Aku serius." Ujarku tegas. Kau tidak mau aku mati 'kan?

Sasuke tidak melepas cekikannya tetapi wajah itu akhirnya menoleh padaku sepenuhnya. Kutatap iris mata semerah darah miliknya lekat-lekat, berusaha menunjukkan kalau aku tidak main-main dan akan menancapkan beling ini ke kerongkonganku saat ini juga jika ia tidak melepaskan guru Iruka sekarang.

Sasuke menatapku dingin, memiringkan kepala dengan lambat, "Jadi sebegitu berharganyakah dia?"

"Aku sudah memberitahumu dengan jelas, Sasuke. Aku tidak punya cukup banyak teman. Jadi orang-orang yang saat ini dekat dengannku 一yang jumlahnya sangat sedikit itu一 sangatlah berharga untukku. Bagaimana bisa aku membiarkan mereka mati begitu saja di hadapanku."

"Jadi kau lebih memilih dia ketimbang aku?"

Aku meneguk ludah. "Aku hanya ingin kau melepaskan guru Iruka, itu saja."

"Jadi kau lebih memilih dia ketimbang aku?" Ia mengulang.

"Aku hanya一,"

BRUKH

"?!"

"Uhuk..uhk, uhuk! Ukh!"

Iris safirku mengikuti gerak tubuh guru Iruka yang meluncur turun ke lantai dan segera terbatuk sambil memegangi kerongkongannya yang memerah. Tanpa pikir panjang aku segera melompat mendekatinya dengan penuh rasa khawatir dan juga panik yang bercampur aduk. Dia masih terbatuk, itu artinya tenggorokannya masih utuh 'kan?

BITE -SasuNaru (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang