Chapter Twelve: Admit it.

2.2K 162 25
                                    

#BITE: Chapter Twelve#

"Apa maksud kalian berduaaaa?! Kenapa? Kenapa aku harus mati?!" teriakku ngeri. Kenapa Sasuke bahkan Gaara juga berkata seperti itu? Apa mereka...akan membunuhku?

Kedua pemuda di hadapanku ini melongo dan menghela nafas bersamaan, memijit kening bersama dan...memberiku tatapan yang seolah berkata "Kau ini memang bodoh, ya?" bersama-sama pula.

"A-Apa?" sahutku bermuka kecut, "Kenapa kalian memandangku seperti itu?" tanyaku balik saat Sasuke dan Gaara masih menatapku dengan tatapan menghinanya itu.

Setelah untuk kedua kalinya kedua orang ini menghela nafas bersamaan ―hey! Sejak kapan mereka jadi kompak begini? Sasuke dan Gaara pun menjelaskan isi kepala mereka kepadaku.

Sama sekali tidak terpikirkan olehku selama 'bermeditasi' di kamar mandi tadi, tapi hanya beberapa menit saja ide cemerlang ―yang sama―bisa muncul dengan mudahnya di kepala kedua orang jenius di hadapanku ini...haaahhhh...pintar itu menyilaukan sekali. Rasanya begitu jauh jika aku harus menggapai mereka.

"Naruto! Kau mendengar penjelasanku atau tidak?" seru Gaara saat ia selesai berceloteh tentang rencana 'pengakhiran masa orientasi ―eh? Maksudnya masa penyamaranku sebagai Naruko.'

"Jadi aku harus pura-pura mati, begitu?" sahutku pada Gaara menunjukkan kalau aku mendengar penjelasannya dengan baik.

"Iya. Dan harus benar-benar serius diperankan dengan baik. Kau harus jadi mayat Naruto."

"Heh? Tapi bagaimana kalau ketahuan? Aku 'kan nggak mungkin nahan nafas sampai upacara pemakamannya selesai? Bisa mati sungguhan aku!" cibirku.

"Bagaimana dengan alibi Naruto sendiri saat pemakaman 'Naruko'?" tanya Sasuke pada Gaara.

"Kita bisa membuat alasan kalau Naruto sedang ke London untuk mencari kerja. Dan belum bisa pulang selama beberapa hari, lalu kita buat saja Naruto pulang kebetulan sehari setelah pemakaman 'Naruko'." Sahut Gaara pada Sasuke.

"Aku bisa mengakali itu. Aku kenal seseorang di London yang bisa berpura-pura mengirimkan telegraf sebagai Naruto."

"Akan lebih bagus kalau kau bisa meminta seseorang lagi membeli tiket kereta dari london dan memberikan potongan karcisnya ke Naruto sebagai bukti dia memang baru datang dari luar kota." 

Aku yang melihat mereka tengah berdiskusi benar-benar dibuat kagum dengan otak dingin mereka dalam situasi seperti ini dan juga merinding jika mengingat kalau kedua orang ini adalah musuh bebuyutan.

"Bagaimana dengan nahan nafasnya?" tanyaku polos. Aku tau ini pertanyaan bodoh, tapi tetap saja sangat menggangguku.

Sasuke berbalik menatap dan tersenyum kecil, "Aku juga bisa mengatasi itu." sahutnya tanpa menunjukkan sama sekali ekspresi kalau pertanyaanku tadi itu konyol.

Setelah merogoh kantongnya Sasuke lalu menyodorkan sebotol kecil berisi cairan biru gelap ke arahku dan langsung ditepis oleh Gaara dengan mencengkram pergelangan tangan pucat yang terulur padaku. Ia menatap Sasuke dengan sorot mata sinis dan curiga. Oh, tidak, jangan bilang waktu 'akur-akur'nya sudah habis!

"Itu apa?" tanya Gaara menekan suaranya.

"Sudah kubilang aku akan mengatasi masalah menahan nafas itu." sahut Sasuke datar.

"Makanya aku tanya itu apa?" balas Gaara lagi.

"Racun."

"HEHHHH?!" Aku terkejut sendiri dengan seberapa kerasnya teriakanku dan seberapa cepatnya aku melompat jauh menghindari botol itu.

BITE -SasuNaru (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang