Chapter Seven : Dislocation

4.1K 258 88
                                    

Don't forget to follow :)
.
WARNING  karena ini adalah lemon pertama author ini di dunia perfanfic-an (pada jaman dulu banget pas fanfic ini pertama publish di warung ffn.net) jadi pasti bakal rada-rada meh. So, siapkan mental untuk melihat kesampahan ini.

Double Warning untuk ooc.

Double Warning untuk ooc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#BITE: Chapter Seven#

.

.

"Naruko, aku sebenarnya gay."

Kalimat itu bergema seperti batu sungai yang dilempar ke dalam sumur tua yang sempit, terpantul-pantul menciptakan echo diantara dinding-dindingnya dan membuat siapapun terdiam mendengarkan. Kata-kata itu terus berulang di dalam rongga otak Naruto seperti hipnotis sebelum akhirnya batu itu mendarat di dasar sumur.

Ia pun pada akhirnya hanya mampu mengekspresikan jeritan batinnya dengan muka membiru dan tubuh membeku syok di bawah Sasuke.

HUWWWHAAAAAAAATTTT?!

"Hei...Naruko.."

Sasuke  sedikit puzzled akan apa yang merasuki Naruko sampai sosok itu tidak bergerak setelah mendengar pengakuannya. Apa ia tidak mendengar jelas apa yang ia katakan barusan? Lagi pula ia tidak akan keberatan 'kan? Mengingat sebagai vampire saja ia bisa menerima Sasuke, kenapa tidak dengan 'statusnya' yang satu lagi?

Lalu kenapa dia diam saja?

"Naruko...kau baik-baik saja?" tanya Sasuke lagi, semakin heran.

Naruto sudah tidak bisa memikirkan apapun lagi sekarang. Otaknya mandet jika disuruh memikirkan ide waras untuk merespon panggilan Sasuke. Yang ada di kepalanya saat ini adalah potongan-potongan ingatan dari 'kejadian' yang selama ini ia dan Sasuke lewati. Kejadian dimana Sasuke menciumnya, memeluknya, merayunya, memanjanya dan nyaris melakukan 'itu' dengannya. Ternyata semua kejadian itu bukan karena Sasuke memandangnya sebagai Naruko 一seperti yang selama ini ia curigai一 tapi justru... itu karena si Uchiha itu memang lebih punya feel pada laki-laki!

Waks!

Naruto tertegun dengan kesimpulan sederhana yang sirkuit saraf otaknya mampu jabarkan, sedikit lega merasa otaknya bisa berfungsi. Namun itu tidak semerta-merta membuatnya merasa jauh lebih baik. Bahkan jadi semakin ingin teriak keras dan menjambak rambutnya sendiri. Kalau perlu lompat dari lantai dua saat itu juga.

Ia terlalu malu! Ini sudah sangat kelewatan. Jadi selama ini dia tidak hanya 'digerayangi' oleh mahluk penghisap darah bermulut mesum tetapi ternyata oleh mahluk penghisap darah yang mulut mesumnya terbiasa melahap pen一

BITE -SasuNaru (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang