"Kamu baik-baik aja?" Adalah pertanyaan yang pertama kali didengar Eiza begitu dirinya sampai di ruang makan dengan begitu banyak barang. Pertanyaan yang diberikan oleh Mingyu yang sekarang tengah menyesap air mineral, aba-aba sebelum memakan makan paginya.
Eiza hanya tersenyum tipis, gadis itu tidak sengaja bertemu tatap dengan Jihoon yang duduk di samping Mingyu. Ingin sekali dirinya melupakan kejadian semalam. Tapi bagaimana bisa lupa kalau semalam bahkan belum 24 jam berlalu. Untung saja Eiza tidak menangis, ia terlalu lelah sampai lupa bersedih hati.
"Aku duluan, ya." Kata Eiza buru-buru. Ia meraih gelas dan mengisinya dengan air mineral.
"Mau ke mana?" Tanya Tania bingung, gadis berapron merah mudah itu masih sibuk menyiapkan sarapan pagi di pantri bersama Dara.
"Ada wawancara." Jawab Eiza sembari mengangkat tote bag-nya yang berisi data-data penelitian.
"Sepagi ini?" Jeonghan tampak tidak percaya.
Eiza pun sebenarnya terkejut begitu mendapatkan pesan di pagi buta oleh Hwasa yang memberitahukan kalau sekelompok organisasi masyarakat mengajak mereka wawancara di Gunung Puntang 2 jam lagi. Mau tak mau ia harus berangkat sepagi ini biar bisa sampai di sana secepatnya, demi penelitiannya.
"Mau ga mau." Kata Eiza berlari kecil ke arah pintu kosan. Ia melambaikan tangan kepada teman-teman kosannya.
"Diantar siapa, Za?" Tanya Vernon tiba-tiba, padahal pria itu anteng saja daritadi melihat layar hpnya.
"Temen kerja! Duluan, ya!!" Pamit Eiza kemudian menghilang di balik pintu.
Jeonghan dan Mingyu bertatapan. Keduanya kemudian mengedikkan bahu sembari melirik Vernon dan Jihoon bergantian. Jelas sekali kalau mereka penasaran dengan reaksi dua manusia yang sempat memberikan perhatian ekstra kepada Eiza--perhatian yang kini jarang dilihat keduanya. Reaksi Vernon tadi salah satu jawaban yang mereka nantikan, sisa Jihoon saja yang kelihatan mematung di kursi, menerawang entah ke mana.
"Si Eiza sibuk banget, ya, Mingyu?" Tania bertanya sembari menghidangkan nasi goreng di atas meja.
Mingyu menganggukkan kepala. "Katanya lagi ada banyak penelitian."
"Penelitian itu cuan." Vernon menyahut. "Aku kalau jadi dia juga bakal pol-polan ambil penelitian."
"Berapa emang?" Tanya Jeonghan penasaran. Mendengar kata 'cuan' membuat kedua telinganya menajam.
"Sekali penelitian bisa enam juta, mungkin?"
"Beneran!?" Mingyu membulatkan kedua matanya.
Vernon mengangguk. Itu sudah menjadi rahasia umum kalau dosen yang melakukan penelitian dibayar berjuta-juta. Yang salah adalah apabila dosen menyuruh mahasiswanya untuk melakukan penelitian atas nama dosennya--dan kenyataannya itu banyak terjadi saat ini.
Ia bahkan pernah membuat artikel mengenai hal itu.
"Berarti kalau aku mau minta traktir Eiza sah-sah aja dong?" Jeonghan menyahut yang langsung dilempar napkin oleh Tania.
"Jangan mengadi-ngadi, ya."
"Lah? Beneran, kan?" Jeonghan santai meraih napkin, melemparkan kembali ke arah Tania yang menerimanya tanpa kesulitan.
"Parasit emang."
~~~
"Semalam dia ngomong kayaķ gitu, Kak." Kata Eiza mencoba santai meski sebenarnya ia cukup sedih mengingat kejadian semalam dan sekarang ia menceritakannya kepada Hwasa dan Seungcheol saat perjalanan ke kampus dari Gunung Puntang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 17 [Complete]
FanfictionEiza baru pindah di Kosan 17. Kos-kosan campur yang terletak di salah satu kawasan di Kota Bandung. Di sana ia bertemu dengan manusia-manusia unik, salah satunya Lee Jihoon, produser radio ternama di Bandung. Meski terkesan misterius, Eiza menyukain...