Namanya Tania Alfania. Umurnya hanya beda satu bulan dengan Jeonghan, tapi Jeonghan lebih tua sehingga pria itu jadi semena-mena di kosan. Tania punya misi untuk menaklukan warga Kosan agar kedamaian tercipta.
Jeonghan katanya tidak menciptakan kedamaian, malah kerusakan karena pria itu lebih suka selonjoran malas-malasan daripada membersihkan kosan. Dengan kata lain misi Tania sebenarnya adalah ingin membuat Kosan lebih bersih dari baisanya. Tidak ada yang setuju, itu jelas, karena hari gotong royong hanya perlu diadakan sekali seminggu.
Kalau Tania berhasil meraih impiannya, hari gotong royong akan berlaku setiap pagi--dan itu menyebalkan. Bahkan bagi Eiza.
Kata Mingyu, Tania dan Jeonghan bagai api dan air. Jadi sebisa mungkin ia harus menghindari pertemuan dua manusia itu. Kalau tidak, ia bisa menjadi sasak pertengakaran mereka.
Eiza baru tinggal seminggu kurang ketika Tania memintanya membantu memasak makan malam untuk anak-anak kosan. Ketika ditanya mengapa ia harus ribet, Tania menjawab dengan penjelasan yang membuat hati terenyuh.
"Aku tahu, anak kos pada sibuk semua. Kalau mereka nggak sampai makan dalam sehari, aku takut mereka sakit."
Wanita itu menjadi begitu keren di mata Eiza.
"Kamu makan pagi nggak tadi?"
Eiza berdehem. "Nggak, Kak. Aku makan pagi selalu di kampus."
"Mulai besok kamu harus makan bareng sama anak-anak, ya. Soal bahan, kamu bisa kasih uang ke Dara. Aku punya peraturan kalau tiap sarapan sebaiknya bareng-bareng. Bahan masakan dibayar per minggu." Jelas Tania sibuk menumis sesuatu dalam pan.
Agak ragu sebenarnya bagi Eiza. Apalagi ia sering pergi lebih awal ke kampus daripada penghuni kosan lainnya.
"Gimana? Kamu mau, nggak?"
Eiza cepat-cepat mengangguk, "boleh, deh."
"Nah untuk makan malam, aku hanya memasak sekali-kali doang. Meski aku bekerja sebagai akuntan, aku nggak perhitungan dengan orang lain. Makan malam gratis."
"Serius?" Tanya Eiza, kedua alisnya naik ke atas. Ia cukup terkesan dengan apa yang dipikirkan Tania.
"You gonna know me well, Za. Aku nggak sejahat yang diceritakan anak-anak." Dengus Tania membuat Eiza tertawa.
Sebenarnya penghuni kosan lain tidak pernah menjelek-jelekkan Tania. Mereka hanya suka menggoda Tania, karena perempuan itu cukup riweh dengan segala hal berkaitan dengan kosan.
"Oh, ya, kamu dosen di universitas XX?"
"Masih training, Kak." Sahut Eiza sembari memotong mentimum.
Di belakangnya, Tania masih menumis dan bersiap untuk menyelesaikan tumisannya. "Jurusan apa?"
"Manajemen MICE."
"Menarik. Kalau kamu ada projek akunting, bisa hubungi aku, ya."
Eiza mengangguk. Mata kuliah yang akan diajarinya kelak juga masih ada hubungannya dengan akunting, apalagi soal menghitung cost, revenue, cash flow dari sebuah event. Kapan-kapan mungkin ia akan mengundang Tania--yang merupakan seorang akuntan--sebagai tamu dosen di kelasnya.
"Kak, siapa yang dulu join kos-kosan? Kak Tania atau Kak Jeonghan?"
Tania menghampiri meja makan, menaruh tumisan sayur yang dibuatnya. Gadis itu berbalik menatap Eiza yang menyantap beberapa potong mentimun yang dipotongnya. "Jeonghan."
"Oh... pernah liat yang punya kosan, nggak, Kak?"
Tania menggeleng. "Boro-boro. Sampai sekarang aku pun penasaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 17 [Complete]
Fiksi PenggemarEiza baru pindah di Kosan 17. Kos-kosan campur yang terletak di salah satu kawasan di Kota Bandung. Di sana ia bertemu dengan manusia-manusia unik, salah satunya Lee Jihoon, produser radio ternama di Bandung. Meski terkesan misterius, Eiza menyukain...