Kehidupan kosan lama-lama membuat Eiza kembali nyaman. Ia sudah terbiasa juga dengan Vernon yang berkali-kali mencari perhatiannya, menjemputnya pulang bareng, ngajak makan, jalan, nonton--yang tidak pernah berhasil, dan segala macam tipe pdkt-an yang sudah dihapal Eiza.
Seperti yang dikatakan Eiza pada Mingyu saat itu, ia tidak berharap kepada siapa-siapa, tidak pula menerima ajakan Vernon kecuali hal-hal mendadak. Sikap Dara perlahan jadi biasa, gadis itu tahu kalau Eiza tidak punya perasaan kepada Vernon, jadi apa yang perlu dikhawatirkan?
Soal Jihoon, Eiza tidak pernah bertatap muka dengannya. Mereka bertemu di kosan, tapi tidak pernah ngobrol bahkan saat makan pun Eiza duduk di kursi yang jauh dari Jihoon.
"Tiga hari lagi konser di Lapangan Hussein, ya? Yang ada si Phum sama Epik High?" Dara membuka obrolan di atas meja makan saat mereka sarapan bersama.
Eiza mematung mendengarnya. Ia jadi teringat ajakan Jihoon waktu itu. Semoga ajakannya tidak berlaku lagi--lagipula kalau masih berlaku, Eiza akan menolak mentah-mentah.
Jeonghan mengangguk. "Kalian berdua ga dapat tiket gratis apa?"
Tanya Jeonghan diperuntukkan kepada Jihoon dan Vernon. Sudah jadi rahasia umum di kosan kalau ada konser pasti Vernon dan Jihoon sering mendapatkan tiket gratis.
Vernon menggeleng. "Nggak. Radio berita mana ada."
"Tapi dulu dapat, tuh!!" Tania berseru.
"Ya, dulu ada. Sekarang udah jarang, Kak." Balas Vernon sembari menyesap air di gelas.
"Jihoon, gimana?" Jeonghan bertanya.
Jihoon di kursinya menggeleng, Eiza meliriknya diam-diam. Ia masih tidak nyaman melihat Jihoon, takutnya kalau melihat Jihoon, pria itu kembali mengingat ajakan konsernya waktu itu. Jadi, sekarang, biarlah mereka melupakannya.
"Nggak dapat." Jawabnya singkat.
"Ah, nggak seru. Padahal mau ajakin cem-ceman aku ke konser." Jeonghan bersungut sedangkan Tania tertawa, "PDKT-an ga modal!"
"Kalau ada yang gratis, ngapain bayar?"
Tania menepuk dahi. Jeonghan tampak luarnya saja kayak artis, model ternama, influencer ber-followers ribuan--tapi sebenarnya kere dan pelit. Jangan ditanya berapa kali ia meminta tiket gratis untuk kencan.
"Tiketnya udah sold out, ya?" Tanya Dara kemudian, daritadi ia asyik mengunyah sarapannya sembari mendengar perdebatan Tania dan Jeonghan.
Jihoon mengangguk.
"Oh? Jadi kamu mau beli?" Tania bertanya kepada Jihoon yang sudah mengangguk lagi.
"Udah dapat." Jawabnya santai.
Eiza hampir saja tersedak. Untung cepat-cepat ia meminum air mineral di dekatnya. Mingyu yang daritadi diam--karena terlalu ngantuk--sadar akan sikap Eiza. Pria itu menyikutnya dan Eiza memberikan kode agar Mingyu diam.
"Nonton sama siapa?" Tanya Mingyu membuat Eiza menutup kedua matanya perlahan, mencoba sabar.
Dara yang duduk di hadapan Eiza melihat itu. Wajahnya tampak sedikit terkejut.
"Sama Kak Eiza, ya?" Dara menyahut membuat keadaan ruang makan memburuk.
Eiza memijit dahinya, ia melirik Dara agak sinis. Padahal gadis itu tahu hubungannya dengan Jihoon sedang tidak baik-baik saja. Semua orang di kosan tahu, bahkan Jeonghan dan Tania langsung terdiam. Vernon pun, sampai kedua mata pria itu terbelalak. Ia menatap Eiza dan Jihoon bergantian.
"Nggak."
"Iya."
Kedua manusia itu sama-sama bersahutan. Eiza memberanikan diri menatap Jihoon, ia menggeleng tegas. "Nggak, aku ada penelitian." Bohongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 17 [Complete]
FanfictionEiza baru pindah di Kosan 17. Kos-kosan campur yang terletak di salah satu kawasan di Kota Bandung. Di sana ia bertemu dengan manusia-manusia unik, salah satunya Lee Jihoon, produser radio ternama di Bandung. Meski terkesan misterius, Eiza menyukain...