The Monster Gyu

150 27 19
                                    

Namanya Kim Mingyu, tingginya seperti tiang, badannya agak bongsor jadi tidak benar-benar mirip seperti tiang. Manusia itu mantan doi Eiza. Ya, mantan doi. Pasalnya Eiza pernah berharap pula pada manusia itu, harapan yang akhirnya pupus karena Eiza terlalu insecure pada zamannya.

Anak itu ternyata influencer ternama di Instagram dan Youtube. Eiza baru tahu ketika ia mencoba aktif kembali di media sosial (setelah dipaksa Mingyu yang ingin postingannya di re-post oleh Eiza). Mingyu juga aktif menjadi anggota band indie, alat musik yang dipegangnya adalah gitar.

Manusia satu itu dipanggil Eiza sebagai monster, selain karena badannya yang besar, pria itu juga sangat suka makan. Entah sudah berapa kali manusia itu menghabiskan makanan Eiza ketika gadis itu mengerjakan tugasnya malam-malam di ruang makan.

Kata Mingyu, ia membantu Eiza agar tidak bertambah berat badan. Ada benarnya, tapi kadang bikin Eiza kesal.

"Kenapa kamu jadi suka makan malam gini, Za? Ga heran badan kamu agak melar dibandingkan zaman SMA."

Kalau Mingyu bukan temannya, Eiza mungkin sudah mencak-mencak dan menghapus Mingyu dari daftar orang yang patut menjadi temannya.

Keduanya sedang berada di ruang makan, seperti biasa, tempat itu kini menjadi spot favorit Eiza untuk mengerjakan tugas. Bukannya lebih enak di kamar, tapi dapur lebih dekat dengan kulkas dimana ia menyimpan beberapa cemilannya.

Eiza suka makan, sama halnya dengan Mingyu.

"Sumpah deh, Za! Kalau kamu kayak gini nanti berat badan kamu bakal naik maksimal." Sahut Mingyu mengambil air di dispenser kemudian duduk di samping Eiza yang sedang mengunyah wafer cokelat.

"Masalahnya, berat badanku terkuras kalau lagi di kampus, Mingyu."

"How come?"

"Kerjaan aku banyak banget. Bukan cuma ngajar di kelas, aku harus input nilai ke sistem kampus, harus setor rencana pembelajaran semester dan harian. Belum lagi ngurus mahasiswa yang suka ngeles kalau dikasih tugas. Energi aku bener-bener terkuras di sana." Eiza menjelaskan, malah ujung-ujungnya curhat.

Mingyu meraih wafer Eiza, mendengar dengan khidmat sembari memangku dagunya. "Aku denger, lanjutkan."

"Nggak gimana-gimana, sih. Tapi makanan ini salah satu jalan keluar untuk aku menjaga pikiran."

"Kayak rokok?"

"Kind a."

"Ya, kenapa masih mau jadi dosen kalau pekerjaannya seberat itu?"

Eiza menggaruk kepalanya. Ia menghentikan pekerjaannya membuat PPT untuk materi baru besok. "Bukan soal berat nggaknya, sih. To be honest, I love my job. Tapi memang gaada pekerjaan yang mudah, mau sesuka apapun tetap bakal ada efek buat mental dan psikis."

"Hmm..." Mingyu mendengarkan, sembari mengunyah.

"Jadi, ya, aku tetap butuh netralisir."

"Di makanan?"

"Yes. Aku tahu, kamu juga begitu Mingyu." Sindir Eiza sampai Mingyu tersenyum tertangkap basah tidak bisa berhenti memakan cemilan Eiza.

"Cari pacar coba, Za. Siapa tahu bisa jadi netralisir juga." Mingyu menyahut seakan dirinya tidak jomblo.

"Hah. Pacaran malah makin bikin banyak pikiran, kudu dihubungi tiap saatlah. Harus berusaha paham dialah, inilah itulah... mending mikirin diri sendiri dulu."

Mingyu mengangguk-angguk, sok paham. "Tidak heran kamu masih jomblo."

"Anda sendiri?"

"Hahahaha. Sendiri bukan berarti tidak dekat dengan orang lain, ya."

Kosan 17 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang