Vernon turun 10 menit kemudian. Di ruang TV, Dara tetap menunggu. Gadis itu paham, mau berapa lama pun ia menunggu, Vernon pasti akan menghampirinya. Pria campuran Amerika dan Korea itu masih punya hati dan tidak akan memperlakukan Dara dengan kasar. Begitu masuk ke ruang TV, Vernon duduk di sofa yang tidak begitu jauh dari Dara.
"Ada apa, Ra?" Tanya Vernon straight to the point.
"Nggak apa-apa. Aku hanya bingung, kenapa akhir-akhir ini kamu sering tidak memperdulikanku." Jawab Dara sama langsung kepada intinya. Gadis itu merasa sakit hati melihat Vernon pulang dan makan malam bersama Eiza, sedangkan ketika ia mengajak Vernon untuk pulang bersama--pria itu malah menolaknya.
"Oh. Wow. Kenapa sampai kamu bilang begitu?"
"Ya, kamu menghindariku sejak kemarin. Kemudian hari ini kamu tiba-tiba pulang bareng anak baru itu." Jelas Dara, matanya lurus ke arah TV yang menyala dan tidak mengeluarkan volume. Ia sengaja mematikan suara TV agar bisa berbicara dengan Vernon lebih serius.
Sedangkan itu, di samping Dara, Vernon mengerutkan dahi. Pria itu melirik Dara dengan sinis. "Ya, aku memang pulangnya agak telat. Sekalian bareng sama Eiza karena aku lewat kampusnya." Vernon membela diri meski ada sedikit kebohongan di sana.
"Aku cemburu, Non."
Pernyataan yang tidak mengejutkan, tapi tetap membuat Vernon terkejut. Pria itu menghela napas panjang, ia kali ini menatap TV, berpikir harus berkata apa.
"I've told you many times, right? Aku suka sama kamu, Non." Dara keukeuh.
Vernon mengangguk paham, ia menggaruk tengkuknya, mencari cara dan alasan yang tepat agar Dara bisa mengerti perasaannya. Pasalnya, Vernon sudah berkali-kali menolak Dara, menjelaskan kepada perempuan itu kalau dirinya tidak punya perasaan sama sekali kepadanya.
"I wish you understand my feeling." Kata Dara lagi.
"Nggak, Dar." Kata Vernon akhirnya, ia menatap Dara tepat di matanya. "Aku nggak suka sama kamu dan please, jangan berharap apa-apa kepadaku."
"Tapi, N--"
Vernon menggeleng. "Aku sudah bilang berkali-kali kalau aku nggak punya perasaan sama kamu, Dara. I wish you understand what I feel." Katanya dengan segera berlalu dari ruang TV.
Dara yang ditinggalkan hanya bisa menarik napas panjang. Dadanya luar biasa sakit. Mau seberapa dekatnya jarak ia dan Vernon, lelaki itu tetap saja tidak pernah membalas hatinya.
Tapi Dara masih berusaha yakin, dalam rasa sakit yang diterimanya, Dara memikirkan jalan lain untuk mendekati Vernon.
~~~
Eiza tidak sengaja mendengar percakapan Vernon dan Dara ketika ia hampir membuka ruang TV. Tidak semua percakapan, karena Eiza dengan cepat menghindar ke lantai dasar. Gadis itu ingin mengerjakan soal kuisnya di tempat lain karena ia merasa sumpek di kamar.
Di lantai dasar, ia bertemu dengan Jihoon yang fokus menatap laptopnya. Pada kedua telinganya terpasang headset sehingga Eiza tidak berani menyapa pria itu.
Agak merasa awkward sebenarnya, apalagi Eiza ingin duduk di sofa seberang Jihoon--yang akhirnya diurungkannya dan memutuskan untuk mengerjakan pekerjaannya di meja makan. Tidak lupa ia juga menyiapkan seporsi Ayam Bumbu yang sempat ia beli bersama Vernon tadi.
"Kamu denger Dara sama Vernon, kan?"
Eiza mematung. Jihoon bertanya padanya dari ruang tamu itu, ia membuka headsetnya sembari melirik Eiza sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 17 [Complete]
FanfictionEiza baru pindah di Kosan 17. Kos-kosan campur yang terletak di salah satu kawasan di Kota Bandung. Di sana ia bertemu dengan manusia-manusia unik, salah satunya Lee Jihoon, produser radio ternama di Bandung. Meski terkesan misterius, Eiza menyukain...