[Bagian 4] - Menyesakkan

99 17 59
                                        

Hey aku mau update lagi😆

Hey aku mau update lagi😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

|| Menyesakkan ||

Spesial quotes

"Terkadang basa-basi merekalah yang membuat kita tak lagi percaya diri dan melemah."

.
.
.

Seorang pangeran menggenggam tangan dan mengajakku menyusuri labirin penuh bunga. Melewati lorong demi lorong menanti sang surya merangkak naik. Tanpa ragu, aku memasrahkan diri untuk ditarik kemana saja. Seolah dengannya seluruh keraguanku lenyap. Tiba di pintu keluar labirin bertepatan dengan terlihatnya sunrise yang begitu cantik, pria itu memelukku erat. Mengajakku berdansa dengan alunan irama pepohonan. Matahari semakin ke atas. Hangatnya lembut menyapa kulit ini. Namun, tiba-tiba entah goncangan dari mana, tubuhku terhuyung ke kanan dan ke kiri. Sang pangeran masih setia memegangiku agar tak terjatuh. Sayangnya goncangan semakin kuat dan tubuhku akhirnya terjatuh.

Mataku mengerjap perlahan. Menyesuaikan dengan sinar di sekitar. Rasanya dingin dan tidak ada pangeran di sini. Mataku menyapu seluruh ruangan. Tidak ada labirin, padang bunga, maupun sunrise. Tubuhku berada di atas lantai keramik yang dingin, netraku kesulitan melihat ke sekeliling terhalang oleh silau mentari.

"Ternyata cuma mimpi," ucapku kemudian menghela napas. Aku mulai bangkit dan menarik selimut yang ikut terjatuh. Dan betapa terkejutnya aku sekarang. Di atas kasurku ada sang pelaku yang kuyakini dialah penyebab aku terjatuh dan mimpi indahku usai.

Tidur sembari memainkan ponsel pintarnya tak lupa menyilangkan kaki. Bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Wajah tanpa dosanya itu membangkitkan jiwa kesalku. Ingin rasanya segera mencakar wajahnya, mencongkel matanya, atau mengkareti bibirnya. Untung, aku ingat dia lebih tua.

"Mas apa-apaan sih?! Bangunin adek sendiri kok caranya nggak elit."

"Adek kayak kamu mah, dihanyutin ke kali aja," ujarnya enteng masih mempertahankan watadosnya.

"Mas Akas!" Tanpa aba-aba, aku langsung memukulinya dengan guling. Menyalurkan rasa kesal yang luar biasa memuncak.

"Hoy, udah dong. Mandi sono lu, bau tau."

"Ck, punya mas satu kok nggak ada akhlak," ujarku menyudahi pertengkaran ini dengan melangkah menuju kamar mandi.

Tiba-tiba ada benda empuk mengenai belakang kepalaku. Sebuah bantal. Siapa lagi pelakunya kalo bukan Akas Prayendra, kakak termenyebalkan. "Ngomong apa kamu tadi?" katanya dengan wajah garang.

Dari DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang