Part 7

2.4K 58 7
                                    

Rafa melengkungkan tubuhnya menahan hawa dingin yang menusuk tulangnya. Seperti titah sang istri, kini Rafael tidur di lantai yang hanya beralaskan selimut tipis.

Suhu AC yang paling rendah dan juga hujan deras diluar sana membuat hawa dingin semakin menusuk di seluruh tubuhnya.

Beberapa kali Rafael berusaha mengintip Alisya yang sudah tertidur lelap di tempat tidur hangat mereka dengan memunggungi Rafael. Ingin sekali Rafael menyelinap dibalik selimut Alisya, memeluknya erat, pasti sangat hangat dan nyaman.

Tapi Rafael harus mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin melanggar perintah Alisya. Hukuman yang Alisya berikan juga karena dirinya. Rafael sadar, kalau istrinya itu belum sepenuhnya menyayangi dirinya.

Biarlag sekarang dia harus menangung rasa dingin ini, toh pasti hanya untuk malam ini. Karena Rafael tau betul kalau Alisya tidak akan tega melihatnya seperti ini terus menerus.

"Rafa" panggil Alisya pelan.

See... benarkan apa kata Rafael, istrinya itu tidak akan tega melihatnya seperti ini.

"Ya, Al"

"Lo belum tidur ??"

"Belum" ucap Rafael dengan sengaja dibuatnya memelas biar Alisya semakin kasihan padanya.

"Dingin ya ?" Tanya Alisya yang kini menatapnya dari tempat tidur. Rafael mengangguk.

"Sini" ucap Alisya sambil menepuk sisi kosong temoat tidur yang ada disampingnya.

Yes..

Rafael bersorak gembira didalam hatinya. Tanpa basa basi lagi, dia langsung bangkit dan membaringkan tubuhnya tepat disamping Alisya.

"Loh lo mau kemana ?" Tanya Rafael bingung melihat Alisya yang beranjak dari tempat tidur dan memilih untuk keluar dari kamar mereka.

"Mau tidur sama bunda" ucap Alisya pelan kemudian pergi meninggalkan Rafael dengan wajah terpelongonya.

Kalau Alisya tidur dengan bunda berarti ayah Aldev akan tidur.... akhh Rafael tidak boleh membiarkan itu terjadi. Dia harus mengejar Alisya sebelum sampai dikamar Ayah Aldev.

"Al.." cekal Rafael saat Alisya hendak membuka pintu kamar Ayah dan bunda.

"Ngapain lo disini" ucap Alisya berbisik. Dia takut kalau suaranya membangunkan sang Ayah. Apalagi saat ini dia bersama musuh bebuyutan sang Ayah, kalau Ayah melihatnya didepan kamar Ayah pasti Ayah akan marah lagi.

"Kita kekamar yuk" ajak Rafael lembut.

"Gue mau tidur sama bunda"

"Nanti kamu akan ganggu Ayah sama bunda. Bagaimana kalau saat ini mereka lagi bermesraan" Alisya terdiam. Dia lupa kalau Ayahnya punya tingkat kemesuman yang sama dengan Rafael suaminya.

"Kita ketaman aja gimana ?" Bujuk Rafael.

"Hujan"

"Kalau gitu kita nonton aja" Alisya melirik Rafael tak suka.

Menonton...!! Terakhir kali Rafael mengajaknya menonton film panas. Jangan-jangan sekarang Rafael juga akan mengajak menonton itu lagi.

"Gue janji nggak akan membuka film itu lagi kalau ada lo" ungkap Rafael yang seperti tau apa yanh difikirkan Alisya saat ini.

"Ayolah Al.. lo mau liat gue dimarahin sama Ayah lagi ?"

"Kalian sedang apa disana ?" Tanya mama Ayu sambil meminum minuman yang di ambilnya tadi didapur.

"Mama, kok belum tidur ?" Tanya Alisya gugup.

"Kalian juga kenapa belum tidur ?"

"Alisya pengen tidur sama bunda" ucap Alisya pelan.

Mama melirik Rafael menanyakan apa yang terjadi lewat lirikannya sedangkan Rafael hanya menunjukkan wajah bersalahnya.

"Bagaimana kalau Alisya ngobrol dulu sama Mama. Mama lagi nggak bisa tidur nih"

"Udah malam Ma, ngobrolnya besok aja" protes Rafael.

"Boleh Ma, Alisya juga lagi nggak bisa tidur" Alisya tersenyum manis kearah Mama membuat Rafael juga tanpa sadar ikut tersenyum

"Sepertinya anak gue benar-benar cinta mati sama istrinya" ucap mama didalam hatinya.

***

Hampir dua jam Mama, Rafael dan juga Alisya ngobrol di ruang keluarga. Banyak yang mereka bicarakan, dari masa lalu Rafael, cerita mama masih mudah, cerita tentang Mama, bunda dan Ayah.

Tapi ada satu hal yang membuat Alisya terkejut. Ternyata Mama dan bunda dulunya sahabatan. Tapi karena mereka mencintai satu pria yang sama, persahabatan mereka jadi renggang.

Alisya mengernyitkan dahinya, menatap mama bingung saat dia menceritakan kalau seandainya bunda datang ke Cafe tempat mereka janjian, pasti persahabatan mereka tidak akan hancur seperti ini.

Bunda juga pernah menceritakan kisah ini kepada Alisya. Tapi dari cerita bunda, yang tidak menepati janji itu Mama. Kenapa mama malah bilang sebaliknya.

"Kenapa ?" Tanya Mama heran dengan tatapan Alisya.

"Mama pergi ke Cafe itu ?" Mama mengangguk mantap. "Mama nggak ketemu sama bunda ?"

"Hmmm bunda kamu itu ingkar janji. Katanya mau ketemu mama, tapi dia nggak muncul-muncul juga"

"Tapi kata bunda, dia pergi ke cafe cuma mama nggak ada disana. Bahkan bunda nungguin mama sampai 3 jam loh"

"Ichh bunda kamu bohong kali. Mama tuh disana sampai lumutan tau nggak. Sampe pelayan disana menatap mama sambil berbisik-bisik. Tapi mama tidak perduli. Mama tetap duduk disana menunggu mama kamu datang"

"Hmm sepertinya ada yang aneh" timpal Rafael sambil menyenderkan kepalanya kebahu Alisya,

"Aneh apanya ?"

"Mama bilang mama kesana. Bunda juga bilang, bunda kesana. Kalau kalian kesana dan menunggu dengan waktu yang lama, pastinya kalian akan ketemu. Karena Cafe itu kan tidak begitu besar" Jelas Rafael.

Jangan bingung ya, kenapa Rafael bisa tau cafe yang mama ceritakan. Karena dia sering banget di ajak mama kesana.

"Maksud kamu ada yang sengaja membuat mama dan bunda tidak ketemu ?" Rafael mengangguk sambil menguap.

Ngantuk... tapi Rafael kekeh tidak mau ke kamar kalau Alisya tidak ikut dengannya. Rafael takut kalau Alisya tidak tidur sekamar dengannya.

"Tapi siapa ?? Kalau Ayah kamu tidak mungkin. Papa juga tidak akan mungkin melakukan itu"

"Mana Rafa tau ma, kan Rafa belum lahir. Besok coba tanya sama bunda aja. Kita satukan alur cerita mama dengan cerita bunda, pasti ketemu. Sekarang Rafa dan Alisya udah ngantuk"

"Gue nggak ngantuk" celetuk Alisya yang memang masih penasaran dengan kisah mama dan bunda.

"Al, ini sudah mau subuh. Kalau kamu ntar bangunnya kesiangan, ntar Ayah menyalahkan gue lagi. Lo mau kalau Ayah menjatuhkan hukumannya lagi ke gue" Alisya menggeleng.

"Makanya, yukkk tidur" Ajak Rafael.

"Ya udah.. kalian tidur aja. Mama juga sudah lelah. Besok kita bicarakan sama bunda"

"Yukkk" Rafael menarik tangan Alisya lembut mengiringnya masuk kekamar.

"Gue janji nggak bakalan ngapa-ngapain lo" ucap Rafael melihat istrinya hanya berdiri mematung menatapnya yang sedang menyelimuti dirinya di atas tempat tidur.

"Rafa" panggil Alisya sambil berbaring memunggungi Rafael.

"Iya" jawab Rafa sambil memejamkan matanya yang sudah lelah.

"Maaf" ucap Alisya tulus.

"Jangan pernah minta maaf Al, lo nggak salah. Gue tau lo masih belum menerima gue sebagai suami lo. Tapi gue akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik buat lo, dan membuat lo menyayangi gue seperti gue menyayangi lo"

Alisya tersenyum lirih, tak terasa air mata nya jatuh tanpa ia sadari. Ternyata Rafael begitu menyayanginya.

My Family ( Ayah vs Suami )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang