Part 8

982 47 4
                                    

"Met pagi Bunda" sapa Rafael dengan senyuman khasnya.

"Pagi sayang.. Alisya mana ?"

"Ke kantor bunda.. katanya ada urusan penting"

"Kasihan sekali Alisya, dia harus bekerja keras seperti itu, sedangkan suaminya.. cihh" sindir Ayah Aldev membuat mama dan papa melirik ke arahnya dengan tatapan tak suka.

"Rafa masih cuti, Yah" jawab Rafael santai. Bukannya tersinggung, Rafael malah tak ambil pusing dengan ucapan sang Ayah. Toh kenyataannya dia sudah memiliki pekerjaan yang bagus untuk menghidupi istrinya dan anak-anaknya kelak.

"Ayah.. kok ngomongnya gitu" bisik bunda merasa tak enak dengan menantunya. Mulut ayah kalau sudah mencibir orang pasti pedas banget.

"Bener kan apa yang Ayah katakan" ucap Ayah tak merasa bersalah. Bunda dan Mama hanya bisa saling melirik berusaha memberi kode untuk menghentikan Ayah yang selalu cemburu dengan menantunya.

"Bi, tolong buatkan satu lagi ya" pinta Rafael.

"Baik Den"

"Astaga.. banyak banget makannya anak lo" ucap Ayah sambil melirik papa.

"Ini bukan untuk Rafa, Yah.. ini untuk Alisya" ucap Rafael menunduk malu. Ini pertama kalinya dia ingin membawakan Alisya sarapan. Di otaknya sekarang sudah membayangkan bagaimana wajah Alisya yang bahagia saat melihatnya dikantor dengan bekal di tangannya.

"Duh, sweet banget anak mama"

"Nggak boleh"

"Loh kenapa tidak boleh" ucap Rafael, mama, bunda dan papa serentak membuat Ayah yang hendak minum menghentikan gerakkannya.

"Kamu disini saja, saya yang akan mengantarkan sarapan buat Alisya" Ini bukan pertama kalinya Ayah mengantarkan sarapan untuk putri tercintanya. Tapi setiap kali Ayah melakukannya, itu akan membuat kantor Alisya heboh.

"Biar Rafa aja, Yah.. Rafa kan suaminya, sudah jadi tanggung jawab Rafa untuk melayani istri Rafa" ucap Rafa tegas.

"Ckkk"

"Ayah, udah biarin Rafa yang mengantarkan bekal untuk Alisya" pujuk bunda. "Loh, Ayah mau kemana ? Sarapannya kenapa nggak dihabiskan"

Ayah melangkahkan kakinya kedapur dan mengambil makanan kesukaan Alisya dan memasukkannya kedalam kotak makan favorite Alisya.

"Kamu disini saja.. siap kan saja itu makanan buat orang tua kamu" ucap papa judes sambil mendelik kearah papa. "Jangan sibuk ngurusin anak orang"

"Tapi Alisya itu istri aku, Yah" Ucap Rafa tak mau kalah. Ini sarapan pertama yang dia bawakan untuk Alisya. Dia tidak mau kehilangan moment yang sudah dia tunggu-tunggu selama ini.

Rafa sudah lama mendengar tentang Ayah yang sering membawakan Alisya sarapan pagi ke kantornya. Banyak mengatakan kalau Ayah adalah Ayah yang paling luar biasa. Dia tidak memperdulikan kedudukannya atau pemikiran orang lain tentang dia, yang Ayah fikirkan hanyalah kebahagian Alisya.

Semenjak itu Rafa bertekad, dia akan menggantikan Ayah untuk membawakan bekal untuk Alisya. Menjadikannya istri yang paling bahagia didunia ini.

"Dia anak saya" ucap Ayah penuh penekanan. Sekarang tatapan mereka saling beradu dengan tatapan yang tajam. Jika di ibaratkan sebilah pedang maka pandangan mereka sekarang saling menyerang satu sama lainnya.

"Ayah.. Rafa.." Teriak bunda geram.

"Kalian balik kekamar masing-masing. Tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini" perintah bunda tegas.

Ayah menatap bunda sendu. Dia tidak bisa melanggar perintah bunda, karena hukumannya pasti tidur diluar. Tapi kalau dia tidak keluar rumah bagaimana dia bisa mengantarkan sarapan buat Alisya.

"Sarapannya ??" Ucap Rafa takut. Bunda kalau sudah murka menyeramkan.

"Biar papa yang mengantarkannya" sela papa sambil hendak mengambil kotak makanan yang ada dimeja.

"Tidak boleh" teriak Ayah dan Rafa kompak.

"Pria yang ada dirumah ini tidak ada yang boleh keluar" Ujar mama dengan tatapan sinis. Mama risih mendengar pertengkaran yang terjadi diantara sang anak, Rafa dan juga ayah mertua anaknya.

"Mama dan bunda yang akan pergi kesana" ucap mama dengan seringai yang membuat ketiga pria itu tidak berkutik lagi.

Mereka melangkah dengan teratur ke arah kamar mereka masing-masing seperti robot yang bergerak sesuai perintah.

***

"Loh mama sama bunda kok kesini ?" Tanya Alisya kaget saat dia melihat mama dan bunda sudah duduk santai diruangannya.

"Ini apa !!!" Tanya Alisya sambil menunjuk kearah bungkusan yang terletak rapi di atas meja.

"Sarapan buat kamu" ucap mama pelan.

"Ayah mana ?"

Bunda menggeleng sambil tertawa kecil. Memang cuma Ayah saja yang boleh mengantarkan sarapan buat kamu.

"Bukan begitu bunda.. tapi biasanya kan Ayah yang selalu membawa sarapan kesini"

"Ayah kamu lagi bertengkar dengan suami kamu"

"Haaa... bertengkar lagi ?" Alisya menghembuskan nafasnya gusar. Sampai kapan Ayah dan suaminya berantem terus.

"Sepertinya kita harus buat rencana untuk Ayah kamu dan Rafa, biar mereka tidak berantem terus" usul bunda.

"Jangan hanya buat Rafa dan Ayah saja.. buat Ayah dan papa juga, biar mereka tidak berprilaku seperti anak kecil lagi. Malu dengan umur" sambung bunda.

"Rencana apa ?"

***

"Ini tidak boleh dibiarkan, kalau bunda selalu ikut campur seperti ini, bisa-bisa Alisya akan semakin dekat dengan anak bandel itu" gerutu Ayah dikamarnya.

Semenjak disuruh masuk kekamar, kerjaan Ayah hanya mondar mandir saja didalam kamarnya. Sesekali dia berdiri menatap taman dibalik jendela kamarnya sambil menggerutu tidak jelas.

"Aku harus susun rencana, agar bunda tidak membela anak bandel itu lagi. Semenjak keberadaannya disini, dia selalu saja berusaha mendekati Alisya" Ayah menatap sinis ke arah kaca.

"Apalagi cengirannya yang selalu kelihatan seperti orang mesum. Uhhfftt menyebalkan.. persis seperti papanya"

"Al" Teriak papa dari luar sambil menggedor kamar Ayah dengan sangat kuat.

"Apa.!!" Bentak Ayah saat dia membukakan pintu kamarnya dengan sangat kasar.

"Kita perlu bicara"

"Soal apa ?"

"Tentang istri kita" wajah papa tampak khawatir. Terakhir kali mereka terlihat aku, peristiwa besar terjadi dan hampir merenggut nyawa. Jangan sampai terjadi lagi

"Apa kamu ingat kejadian yang hampir merenggut nyawa Alisya ??" Bagaimana Ayah bisa lupa dengan kejadian itu. Peristiwa itu membuatnya menjadi seperti ini.

"Apa kamu ingat kalau beberapa hari sebelumnya mereka tampak berbicara dengan santainya"

"Apa hubungannya"

"Icchh kamu bagaimana sih.. mereka itu dua wanita yang tidak mungkin akur di dunia ini, kalau sampai itu terjadi maka habislah kita" papa bergidik ngeri membayang apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Maksud lo !!"

"Kamu tau sendiri, istri aku bagaimana. Dia selalu terlihat blak-blakkan, arogant dan juga bar bar. Emang terbalik dengan prilaku istri kamu yang lemah lembut. Bagaimana kalau istri aku menularkan sifatnya ke istri kamu"

Ayah menggelengkan kepalanya. Dia tidak berani membayangkan sikap bunda yang berubah seperti besannya yang selalu saja bar-bar menyikapi masalah. Bunda yang lemah lembut seperti ini saja sudah sangat menakutkan apalagi kalau seperti mama Rafa.

Tidak...

Bisa gila Ayah menghadapi bunda seperti itu.

"Aku nggak pernah rela, kalau istri kamu menularkan prilaku buruknya pada istri ku"

"Makanya kita harus membuat rencana agar mereka tidak terlalu dekat"

"Rencana apa ??"

My Family ( Ayah vs Suami )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang