結婚

3.3K 322 34
                                    

Sampai sekarang, sebenarnya Naruto masih tidak menyangka bahwa dirinya kini telah menjadi seorang ayah.

Dia kini telah memiliki seorang putra yang mirip sekali dengannya, seorang anak laki-laki yang menggemaskan sama seperti ibunya, bahkan sekarang dia juga tengah mengenakan montsuki bersama dengan hakama dan haori. Tentu jika dilihat dari pakaiannya, hari ini merupakan hari yang paling penting dalam hidupnya.

Naruto akan mengikat ibu dari anaknya menjadi istrinya. Mengubah marga Hyuuga dari Hinata menjadi Uzumaki. Begitu juga marga putranya.

Iruka dan Kakashi, walinya juga mengira dirinya hanya bercanda pada awalnya. Namun dengan Naruto yang membawa Hinata juga Boruto ke hadapan mereka berdua, maka mereka hanya bisa untuk memahami itu dan memohon maaf pada Hinata atas kesalahan masa lalu si Uzumaki.

Sasuke hanya bisa diam, dan Sakura mengamuk ketika dia mengatakan segalanya. Gadis musim semi itu hampir membuat nyawanya melayang karena mencekik lehernya terlampau kuat—beruntung Sasuke menahan tunangannya itu dengan sigap.

Ah, pernikahannya ini memang terlampau buru-buru, bahkan ini merupakan minggu kedua setelah ia mengetahui fakta yang disimpan Hinata. Namun, Naruto tidak peduli akan hal itu. Selama ia direstui, dan Hinata juga tidak memiliki alasan untuk menolak; maka lebih baik hubungan mereka diresmikan lebih cepat. Lagi pula, Naruto juga merasa makin menggila saja dengan Hinata. Tiap kali safirnya menangkap eksistensi wanita bermanik kecubung pucat itu, debaran jantungnya makin menggila saja. Juga sensasi perutnya yang serasa diisi ribuan kupu-kupu dan panas di pipinya makin membuatnya tampak konyol.

Kata orang-orang itu merupakan reaksi orang jatuh cinta.

Namun, mengapa Naruto harus merasakan itu setiap kali dia bertemu dengan Hinata?

Dahulu ia memang pernah mengalami reaksi ini ketika bersama dengan wanita berambut nila itu. Dan hal itu juga bisa masih dihitung dengan jari. Jadi, masih tampak normal-normal saja. Namanya juga kasmaran masa SMA dan reaksi awal berjumpa lagi setelah bertahun-tahun tak bersua. Namun sekarang makin menyiksa saja, karena hampir tiap mereka bertemu, maka Naruto akan merasakan reaksi itu. Belum lagi dengan keinginan tiba-tiba untuk memeluk dan mengecup Hinata yang makin kuat saja. Naruto yang tidak ingin melepaskan Hinata lagi.

Dia ingin memiliki Hinata dan Boruto di dalam hidupnya yang selama ini sendiri saja. Naruto memang tidak sempat merasakan kehangatan dari kedua orangtuanya yang sudah berada di surga. Maka, setidaknya dia merasa bisa mendapatkan kehangatan itu dari Hinata dan Boruto. Ia ingin menjadi ayah dan suami penuh kasih sayang, membagi kehangatannya juga menerima kehangatan dari mereka.

Si Uzumaki juga ingin disambut pulang entah di mana dia berada nanti bersama dengan keluarga kecilnya.

"Naruto."

Ah, itu Otsutsuki Toneri. Bisakah Naruto sebut dia sebagai calon kakak iparnya sekarang?

"Ya?" Sembari mengusahakan sebuah senyum, Naruto harus dulu bisa  pandangan ramah pada sang Otsutsuki yang mulai duduk di sampingnya. Setidaknya begitu. "Ada apa?"

"Kau sepertinya takut sekali denganku? Masih menganggapku ini cenayang? Santai saja, aku ini hanya seorang psikolog yang paling-paling tahu apa masalah psikologis dan cara menanganinya."

"Aku santai, hanya sedikit terkejut." Sebuah bualan, Naruto sebenarnya sedikit ngeri dengan kehadiran Toneri di sini. Karena pada dasarnya pertemuan pertama mereka tidak bisa dikatakan dengan baik.

Toneri memang tidak memukulnya atau melontarkan kata-kata kritik juga hinaan kepada dirinya. Hanya saja lebih menakutkan dari itu, Toneri malah tiba-tiba membaca pikirannya.

Two Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang