Fortune Cookie

3.7K 187 11
                                    

Dengan pertimbangan dokter obstetri yang dipercaya oleh Toneri, Hinata dianjurkan untuk menaiki transportasi darat dibandingkan udara. Kandungannya memang masih rawan, masih berada dalam trimester pertama.

Maka, pesawat itu terganti oleh kereta.

Waktu tempuhnya bakalan lebih lama. Namun Toneri meyakinkannya bahwa itu semua tidak apa-apa. Pria yang kini dianggapnya seperti kakak laki-lakinya sendiri itu selalu berhasil dalam meyakinkannya.

"Kau ingin apa, Hinata?"

Segera, Hinata menoleh pada sumber suara.

Itu Toneri. Ah, iya juga. Hinata telah membuat drama yang konyol sejauh ini bersama dengan pria itu. Pernikahan palsu di sebuah kuil dengan prosesi Shinto. Dihadiri oleh tak banyak orang-mungkin tak sampai 50, hanya dihadiri beberapa saksi bayaran Toneri dan keluarga inti Otsutsuki. Dan tentu saja ayahnya, Hiashi. Omong-omong, kini pria baya itu tinggal di salah satu apartemen mewah Ehime dengan beberapa pelayan yang semuanya berasal dari keluarga Otsutsuki.

Walau rasa benci yang kuat ini menggerogoti, Hinata tetap tak kuasa untuk membiarkan ayahnya mati. Sebenarnya bisa saja gadis itu membunuh pria tua itu. Entah meracuninya, mencekik, ataupun menusuk. Namun setiap itu terlintas, seketika bayangan ibu, Neji, dan Hanabi menghantui.

Bagaimanapun juga, dia memang bisa dibilang pembunuh. Ini semua memang salahnya. Dan perlakuan ayahnya selama ini termasuk normal.

Andai jika Hinata tidak merengek meminta sebatang permen di konbini, keluarga Hyuuga kecilnya akan kembali ke penginapan yang telah mereka sewa saat itu juga. Terhindar dari petaka bus yang menabrak puluhan pengguna jalan lainnya.

Memang seharusnya ibu, Neji, dan Hanabi masih hidup. Namun Hinata membunuh mereka semua.

Andai saja dia tidak merengek pada ayahnya, mungkin Hinata akan menjadi gadis remaja paling bahagia. Punya kakak yang mungkin akan overprotective nan manis, punya ibu yang dengan senang memberikan petuah dan diajak membahas sastra, punya adik manis dan ceria—dan ayah yang tentu tak menjadi seperti ini.

Ayahnya dahulu adalah sesosok pria yang jelas menjadi cinta pertamanya. Tampan, pandai, berwibawa, dan para tetangga selalu mengelu-elukan gaji besar. Pria itu sayang keluarga; selalu mengajari Neji, membelikannya boneka yang cantik nan manis, dan memeluk Hanabi yang manja.

Jelas, di sini Hinata memang bajingan yang merubah ayahnya jadi gila. Membuat pria tua itu gila karena kehilangan istri dan anak-anak tercintanya, menciptakan peringai buruk dan masalah perekonomian karena ayahnya memang menjadi pemabuk.

Namun bajingan itu juga gila dengan tidak tahu diri.

Gadis Hyuuga itu mengepalkan tangannya.

Maafkan Hinata, Chichiue.

"Hinata?"

Sial, dirinya jadi sedikit berkelana ke masa lalu.

Dan si Hyuuga baru menyadari bahwa sekarang telah masuk jam makan siang, belum lagi dengan seorang wanita yang kini tengah mendorong troli berisikan makanan di dekat mereka.

Ah, Hinata memang tidak diperbolehkan membuat bekal. Toneri begitu protektif semenjak si Hyuuga benar-benar mengaku bahwa dia tengah mengandung. Mereka tidak sempat pula mengunjungi kios stasiun untuk beli ekiben karena pria di sampingnya ini sedikit bangun terlambat, katanya semalaman penuh menyanyikan lagu tidur untuk putranya yang sedang rindu berat; membuat Hinata makin penasaran dengan keluarga kecil yang dirahasiakan pria di sebelahnya ini pada keluarga besar Otsutsuki.

Manik kecubung pucat Hinata menelusuri troli makanan, dan terpaku pada salah satu menu ekiben sederhana yang menarik perhatian.

Ada narutomaki sebagai penghias.

Two Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang