Hinata tertawa kecil ketika cutter itu mulai mengiris tangannya.
"Astaga, ini benar-benar melegakan."
Gadis itu memang sudah gila. Kewarasan sudah hilang, harusnya dia masuk rumah sakit jiwa.
Ah, luka-luka itu semakin banyak saja. Begitu pula dengan bau besi yang mulai menyapa penciumannya. Namun seperih apa pun hal ini, senyum bahagia masih setia mengurva pada bibir Hinata.
TOK TOK—
Si gadis Hyuuga mendengkus kasar ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya.
"S-sebentar lagi, Chichiue!" Dan Hinata bisa mendengar seruan tak bersahabat sang ayah untuk mempercepat aktivitasnya.
Maka dengan terpaksa ia membuang cutter itu ke tempat sampah kecil di dalam kamar mandi. Kemudian gadis itu dengan cepat membersihkan darah yang sedikit mengalir dari lukanya dengan kapas dan obat merah, menutupnya dengan plester, lalu tak lupa juga dia mengenakan wristband.
Belum lagi dengan baju lengan panjang ungu pastel yang sedang ia kenakan saat ini, membuat Hinata yakin luka-luka itu semakin tak terlihat.
***
Toneri harus akui gadis yang diperkenalkan ayahnya ini manis.
Hyuuga Hinata merupakan gadis yang manis, cantik juga. Wajahnya terkesan lembut, entah mengapa mengingatkan sang pria yang akan menerima gelar Doktor Psikologi-nya tahun ini itu akan sang ibu.
Rambut gelap dan panjang itu juga sempat mengingatkannya akan sang istri. Ada setitik rasa bersalah, tetapi Toneri tidak akan berlarut-larut memikirkan rasa bersalahnya itu. Karena pada dasarnya Toneri memang sudah menyiapkan ribuan skenario untuk nenolak perjodohan dan pernikahan konyol ini.
Konyol, tentu saja. Fakta bahwa dirinya diam-diam telah menikah di Tokyo merupakan alasan pertama mengapa dia menganggap ini konyol. Dia pria beristri, bahkan sudah beranak pula; Mitsuki yang pandai dan manis gabungan dirinya dan juga sang istri, Orochimaru.
Yang kedua, fakta bahwa usianya dengan gadis yang dikenalkan padanya ini juga lumayan terlampau jauh.
Mereka berbeda jarak usia hampir sepuluh tahun!
Astaga, entah mengapa Toneri terganggu dengan fakta itu. Walaupun nyatanya perbedaan usia sejauh itu masih dianggap normal.
Namun, gadis yang bakalan dijodohkan dengannya itu bahkan masih berada di bangku kelas dua SMA. Toneri mengerang dalam hati. Apakah ayahnya tengah dilanda masalah yang amat berat? Sampai-sampai mengiyakan untuk menerima seorang gadis yang lebih pantas dianggapnya adik menjadi istri untuknya. Dan pria itu mempertanyakan juga tentang perilaku seorang Hyuuga Hiashi yang memang memiliki rencana ini terlebih dahulu. Pria Otsutsuki itu agak sedikit kesal dengan tampang datar yang tersemat di wajah Hiashi.
Apakah masalah uang? Mungkin terdengar agak jahat, tetapi Toneri sadar bagaimana sebagian besar orang memandang keluarganya.
Ah, belum lagi dengan wajah tersiksa sang gadis yang dibalut senyum terpaksa. Jelas, Hinata juga menderita.
Manik Toneri meneliti gadis itu diam-diam. Hinata tak menghabiskan menu Foie Gras-nya, dan malah terlihat mual. Gadis itu sedari tadi hanya meneguk jus jeruknya dan menunduk terus-terusan.
Toneri makin kesal pula dengan ayahnya yang malah asik berbincang sesuatu dengan ayah dari Hinata. Dia tahu bahwa keluarga Hyuuga pada dasarnya masih bersaudara jauh dengan keluarganya, belum lagi ayahnya juga pernah bercerita bahwa dulu ia dan Hiashi berteman. Namun ia tidak dapat mengenyahkan kedongkolannya di hati gara-gara masalah perjodohan konyol ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years Later
FanfictionHinata memang tidak pernah memiliki hubungan khusus dengan si Uzumaki. Hanya saja mereka pernah sedekat nadi, walau kini sejauh matahari. Ketika pemuda itu hanya bisa memandang pada gadis musim semi, yang bisa dilakukan Hinata hanya melapangkan hati...