Chapter 4

578 72 2
                                    

Mereka tiba di apartemen tepat pukul 6 sore. Sakura segera memasuki apartemennya, merebahkan tubuhnya sebentar di kasur empuknya sebelum melangkah menuju kamar mandi. Sebelumnya, Sakura ke apartemen Sasuke terlebih dahulu yang berada tepat di samping apartemenya untuk menyimpan belanjaan pria itu, lalu kembali ke apartemennya sendiri untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, wanita itu keluar dari kamar mandi hanya menggunkan selembar handuk  dan tetes-tetes air jatuh dari rambut  merah mudanya yang basah. Saat mendengar ponselnya berdering, dengan cepat ia meraih ponselnya yang sebelumnya ia letakkan di meja nakas samping ranjang.

Tanpa melihat nama pemanggil, ia segera menerima panggilan itu. Sialan, ternyata yang menghubunginya adalah calon tunangannya.

“Kenapa?” Ucapnya dengan nada datar.

Kenapa nada bicaramu seperti itu pada calon suamimu?” Tanya balik sang penelepon.

Sakura berdecak mendengar apa yang dikatakan pria merah itu. Apa katanya calon suami?

“Dengarnya yah, calon tunangan bukan calon suami dan bagaimanapun caranya kita tidak akan bertunangan apalagi menikah.” Sungut Sakura jengkel. “Dan satu lagi, jangan pernah menghubungiku.” Langsung mematikan sambungan teleponnya, lalu mematikan daya ponselnya, takut nanti pria itu meneleponnya kembali.

Sakura menghela napas panjang, berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air untuk meredakan rasa haus yang menderanya sejak mendengar suara Gaara tadi. Huh, menyebalkan.

Saat akan kembali menuju kamar, Sakura mendengar suara ketukan di pintu apartemennya. Ia kemudian melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu, melupakan bahwa ia masih menggunakan selembar handuk.

Cklek.

Raut bingung Sakura terpampang jelas melihat siapa tamunya itu, untuk apa pria angkuh ini ada di sini. Cukup sudah ia dikelilingi oleh makhluk yang bernama pria.

“Apa kau berniat menggodaku?” Mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Sakura.

Sakura menaikkan satu alisnya saat mendengar apa yang diucapkan pria di depannya. “Apa maksudmu?” Memundurkan kepalanya.

Sasuke kembali menegakkan tubuhnya, lalu menatap tubuh wanita di depannya dari atas ke bawah, Sakura yang ditatap seperti itu pun merasa risih, menatap tubuhnya lalu mengumpat kecil. Shit, ia masih memakai bathrobe. Pantas saja Sasuke berkata seperti itu, “Dasar mesum.” Menyilangkan tangannya di depan dada dengan wajah memerah karena malu.

Sasuke terkekeh geli melihat respon Sakura, menurutnya itu sangat lucu. “Aku pria normal Sakura, pasti akan  tergoda saat disuguhkan tampilan seperti ini.” Sambil berjalan masuk melewati Sakura yang masih berdiri di sisi pintu.

Sakura yang tersadar bahwa Sasuke tidak ada di depannya, membalikkan badan dan melihat pria itu duduk dengan santai di sofa kesayangannya.

“Apa kau tidak berniat mengganti handuk itu? Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa.” Ucapnya Sasuke dengan nada menggoda, menatap wanita berambut merah muda itu yang masih mematung di dekat pintu.

“Kyaa, dasar mesum.” Teriak Sakura yang baru sadar dari lamunannya. Ia langsung berlari menuju kamarnya, menutup pintu dengan kesal.

Sasuke mendengus melihat tingkah wanitanya itu. Mengambil remote TV di depannya kemudian menekan tombol on. Menikmati tayangan yang menurutnya tidak buruk sambil menunggu Sakura keluar dari kamarnya.

Sakura yang berada dalam kamar dari tadi sibuk mengoceh tidak jelas dan mengutuk Sasuke. “Apa-apaan dia itu, berkata seperti itu.” Mengambil selembar pakaian kemudian memakainya. “Apa dia kerasukan arwah penunggu apartemen ini, kenapa sifatnya tidak seperti yang dikatakan Ino-pig. Awas saja dia.” Melangkah menuju meja rias lalu mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka dengan Sakura yang keluar memakai pakaian santai, tampilannya sederhana tanpa memakai make up atau apapun itu yang terlihat mencolok bagi wanita. Pada dasarnya, Sakura itu cantik, jadi tanpa memakai riasan apapun akan tetap menawan.

Wanita itu lalu berjalan menuju sofa, duduk tepat di sebelah Sasuke yang sibuk menatap layar TV yang berukuran 32 inch. Sasuke menoleh saat merasakan tempat yang diduduki nya sedikit bergoyang.

“Ada apa kau ke sini? Aku kan sudah bilang, akan ke apartemenmu setelah membersihkan diri.”  Menyandarkan tubuhnya di sofa.

“Aku lapar.”

Menghela napas panjang, Sakura bangun dari sofa kemudian melangkah menuju dapur. Sasuke berdiri mengikuti wanita pink itu, setelah mematikan TV di depannya. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi samping mini bar, menatap Sakura yang mengeluarkan sayuran dan beberapa tomat dari kulkas kemudian mencucinya.

“Berhenti menatapku Sasuke.” Ucap Sakura jengah karena dari tadi ditatap oleh pria itu. “Lebih baik kau membantuku memotong tomat ini.”

Sasuke menghampirinya setelah mendengar ucapan Sakura. Ia menatap tomat yang diberikan wanita di sampingnya dengan tatapan bingung. 'Bangaimana cara memotongnya', batin Sasuke. Mengambil pisau lalu memotong tomat itu dengan bentuk yang tidak teratur. Sampai pukulan Sakura pada lengannya mengentikannya. Sakura kemudian mengambil alih pisau yang di pegang Sasuke.

“Apa kau tidak pernah memotong tomat? Melakukan hal seperti ini saja kau tidak bisa.” Ucapnya memarahi pria itu.

Sasuke mendengus, menggeser tubuhnya sedikit lebih jauh dari Sakura. “Aku bisa melakukan apapun, kecuali yang satu ini.” Ucapnya membanggakan diri.

Memutar bola matanya, Sakura menghiraukan ucapan Sasuke dan melanjutnya acara memotongnya.

Sasuke kembali ke tempat duduknya semula saat Sakura mengusirnya dari dapur. Duduk tenang sambil menatap Sakura yang sibuk memasak.

---

Pria dengan tattoo Ai’  itu dari tadi sibuk menatap layar komputernya, setelah mencoba beberapa kali menghubungi nomor calon tunangannya yang tidak aktif. Ia kesal, tentu saja.  Bagaimanapun caranya, dia tidak akan membiarkan Sakura untuk membatalkan pertunangan mereka.

Tidak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka menampilkan wanita berambut kuning, “Ada apa Nee-san?” Tanyanya pada sang kakak.

“Ah, Tou-san memanggilmu ke ruangannya.”

“Aku akan ke sana.” Berdiri dari tempat duduknya, mengikuti Temari yang berjalan menuruni tangga lalu menuju ruangan ayahnya.

Gaara menghela napas gusar, sebelum mengetuk pintu dan masuk setelah mendapat sahutan dari ayahnya. Ia menatap sang ayah yang sedang duduk di membelakanginya.
“Kenapa Tou-san memanggilku?’

“Bagaimana dengan wanita itu?” Tanya balik Sabaku Rasa.

“Tidak ada perubahan, tapi aku akan berusaha untuk melakukannya dengan lancar tanpa kesalahan sedikit pun.” Ucapnya Gaara dengan yakin. Ia akan menghancurkan keluarga wanita itu yang telah berani menghancurkan keluarga wanita yang dicintainya. Ayahnya juga ingin balas dendam dengan keluarga itu karena masa lalu.

“Tou-san harap kau tidak mengecewakan seperti kakakmu.” Gaara menegang mendengar ucapan tegas sang ayah. Dia memang tahu bahwa ayahnya tidak menyukai Temari karena melakukan satu kesalahan yang membuat ayahnya murka.

“Baik Tou-san.” Ucapnya kemudian pamit menuju kamarnya. “Kali ini aku tidak akan membiarkan mu lolos.” Ucap Gaara dengan seringainya.

TBC.

Yuhuuuu… Kin kembali lagi, mumpung otak Kin lagi encer2nya.

Maaf yah Chapter kali ini gak terlalu panjang, soalnya Kin pengen cepet2 update. Semoga reader pada suka yah.

Jangan lupa vote dan comment.

Okay, sampai jumpa di chap depan.

Fausse RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang