“Berhenti menarikku Sasuke! Aku bisa jalan sendiri.”
Pria yang dipanggil Sasuke itu terus berjalan, menghiraukan wanita yang terus menyuruhnya untuk melepaskan tangannya.
“Lepaskan! Semua orang melihat kita. Aku tidak mau mereka salah paham.” Ucap Sakura dengan suara yang dikecilkan.
“Tidak usah pedulikan mereka.” Sasuke tetap berjalan memegang tangan Sakura. Ia marah mendengar beberapa bisikan perawat yang mengatakan bahwa Sakura akan bertunangan dengan Gaara. Dia tahu siapa yang dimaksud para perawat itu, Sabaku Gaara, pengusaha muda seperti dirinya yang berasal dari Suna. Huh, dia tidak akan membiarkan itu terjadi.
Mereka sekarang berada di dalam mobil Lamborgini hitam metalik Sasuke yang melaju membelah jalanan di sore hari. Hening menyelimuti perjalanan itu, tidak ada dari mereka yang ingin membuka suara. Sasuke sendiri masih memikirkan ucapan perawat tadi dan pada dasarnya sifat diam adalah karakternya.
“Kanapa menjemputku?” Suara Sakura memecah keheningan.
Wanita itu mengela napas, tidak mendapat jawaban dari sang empu yang ditanya “Kenapa menjemputku? Aku pikir kau akan pulang larut?” Ulang Sakura.
“Hn, tidak.”
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Sakura memandang keluar jendela menikmati suasana sore hari. Ia melamun memikirkan perjodohannya dengan Gaara, mereka akan segera bertunangan dan Sakura tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia bingung kenapa orang tuanya gencar sekali menjodohkannya. Padahal mereka tahu, ia tidak menyukai pria berambut merah itu.
Sasuke melirik Sakura dari ujung matanya, wanita di sampingnya dari tadi melamun. Apa yang dipikirkannya?
“Ah, Sasuke. Berhenti di supermarket depan. Bahan makanan di kulkasmu sudah habis.” Tentu saja, Kecuali tomat kesayangan pria itu yang memenuhi isi kulkasnya. Dia sedikit heran dengan selera pria di sampingnya, apa enaknya buah merah itu.
Sasuke memutar kemudi mobilnya dan berhenti tepat di depan supermarket. Sakura kemudian keluar diikuti Sasuke. Mereka berjalan masuk ke dalam supermarket.
“Kau ingin apa?” Tanya Sakura, ia melangkah ke rak sayuran dan melihat sayur apa yang akan diambilnya.
“Tomat.” Sahut Sasuke yang membawa troli di belakang Sakura.
Tuh kan, “Tomat di kulkasmu masih banyak, tidak usah.” Sakura mengambil beberapa lobak dan brokoli lalu memasukkannya dalam troli yang didorong Sasuke. “Hmm, apa lagi yah?” Gumannya melihat rak buah.
“Tomat Sakura.” Sasuke menarik tangan Sakura kembali ke rak yang menyediakan buah merah itu. Mengambil banyak tomat dan memasukkannya ke troli. Sakura yang melihat itu berdecak lalu mengembalikan tomat-tomat itu di tempatnya.
“Aku kan sudah bilang, tomat di kulkasmu masih banyak.”
Sasuke berdecak kesal, “Baiklah, tapi hanya beberapa saja.” Ucap Sakura kemudian. Ia lalu mengambil beberapa tomat yang diinginkan Sasuke. Sakura juga mengambil buah yang menurutnya dia butuhkan. Kemudian melangkah menuju kasir, menunggu barang belanjaan mereka selesai dihitung.
“Besok aku tidak di apartemen, jadi tidak perlu mencariku." Ucapnya sambil mengecek ponselnya yang berbunyi, mengecek pesan yang masuk. Ternyata dari ibunya, meminta dia agar jangan lupa untuk pulang ke rumah besok.
"Aku akan kembali lusa.” Tambahnya, menyimpan kembali ponselnya setelah mengetik beberapa kalimat lalu menekan tombol send.
Sasuke terdiam beberapa detik, “Tidak, tidak bisa, aku akan makan apa besok kalau kau tidak ada?!” Protes Sasuke yang tiba-tiba menjadi pria cerewet.
Pengunjung supermarket menatap ke arah dua sejoli yang asyik berdebat tanpa menghiraukan di mana mereka sekarang. Mereka tertawa geli melihat pasangan itu yang menurutnya lucu. Beberapa pengunjung wanita juga melirik-lirik Sasuke, mengagumi betapa tampannya pria itu. Bahkan, kasir yang sedang menghitung belanjaan merera sedari tadi mencuri pandang pada pria yang berdiri di sebelah Sakura.
Sakura menghela napas panjang. “Kau bisa memesan makanan Sasuke, biasanya juga kau seperti itu.”
“Hei anak muda, jangan berdebat di sini. Permasalahan dalam rumah tangga itu biasa, apalagi kalian masih muda. Kalian harus saling mengerti pasangan masing-masing.” Tegur seoarang wanita paruh baya yang menatap mereka geli.
Sakura meringis mendengar ucapan wanita paruh baya itu. Ia lalu berbalik mengucapkan maaf sambil membungkukkan badannya. Ia tidak sadar, sedari tadi ditatap oleh pengunjung supermarket. “Ah, Maafkan kami nyonya.”
Sasuke hanya diam mematung, tidak mengucapkan satu kata pun. Mengambil belanjaan yang selesai dihitung, membayar kemudian menarik tangan Sakura untuk segera keluar dari supermarket, melangkah menuju parkiran. Sejujurnya ia sedikit malu saat mendengar ucapan wanita paruh baya tadi.
TBC.
Chapter 3 nya segini dulu, gak bisa panjang-panjang.
Setelah sekian lama nganggurin ini cerita, akhirnya update juga. Kin sibuk akhir-akhir ini, apalagi kalo bukan kerja tugas dan kuliah. Do’ain yah semoga Kin bisa cepet update lagi.
Jangan lupa vote dan comment yah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fausse Relation
Fanfiction"Berawal dari hubungan semu yang saling komersial satu sama lain-" "-hingga takdir menjawab." Pair: Sasusaku Rate: Semi M