Chapter 5

547 65 2
                                    

Sakura membawa semangkuk sup tomat kesukaan pria yang duduk di mini bar dekat dapur apartemennya. Meletakkannya di hadapan pria itu yang sibuk memainkan ponsel canggihnya.

“Apa yang kau lakukan?” Ucap Sakura memecah keheningan sembari duduk di sebelah Sasuke.

Hn, tidak.” Sasuke kemudian meletakkan ponselnya beralih menatap sup di hadapannya yang siap disantap.

Mereka kemudian makan diselingi perbincangan yang diawali oleh Sakura. Walaupun Sasuke pria dingin, ia tetap menjawab pertanyaan yang dilontarkan Sakura meski hanya sekedar gumaman ataupun anggukan kepala sebagai tanda setuju atas ucapan Sakura.

Menit-menit berlangsung, acara makan pun selesai. Sakura beranjak membawa piring kotor di bak cuci piring dan mencucinya.

Sedangkan Sasuke hanya menatap Sakura kemudian berdiri melangkah menuju sofa.

Tak lama Sakura muncul dari arah dapur membawa gelas yang berisi jus tomat, ia kemudian meletakkannya di hadapan Sasuke, tanpa aba-aba pria itu meraih gelas dan meminumnya hingga tandas.

Onyx Sasuke melirik wanita di sampingnya sembari menyerahkan gelas yang sudah kosong itu.

“Apa kau selalu seperti ini jika berhadapan dengan tomat?”

Merasa diacuhkan ia kembali berucap, “Dasar maniak tomat.”

Sasuke kemudian bangun, berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas dan mengambil tomat. Ia kemudian memakannya setelah mencuci buah itu. Ia bertingkah seakan berada di apartemennya.

Sakura yang melihatnya hanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan kelakuan pria chicken butt itu.

“Lebih baik kau kembali, aku ingin istirahat.” Menggerakkan tangannya seakan mengusir pria itu. Dari tadi ia sudah kesal dengan Sasuke karena sikapnya yang seenak bokong ayam itu.

Hn.” Melangkah menuju pintu setelah kembali mengambil sebuah tomat dan memakannya.

Sakura mengerucutkan bibirnya jengkel saat hanya mendapat gumaman sebagai respon dari pria itu.

“Menyebalkan.”


---


Seorang pria berhelaian merah bata tampak keluar dari mobilnya seraya menenteng paper bag berisi makanan kesukaan calon tunangannya. Ia tersenyum memandang rumah di hadapannya, kemudian berjalan memasuki rumah itu.

“Ah, Gaara-kun. Akhirnya kau datang juga nak.” Ucap ibu Sakura yang datang menghampirinya.

Gaara menyerahkan paper bag yang dibawanya, “Maaf ibu, ada sedikit masalah di kantor dan aku harus mengatasinya terlebih dahulu.” Ucapnya.

Mebuki tersenyum, “Tidak apa nak, dan apa yang kau bawa ini?” Sambil mengangkat paper bag yang diberikan Gaara tadi.

“Saat menuju ke sini, aku tidak sengaja melihat penjual dango lalu aku ingat kalau Sakura sangat suka makanan satu ini.” Ucapnya sambil terkekeh pelan.

“Kau memang calon suami yang perhatian, ibu tidak salah memilihmu menjadi suami Saki nanti.”

Gaara hanya tersenyum menanggapi ucapan ibu dari calon tunangannya, ia kemudian melangkah mengikuti wanita paruh baya itu yang memintanya menuju ruang tamu untuk bergabung dengan ayah Sakura.

“Selamat malam ayah.” Sapa pria itu.

Kizashi yang mendengar sapaan calon tunangan putrinya hanya tersenyum. Mengangkat tangan, mengintruksi Gaara untuk duduk di hadapannya.

“Aku datang karena ayah memintaku ke mari.” Ucap Gaara memulai pembicaraan. “Ada apa ayah?”

Kizashi kemudian menghela napas panjang, emerald nya bergulir menatap pria di depannya. “Ayahmu mengatakan padaku kalau kau akan berangkat ke London. Dia meminta agar pertunanganmu dipercepat, tapi kau tahu sendiri kalau Sakura belum menerima ini semua.”

“Aku tidak masalah jika pertunangannya ditunda dulu ayah, tapi aku juga tidak bisa menolak permintaan Tou-san.” Sahut pria merah itu.

Kizashi kembali menghela napas mendengar ucapan anak muda di depannya, “Aku harap kau bisa meyakinkan ayahmu untuk menunggu Sakura setuju terlebih dahulu.”

Gaara menatap pria paruh baya di hadapannya, lalu berucap dengan nada ragu, “Aku akan mengusahakannya ayah.”

Kizashi yang mendengar itu kemudian tersenyum.
Tidak lama, Haruno Mebuki datang menginterupsi acara berbincang mereka. “Ayo makan dulu anata, Gaara-kun.”

“Iya ibu.”

Mereka kemudian beranjak menuju meja makan.


---


Pagi-pagi buta Sakura sudah berkutat di dapur apartemen Sasuke mengingat ia harus ke rumah orang tuanya. Ia sudah seperti seorang ibu rumah tangga sekarang, bangun pagi, memasak, dan membersihkan rumah. Menyebalkan. Kalau bukan karena kejadian konyol itu, ia tidak akan berakhir seperti ini. Sungguh malang nasibmu Sakura.

Beberapa menit kemudian, Sakura telah selesai mengerjakan semuanya. Tinggal membangunkan pantat ayam itu dan semua beres. Ia lalu melangkah nenuju kamar Sasuke dan membuka pintu. Kenapa tidak mengetuk pintu atau memanggil sang empu saja? Tidak. Membangungkan Sasuke dengan teriakan tidak akan mempan, kemarin ia merasakan bagaiamana susahnya membangunkan pria kutub itu. Dan, oh apa yang dilihatnya ini? Pria ini masih bergelung nyaman di bawah selimut.

“Sasukeee.” Teriak Sakura tepat di telinga Sasuke.
Beberapa hari mengenal Sasuke, membuatnya hafal sebagian sifat dan kelakukan pria Uchiha ini.

Hn.” Sasuke hanya berguman menanggapi teriakan Sakura. Ia kembali begelung dan mencari posisi tidur yang membuatnya nyaman. Tak lupa membalik bantal menutupi kepalanya agar tidak mendengar suara toa makhluk pink itu lagi.

“Hey, ayo bangunn.” Sakura lalu menarik bantal di atas kepala Sasuke, tapi pria itu masih tidak mau bangun. Karena kesal, langsung saja ia menarik selimut yang dipakai Sasuke dan,

“Kyaaaa.”

Pria chicken butt ini shirtless dan hanya memakai boxer. Oh, shit. Matanya sudah ternodai. Jika Ino-pig melihat ini, ia akan mengutukku karena menyianyiakan pemandangan gratis ini. Tidak, muscles Sasuke terbentuk dengan baik, dan perutnya..tidak, tidak Sakura. Apa yang kau pikirkan, dasar mesum. Ia masih setia menutup matanya, takut emerald nya ini akan terjebak lebih jauh.

Dan akhirnya Sasuke pun terbangun karena telinganya terasa sakit mendengar teriakan Sakura yang kali ini seperti ledakan bom.

“Apa yang kau lakukan?” Tanyanya dengan suara khas bangun tidur, menatap Sakura yang sedang menutup kedua matanya. Aneh.

“Pakai bajumu bodoh.”

Sasuke yang menyadari situasi ini kemudian menyeringai, ia lalu bangun dan berjalan menuju tempat Sakura berdiri tanpa gadis pink ini sadari. Berdiri tepat di belakang gadis itu dan berbisik,

“Apa kau ingin memegangnya?” Ucapnya dengan nada rendah yang menggoda.

Shit.

“A..apa yang k..kau maksud?” Tanya dengan nada gemetar, merasakan napas hangat Sasuke yang menerpa tengkuknya. Ia yakin wajahnya sudah seperti kepiting rebus sekarang.

Sasuke menahan agar tidak terkekeh melihat tingkah gadis di depannya. Ia semakin gencar untuk menggoda Sakura. Dengan berani, Sasuke melingkarkan tangannya ke tubuh Sakura, memeluk dengan dagu bersandar di bahu wanita itu. Ia kembali berbisik dan membuat Sakura semakin malu.

“Bukankah saat ini kau bekhayal ingin memegang milikku?”

Otak Sakura sudah dipenuhi dengan hal-hal mesum sekarang. Salahkan Ino yang selalu menceritakan tentang tubuh pria-pria tampan dengan otot yang luar biasa wow.


TBC.

Hello! Sorry yah, Kin baru sempat update.
Otak Kin lagi buntu, dan bingung mau lanjutin cerita ini dengan alur yang bagaimana.

Mungkin alurnya makin hari gak menarik, jadi tolong dimaafin.

Kin akan usahain update dengan cepat, jadi banyakin vote dan comment nya yah, biar Kin tambah semangat ngetiknya.

Bye..


Fausse RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang