Pov.
Yeorin mundur dengan tidak nyaman.
Membiarkan Jimin masuk ke rumahnya sama seperti membiarkan iblis menguasai kehidupannya. Tetapi tidak ada pilihan lain. Mereka harus berbicara, panjang lebar. Dan mereka tidak mungkin berbicara di ambang pintu seperti ini. Yeorin memiringkan tubuhnya mempersilahkan Jimin
masuk ke apartement-nya yang mungil tetapi indah itu.Jimin langsung duduk di sofa cokelat itu, tampak nyaman, kemudian melepaskan kacamata hitamnya dan meletakkan di meja,
"Apa yang kau rencanakan di hari ulang tahunmu?" Jimin mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Tidak ada,"
Yeorin punya Cheese Cake Strawberry di kulkasnya. Tapi itu untuk dia makan sendiri nanti malam. Tanpa gangguan Jimin.
Jimin menatap Yeorin seolah mengukur-ukur, "Aku bisa mengadakan pesta untukmu."
"Aku tidak butuh pesta darimu."
"Hmm," Lelaki itu mendesah, lalu ketika menatap Yeorin, tatapannya berubah serius, "Kau tahu kan kenapa aku kemari?"
Yeorin mengangguk, "Dan sebelum kau katakan maksudmu, aku ingin membuat penawaran baru untukmu."
"Penawaran?" Jimin mengangkat alisnya, "Oke jelaskan."
"Aku akan mengembalikan semua uang yang pernah kau berikan kepada ayahku."
"Yeorin," Jimin terkekeh, "Utang itu begitu besar hingga kau mungkin hanya bisa menggantinya dengan tubuhmu. Tidak. Aku menolak penawaranmu. Dan kau..." mata Jimin berubah sensual, "Kau akan menjadi istriku sebentar lagi sesuai perjanjian."
"Aku bukan barang yang bisa dibeli seenaknya, dan kenapa kau begitu santai?? Ini masalah pernikahan bukan jual beli perusahaan."
"Aku hanya ingin kau menjadi istriku," Jimin bersedekap, menatap Yeorin yang mulai emosi, "Itu sudah kutetapkan sejak awal mula."
"Kenapa?" Yeorin tidak bisa menahan suara tajam di lidahnya, "Karena kau ingin menjadikanku boneka pengganti Min Young?"
Wajah Jimin mengeras ketika Yeorin menyebut nama Min Young, bibirnya mengetat.
"Jangan hubung-hubungkan dia dengan ini semua."
"Bagaimana aku bisa tidak menghubungkan?" Yeorin sudah menahan diri, tetapi suaranya meninggi, "Semua ini karena wajah ini, karena wajah yang sama dengan almarhum istrimu! Kau tidak bisa menganggapku sebagai penggantinya Jimin! Kami orang yang berbeda, dan aku menolak diperlakukan seperti itu!"
"Aku tahu kalian orang yang berbeda," Jimin berdiri di depan Yeorin, siap berkonfrontasi, "Percayalah, aku benar-benar tahu, karena gairah semacam ini, tidak pernah kurasakan dengan siapapun!"
Lelaki itu meraih Yeorin ke pelukannya dan langsung mencium bibirnya. Dengan lembut. Tidak memaksa seperti biasa, dengan pelan dia menguak bibir Yeorin, mencicipinya pelan-pelan kemudian melumatnya lembut.
Lidahnya menelusuri seluruh bibir Yeorin dan kemudian bermain-main dengan lidah Yeorin, mencecapnya habis-habisan. Ketika akhirnya ciuman itu selesai mereka sama-sama terengah.
"Apakah pada akhirnya kau mengakui kalau kau merindukanku?"
"Dalam mimpimu, Yoon Jimin." Yeorin menjawab dengan ketus, membuat Jimin terkekeh geli.
"Kita adalah pasangan yang sangat cocok," Jimin mendekatkan tubuh Yeorin ke tubuhnya, dalam rangkuman dadanya, "Kaitkan kakimu di kakiku."
Yeorin menatap Jimin dengan cemas, "Apa yang sedang kau coba lakukan, Jimin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Yoon [Devil] Jimin
Romance[Completed] "Aku harus memiliki perempuan ini." Jimin memutuskan dalam hati. "Aku harus memilikinya segera."