Jimin keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh, Dongman berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Jimin masih menimbulkan memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati,
“Bagaimana dia?” tanya Jimin dingin.
“Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan. Anda sendiri Tuan? Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua hanya untuk menyelamatkan perempuan itu?”
Jimin melirik pada Dongman dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah,
“Tadinya aku berniat membunuhnya.”
“Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?”
Jimin membalikkan tubuhnya dan menatap Dongman dengan mata menyala-nyala,
“Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati,”
Mata cokelat Jimin bagaikan berbinar di kegelapan, “Dan kau, Kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?”
Dongman menatap Jimin, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, “Saya tidak sengaja membiarkannya lolos.”
“Kau pikir aku bodoh?” suara Jimin menajam, setajam tatapannya, “Kau adalah pengawalku yang paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya.”
Dongman menelan ludahnya, “Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita.”
Jimin melempar handuknya dengan marah ke sofa,
“Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku, dengarkan ini baik-baik Dongman-a,” suara Jimin dalam dan mengancam, “Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat yang aku bisa!”
Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji Iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.
. . .
Ketika Yeorin terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya, dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.
“Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal.” Suara Jimin membawa Yeorin kembali pada kesadarannya.
Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Jimin sedang duduk di tepi ranjangnya, Yeorin beringsut sejauh mungkin dari Jimin dan tingkahnya itu memunculkan secercah cahaya geli di mata Jimin,
“Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?” nada gelipun tersamar dalam suara Jimin.
Kurang ajar. Batin Yeorin dalam hati.
Dia berjuang meregang nyawa, dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya. Tetapi, apakah benar Jimin yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Jimin sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?
“Ya aku memang menyelamatkanmu,” Jimin bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Yeorin, “Tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku.”
Yeorin menatap Jimin geram, “Apa maksudmu?”
Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Yeorin bergidik dan beringsut menjauh.
“Aku tidak suka bercinta dengan mayat,” Senyum di bibir Jimin tampak kejam, “Kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ketika Yeorin menyadari maksud Jimin, sudah terlambat, lelaki itu mencengkeram kedua lengannya dengan satu tangan. Kekuatan Yeorin tidak sebanding dengan kekuatan tubuh Jimin yang besar dan kuat di atasnya, dengan mudahnya lelaki itu mengikat kedua pergelangan tangannya dengan ikatan mati yang sangat rapi, lalu menalikannya di kepala ranjang,
“Kau.. Kau mau apa??” Yeorin mulai panik ketika Jimin yang setengah duduk di atasnya membuka kancing kemejanya.
Senyum Jimin tampak penuh kepuasan melihat kondisi Yeorin yang tidak berdaya, Lelaki itu membuka seluruh kancing kemejanya sehingga dada dan perutnya yang berotot terlihat.
Sejenak Yeorin terpana melihat kulit berwarna perungggu yang berkilauan bagai satin itu, tetapi kemudian dia sadar bahwa dia ada dalam kondisi genting, dengan panik Yeorin mulai meronta dan menendang, sedapat mungkin bergerak untuk melepaskan diri.
Tapi percuma, ikatan Jimin ke tangannya sangat kuat, dan dalam kondisi terikat seperti itu, Yeorin benar-benar tak berdaya.
“Semalam kau bercinta denganku, panas dan memabukkan. Tapi kau mungkin tak bisa mengingat dengan jelas dan aku tak suka itu.” suara Jimin merendah, penuh gairah, “Malam ini, akan kubuat kau mengingat setiap detiknya.”
Dalam kondisi terikat dan tak berdaya, Yeorin melihat ketika Jimin melepas kemejanya dan setengah menindihnya. Mulutnya sangat dekat dengan bibir Yeorin, hingga napas mereka beradu, Jimin menundukkan kepalanya, mencium sisi leher Yeorin, membuat Yeorin berjingkat dan berusaha meronta lagi.
“Sshhh.. Kau akan menyakiti lenganmu kalau kau meronta terus seperti itu.” Bibir Jimin merayap dan mendarat di bibir Yeorin.
Lelaki itu mengecup sedikit ujung bibir Yeorin, lalu lidahnya menelusup masuk, membuka bibir Yeorin yang lembut, mencecapnya dan merasakan seluruh tekstur bibir Yeorin yang hangat dan panas, lidahnya mengait lidah Yeorin dan memainkannya dengan intensitas yang sangat ahli. Ketika Jimin melepaskan bibirnya, napas Yeorin terengah-engah, ciuman ini adalah ciuman yang paling intens yang pernah di rasakannya.
“Kau menyukainya bukan?” Jimin berbisik lembut dengan nafasnya yang panas di telinga Yeorin, “Aku sangat menyukai bibirmu, dan sensasi kelembutannya di bibirku.” Tangan Jimin merayap ke bawah, meraba kulit leher Yeorin, “Seluruh tubuhmu hangat sayang, seakan menggodaku.”
Jemari Jimin menyingkap rok Yeorin dan menelusup ke dalam sana, menggoda pusat gairahnya, “Di sini yang paling panas.”
Yeorin menggelinjang, mencoba meronta, tetapi tubuh kuat Jimin yang setengah menindihnya membuat gerakannya terbatas, apalagi tangannya yang terikat di atas, membuat lengannya terasa kram dan pergelangan tangannya ngilu ketika dia menggerak-gerakkannya.
Jimin melirik ke pergelangan tangan Yeorin yang terikat, dan menyadari bahwa ikatan itu menyakiti Yeorin.
“Jangan bergerak atau kau akan mengalami memar ketika ini selesai.”