Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk meninggalkan vote dan komentar. Terima kasih yang sudah vomment di bab sebelumnya.
Selamat membaca:*———
Sebaik dan seburuk apapun mimpi, semua bukan kenyataan—Oriza Litahayu
–Sweet & Bitter–
Riza kira apa yang terjadi padanya tadi sore adalah mimpi. Namun ternyata semua itu bukan mimpi. Terbukti saat dia membuka mata dan mendapati dirinya terbaring di kasur ruang rawat inap rumah sakit. Dia menunduk, menatap Juan yang tertidur di kursi samping kasurnya sambil memegang tangannya. Padahal di ruangan itu ada sofa panjang.
Membuang napas, Riza menatang jam dinding, pukul satu dini hari. Ingin membangunkan Juan rasanya tidak tega. Tapi kalau tidak dibangunkan kasihan juga, pasti nanti saat terbangun dari tidurnya, tubuh Juan akan terasa sakit semua.
Pikiran Riza berkeliaran, tentang kejadian sore tadi, ucapan Sirly tempo hari, pesan ancaman yang selalu dia abaikan, kejadian tadi juga membuat ingatannya jatuh saat dia masih kelas sebelas semester ganjil.
Hari ini Jum'at, sekolahnya pulang lebih awal. Waktu luang dia gunakan untuk mengerjakan tugas sekolahnya yang belum selesai. Dia mengerjakannya bersama Airin dan Echa—temannya dari awal masuk SMA.
Kedua temannya itu baik, mau berteman dengannya meskipun dirinya lebih banyak diam dan jarang berekspresi. Mereka bahkan selalu mengajaknya berbincang, dari hal yang jelas maupun tidak jelas. Nah, dari Airin dan Echa juga dia bisa mengenal Juan.
Keluar dari toko ATK—tempatnya bekerja, Riza menunggu angkot. Memang sedikit sulit mencari angkot saat hari sudah larut, tapi jika naik ojek ongkosnya akan lebih mahal. Tangannya melambai, hendak memberhentikan angkot. Namun di saat bersamaan pula, tangannya tertarik begitu saja. Dia meronta, orang itu menyeretnya sambil terus membekap mulutnya. Jalanan juga mulai sepi, membuatnya tak bisa berteriak meminta tolong.
Riza dihempaskan begitu saja saat sudah sampai di ruangan yang tidak diketahui Riza apa namanya. Meringis, pantatnya sakit karena menghantam lantai dengan keras. Lengan Riza kembali di tarik dengan kuat, lalu didorong agar duduk di kursi kayu.
"Kamu mau apa?!" Riza nyaris berteriak, kakinya ditali oleh orang itu.
Di ruangan yang kurang pencahayaan terdapat dua orang lelaki dengan tubuh besar. Kalau menurut Riza, mereka hampir mirip dengan tokoh preman yang biasanya tayang di sinetron-sinetron.
"Talinya yang lain mana?" orang yang tadi mengikat kaki Riza, bertanya pada rekannya yang hanya menjaga. Sementara Riza terus meronta, tangannya memukul-mukul tubuh orang itu.
YOU ARE READING
Sweet & Bitter
Romance#ERASeries-1 Sweet and bitter, penggambaran hidup bagi Oriza Litahayu. Hidup mandiri sudah menjadi kebiasaan perempuan tersebut. Dirinya terlahir bukan menjadi sosok perempuan yang lemah. Sejak kecil dirinya sudah dibiasakan hidup dengan hati yang p...