23| Bahasa Udara

34 13 34
                                    

Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk meninggalkan vote dan komentar. Terima kasih yang sudah vomment di bab sebelumnya.
Selamat membaca:*

———

Sama kamu itu kayak nonton dagelan, bawaannya pengin senyum terus—Oriza Litahayu

–Sweet & Bitter–

Juan: Besok kamu berangkat-pulang kuliah sendiri, ya?

Riza: Hm

Juan: Nggak mau nanya aku mau ngapain?

Riza: Kamu mau ngapain?

Juan: Aku mau ke Indramayu, lihat cafe. 2 hari. Nginep di rumah nenek

Riza: Iya

Juan: Hati hati lho ya. Jangan sampe kecapean

Riza: Iya😳

Juan: Jangan pake emoji itu

Riza: 😳

Juan: Za…

Riza: 😳

Juan: Jangan emoji itu, bikin greget

Riza: 😳

Juan:

–Sweet & Bitter–

Jarak antara cafe dan kampus tidak terlalu jauh, mungkin sekitar satu kilo meter. Makanya, saat jam pulang kuliah cafe selalu ramai oleh pengunjung. Karena jarak yang masih sanggup ditempuh dengan kaki, Riza memilih untuk tidak menggunakan kendaraan umum.

Sesampainya di cafe. Riza masuk lewat pintu belakang. Baru saja dia hendak melangkah ke toilet karyawan untuk mengganti kemeja lengan pendek dan rok payung selututnya dengan seragam kerja, suara Arif—tangan kanan Juan yang saat ini menghandle cafe, mengintrupsinya.

"Kenapa, Rif?" tanya Riza baik-baik.

"Lo gimana sih? Udah tau kalau sabtu cafe tambah rame, lo malah datengnya telat." Jelasnya tidak santai.

"Aku nggak telat. Jam kerjaku kalau hari biasa emang setengah hari. Kalau minggu penuh,"

"Enak banget lo,"

"Bukan gitu, Rif. Gaji aku juga nggak sama. Aku lebih sedikit dari kalian,"

Riza membuang napas. "Juan nggak ngasih tau kamu, ya?"

"Nggak,"

"Aku mau ganti seragam dulu,"

Arif memandang Riza remeh, membuat perempuan itu harus menelan saliva dengan susah. "Cepet ganti. Di depan rame," ucapnya.

"Satu lagi. Hari ini nggak ada jatah istirahat buat lo. Pulang kayak karyawan laki. Semua gitu,"

"Peraturan dari Juan?" tanya Riza. Setahunya Juan tidak akan tega perempuan bekerja sampai larut malam.

"Bukan,"

"Ya sudah berarti nggak. Bukan kamu kan yang ngegaji aku," sahut Riza berani.

Arif menggeram kesal. "Buruan. Jangan mentang-mentang lo gebetannya Juan bisa seenaknya. Peraturan tetep peraturan,"

Sweet & BitterWhere stories live. Discover now