Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk meninggalkan vote dan komentar. Terima kasih yang sudah vomment di bab sebelumnya.
Selamat membaca:*———
Menghina nggak apa, tapi kalau butuh sesuatu nggak malu?—Oriza Litahayu
–Sweet & Bitter–
Dua pekan berlalu, Riza mulai beraktifitas seperti biasa. Pergi kuliah—dia mengejar ketertinggalannya selama absen dengan baik, bekerja, mengerjakan tugas rumah. Dia juga sudah pindah ke apartemennya.
Jadwalnya sore ini setelah pulang kuliah adalah bekerja di minimarket. Beruntung pemilik toko tersebut memaklumi ketidakhadiran Riza selama seminggu lalu, sehingga dia masih bisa bekerja.
Langkah kaki Riza membawanya menuju motor Juan yang berada di area parkiran melambat saat matanya menangkap sosok Juan tengah berbincang dengan Natasya di tempat yang hendak ditujunya. Entah apa yang dibicaran, tapi sepertinya sangat asyik. Buktinya mereka tertawa satu sama lain.
Riza hendak berbalik, namun setelah sadar apa yang akan dilakukan, dia kembali berjalan. Menghampiri kedua orang yang mungkin saja sedang berada dalam fase CLBK—cinta lama belum kelar. Lagipula dia bukan siapa-siapa yang berhak mengatur Juan ingin berbincang dengan orang lain.
"Udah selesai, Za?" Juan bertanya saat Riza sudah berada di samping Natasya, di hadapannya. Riza balas mengangguk, malas berbicara.
"Gue duluan, ya, Sya." Juan naik ke atas harley miliknya, memakai helm, Natasya tersenyum dan mengangguk. Lalu Natasya berbalik, meninggalkan Juan dan Riza berdua.
Tangan Juan terulur untuk memberikan helm kepada Riza saat perempuan itu sudah duduk di boncengannya. Riza memakai helm tersebut tanpa bersuara.
"Aku tadi sama Natasya cuma bahas pelajaran. Nggak ada yang lain," Riza diam, sudah dibilang dia malas bicara. "Za?"
Bukannya menanggapi ucapan Juan, Riza malah membalas, "Ayo jalan,"
Juan mengangguk, menghidupkan mesin harley—gaya banget, 'kan, cowok satu ini—nya. Motor harley itu mulai membelah jalanan yang cukup padat, jam pulang kerja.
"Marah ya Za?" Juan menatap Riza dari kaca spion.
"Nggak,"
"Kok diem aja?"
"Kamu bisa diem, nggak?" Riza berucap ketus, membuat Juan berhenti berbicara karena dia tahu mood Riza sedang buruk.
–Sweet & Bitter–
Riza berbalik saat pak Aziz—pemilik minimarket tempatnya bekerja, memanggil namanya. Dia hendak pulang, ini sudah pukul setengah sepuluh malam. Tubuhnya terasa begitu pegal, ingin segera mandi dengan air segar.
"Kenapa, Pak?" balas Riza.
"Sebelumnya minta maaf. Saya akan memberhentikan kamu dari sini,"
Riza mengernyit halus. "Lho, kata Bapak saya masih bisa kerja meskipun seminggu kemarin nggak masuk."
"Iya saya ingat. Tapi maaf sekali. Saya juga akan menutup toko ini dengan segera. Saya sekeluarga mau pindah ke rumah orangtua saya, maklum beliau sudah tua dan tidak ada yang mengurus."
YOU ARE READING
Sweet & Bitter
Romance#ERASeries-1 Sweet and bitter, penggambaran hidup bagi Oriza Litahayu. Hidup mandiri sudah menjadi kebiasaan perempuan tersebut. Dirinya terlahir bukan menjadi sosok perempuan yang lemah. Sejak kecil dirinya sudah dibiasakan hidup dengan hati yang p...