Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk meninggalkan vote dan komentar. Terima kasih yang sudah vomment di bab sebelumnya.
Selamat membaca:*
———
Semua yang ada akan tiada, kembali ke asalnya—Juan wiradharma
–Sweet & Bitter–
"Kamu makan sana," titah Oma pada Riza saat dia baru pulang kerja, pukul sembilan malam.
"Pulang kok malam banget. Masih juga anak SMP, tapi pulangnya nggak tau waktu," lanjut Oma, menggerutu.
Riza merunduk.
"Iya, Oma." Balas Riza. Untuk saat ini dia tidak ingin membantah atau pun melakukan pembelaan untuknya sendiri.
"Besok-besok nggak usah kerja. Malu saya diomongin sama tetangga, mereka ngira saya memperbudak kamu."
"Maaf, Oma. Tapi aku kerja buat uang jajan aku. Oma nggak ada ngasih uang jajan,"
Sebenarnya di sekolah Riza jarang sekali ke kantin. Dia lebih serinb ke perpustakaan, mengerjakan tugasnya yang belum selesai—agar waktu kerjanya tidak terganggu. Uang hasil kerja itu dia simpan sebagai tabungan untuk masa yang akan datang.
"Heh! Kan udah saya kasih uang bulanan,"
"Itu cukup buat bayar SPP sekolah aku sama ongkos pulang-pergi aja,"
"Ya sebisa mungkin jangan boros. Sekolah jalan kaki apa salahnya,"
Riza mengangguk. "Permisi, Oma. Aku mau mandi dulu,"
Sekelabat bayangan kebersamaan dirinya dan Oma terputar. Saat itu dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Kalau tidak salah, kelas delapan semester genap. Dia bekerja di kedai kebab, uangnya ingin dia gunakan saat pendaftaran Sekolah Menengah Atas di Bandung.
Memang oma jarang sekali bersikap lembut kepadanya. Sebenarnya bukan hanya oma,… Diana, Sirly, maupun suami Diana juga sama. Tapi entah mengapa, mendengar kabar oma meninggal membuatnya tak rela.
Oma selalu bersikap kasar, tapi beliau masih mau menampungnya di rumah. Sekalipun tidak ada hubungan darah. Hal itu yang selalu membuat Riza merasa sungkan dan sayang kepada oma. Biarkan saja wanitu itu membencinya. Biarkan saja beliau tidak ingin melihatnya. Biarkan saja. Riza tidak ingin membalas, jasa beliau begitu berarti untuk Riza.
Perlahan, orang-orang yang datang ke acara pemakaman oma pergi setelah selesai membaca do'a. Riza yakin, oma pasti selalu bersikap baik. Terbukti, orang yang hadir di pemakamannya sangat banyak.
Sementara Riza masih tergugu, Juan dengan setia mengusap bahu perempuan itu. Dia tidak tega melihat Riza menangis sebegitu kencangnya.
"Siapa yang nyuruh kamu datang, hah?!" Diana tiba-tiba bertanya setelah makam mulai sepi. Matanya merah.
Riza semakin menyembunyikan wajahnya di dada bidang Juan. Tangisnya kian jelas.
YOU ARE READING
Sweet & Bitter
Romance#ERASeries-1 Sweet and bitter, penggambaran hidup bagi Oriza Litahayu. Hidup mandiri sudah menjadi kebiasaan perempuan tersebut. Dirinya terlahir bukan menjadi sosok perempuan yang lemah. Sejak kecil dirinya sudah dibiasakan hidup dengan hati yang p...