24| Langkah Bersama

26 8 26
                                    

Bismillahirrahmanirrahiim…
Ini aku up endingnya. Semoga suka ya.

Oke seperti biasaaa

Jika kalian menyukai bab ini, silakan pertimbangkan untuk meninggalkan vote dan komentar. Terima kasih yang sudah vomment di bab sebelumnya.
Selamat membaca:*

———

I'll make you love me—Juan Wiradharma

Do and hope—Oriza Litahayu

–Sweet & Bitter–

"Mau kemana kok udah rapi?" tanya Bunda begitu melihat Juan menuruni anak tangga dengan sudah memakai kaos polos, kemeja yang kancingnya dibuka sebagai luaran, dan celana jeans.

"Jemput Riza," balas Juan, duduk berhadapan dengan ayahnya yang terus memperhatikannya.

"Kenapa, Yah?"

"Sok ganteng kamu," Juan cengo mendengar ucapan ayahnya. "Biasanya jam segini masih pake boxer, sekarang udah pake jeans,"

"Wah, gimana nih Bun. Nggak mendukung anaknya mau pacaran,"

"Emang udah jadi pacar? Dari dulu juga masih calon," ayah memang jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong menukik sampai hati.

Bunda terkekeh. "Mau makan pake apa, Yah?"

"Ayam kecap," jawab ayah, mengerling pada bunda.

Mengambilkan sarapan untuk ayah, bunda menatap Juan. "Kamu mau makan pake apa? Diambilin apa ambil sendiri?"

"Ambilin, Bun. Minta tolong," cengirnya.

"Mau kemana sama Riza?" tanya ayah disela kegiatan sarapannya.

Bahu Juan menggidik. "Nggak tahu sih. Soalnya jam sembilan nanti juga harus ke cafe," Juan menerima piring berisi nasi dan lauk yang diulurkan bunda. "Makasih, Bunda cantik."

"Ajak bolos, Jun,"

Menggeleng, Juan menjawab, "Nggak mau itu, Yah. Jangankan bolos, telat aja suka marah,"

"Itu namanya disiplin," celetuk bunda.

"Hm. Bener, Bun," Juan berdecak pelan. "Ayah ini nggak beneran ajarannya,"

"Biarin," Ayah meminum susu yang sudah bunda sediakan di dekatnya. "Ayah berangkat dulu."

Ayah menyodorkan tangannya ke Juan dan bunda secara bergantian agar mencium punggung tangannya. Untuk bunda, bonus cium kening dari ayah yang berhasil membuat Juan kembali berdecak pelan.

"Umbar terosss," seloroh Juan.

"Nggak boleh iri, ya. Ayah berangkat. Assalamu'alaikum," ayah menepuk bahu Juan sebanyak dua kali, lalu benar-benar pergi bekerja.

"Riza kemarin ke sini,"

"Oh iya? Riza nggak cerita, Bun,"

"Capek mungkin, Jun. Seharian kerja, kuliah, beresin rumah. Riza itu tangguh sih kalo menurut bunda," komentar bunda diangguki Juan.

"Bener, Bun. Di cafe aja kalo nggak waktunya istirahat dia nggak mau duduk. Sungkan, katanya,"

"Heum," bunda menghela napas, tersenyum pada putranya. "Emang gitu kalo kehilangan orangtua. Apa-apa ya harus siap ngelakuin sendiri. Kayak Riza gini, ditinggal langsung sama keduanya. Riza jelas kesepian, Jun. Apalagi kalo lebaran, pasti deh dari malam takbiran nangis nggak berhenti. Keinget itu sama orangtua,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet & BitterWhere stories live. Discover now