3

26 6 12
                                    

Hai hai^^
Charmy back with chapter 3

Jangan lupa vote, comment dan follow ya

Typo bertebaran
Happy reading

________________________


Seorang laki-laki tampak memarkirkan motornya di area parkir rumah sakit. Kakinya melangkah masuk menyusuri lorong-lorong yang sunyi sore itu.

Setelah pulang sekolah tadi, Devan memutuskan untuk langsung mengunjungi ibunya. Ah, dia sangat rindu pada sosok itu. Semalam dia tidak sempat mengunjungi ibunya karena sang kakak, Sarah, melarangnya.

Devan membuka pelan pintu kamar tempat ibunya dirawat. Di dalam, dia bisa melihat Sarah yang sedang duduk di sofa sambil membaca majalah dan Kania yang tidur pulas di sampingnya.

"Kak, Mama udah sadar?" tanya Devan pelan. Dia takut membangunkan keponakan kecilnya yang sedang tertidur pulas.

Sarah mengangguk. "Tapi mama lagi tidur, dia sempet nanyain kamu juga tadi."

Syukurlah, Devan lega mendengarnya. Kalau saja dia memberi tau Sisil, gadis itu pasti akan sangat senang. Mengingat betapa dekatnya dia dengan sang ibu. Btw, mengingat Sisil membuatnya teringat kejadian di halte tadi. Dia kenal anak yang baru pindah itu, bahkan jauh sebelum dia pindah ke sekolahnya.

"Sisil gak ikut?" Pertanyaan Sarah sontak membuat Devan menolehkan kepalanya ke sang kakak.

"Sisil udah pulang duluan tadi," jawab Devan singkat.

Sarah tersenyum kecil lalu menatap sosok yang terbaring di ranjang rumah sakit itu. "Dia pasti seneng kalau tau mama udah sadar."

Pandangannya kemudian beralih ke si bungsu di hadapannya.

"Kamu pulang dulu sana, ganti baju, mandi, makan, terus kesini lagi. Jangan lupa ajak Sisil." lanjut Sarah.

Dia tidak suka melihat Devan yang pergi kesini tanpa mengganti seragamnya. Lagipula, Sarah tau jika Devan pasti merasa lelah.

Devan masih terdiam tak menanggapi sang kakak.

"Kenapa?" tanya Sarah karena adik bungsunya itu diam.

Devan menoleh, "Kak...."

Sarah mengangkat alisnya. Menunggu apa yang ingin adiknya itu katakan selanjutnya. Namun Devan hanya diam, Sarah tau dia ragu untuk mengatakannya.

"Kakak ngerti kalau kamu kangen Mama. Tapi untuk sementara, Mama tinggal sama kakak dulu sampai ayah pulang dari luar kota. Lagian kalau Mama pulang, gak ada yang jagain dia. Kakak kamu, Alvin aja sibuk pacaran ama tugas kantor mulu," jelas sang kakak, "jadi kalo ayah pulang, mama bakal kakak anter pulang."

Devan mengangguk kecil. Kakaknya memang benar. Jika Ayah tidak ada, kak Alvin pergi ke kantor dan dirinya sekolah, ibunya akan sendirian tanpa ada yang menjaga. Baiklah, Devan harus bersabar atau mungkin dia akan menelepon sang ayah agar cepat menyelesaikan masalah di kantor cabangnya itu.

Selama ini yang mengurus urusan kantor sebenarnya adalah Alvin. Ayahnya hanya diam di rumah dan bersantai bersama sang ibu karena usia beliau yang juga semakin menua. Namun ketika kantor cabang yang berada di luar kota terjadi masalah, ayahnya sendiri yang harus turun tangan menyelesaikannya.

ReplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang