4

14 4 1
                                    

Hai semua~^^
I'm back

Jangan lupa vote, comment dan follow^^

Typo bertebaran
Happy reading❤️

__________________________




Angin yang berhembus malam itu terasa dingin, membuat siapapun yang berada diluar akan mengeratkan jaket yang menempel di tubuh mereka.

Makanan dan minuman hangat mungkin menjadi pilihan yang tepat untuk menemani malam indah itu sambil berbincang dengan orang terdekat. Namun, hal tersebut sepertinya tidak berlaku bagi gadis bersurai hitam yang kini sedang duduk bersama rekannya sambil menikmati satu cup besar bubble tea.

Saat keluar dari rumah sakit tadi, Sisil mengeluh lapar. Namun ketika sampai di sebuah restoran, Sisil malah merengek pada Devan agar dibelikan bubble tea kesukaannya. Devan pun tidak punya pilihan lain selain menuruti sang gadis.

Disinilah mereka sekarang. Duduk di dalam Cafe yang cukup terkenal dengan suasana yang nyaman. Tempat tersebut sangat indah, ditambah dengan keberadaan jendela besar yang menghadap langsung ke arah jalan raya yang ramai.

Devan dan Sisil memilih untuk duduk di dekat jendela yang berada di pojok ruangan.

Devan menyesap hot choco yang dia pesan beberapa menit yang lalu. "Malem-malem gini gak baik loh, minum es." Ditatapnya gadis Di hadapannya itu dengan tajam. Dia heran kenapa Sisil bisa meminum es bahkan di cuaca yang dingin sekalipun.

Sisil tak menanggapi ucapan Devan. Dia hanya menatap cowok itu sekilas lalu kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, menatap jalanan yang dipadati kendaraan serta orang-orang yang berjalan di trotoar.

Sisil tersenyum kecil. "Gue dulu sering kesini sama dia."

Devan menyatukan kedua alisnya. Dia tidak tau siapa yang Sisil maksud. "Siapa?"

"Waktu itu gue masih kecil banget, sekitar umur 7 tahun. Kita sering keluar diem-diem, dateng kesini untuk beli bubble tea. Kita deket banget, tapi sejak Neneknya meninggal, gue nggak pernah liat dia lagi." Sisil bercerita singkat tentang teman masa kecilnya. Ah, dia benar-benar rindu sosok itu. "Gue nggak tau namanya siapa, tapi gue manggil dia Nata."

"So, dia tuh temen masa kecil lo? Kenapa nggak cari tau tentang dia aja?" tanya Devan penasaran.

Sisil tersenyum sendu. "Dia sama keluarganya hilang bagai ditelen bumi. Bahkan Bunda sama Ayah yang basically temen deket orangtuanya aja, nggak tau mereka kemana."

"Lo sayang banget ya, ama si Nata itu? Sampe sedih gitu tuh muka nyeritain tu anak."

"Enggak dong, kan sekarang udah ada lo." Sisil tersenyum lebar hingga lesung pipinya sedikit terlihat. Devan pun baru menyadari jika gadis di hadapannya itu memiliki lesung pipi.

Seseorang menghampiri Devan ketika Sisil sibuk menyeruput bubble tea miliknya yang tersisa sedikit.

"Eh Van, lo disini?" senyuman lebar gadis itu muncul menghiasi wajah cantiknya. Gadis itu lalu duduk di samping Devan.

Mata Devan membulat. Ia agak terkejut karena bisa bertemu dengan gadis itu.

"Eh, Vanya? Dari mana?"

ReplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang