1

9.3K 515 11
                                    

Jeno, Haechan dan Mark. Seperti biasa mereka melakukan kebiasaan mereka yaitu menindas, baginya tidak ada hari tanpa menindas orang lain. Sedangkan si korban hanya bisa pasrah dengan mereka.

Jeno, Haechan dan Mark, kini mereka berjalan masuk ke kelasnya, menuju bangku paling belakang. Jeno mendekat kearah pemuda yang duduk dibangku itu.

"Ikut gue. " Perintah Jeno.

"Jen mau apa lagi? "

Jeno menarik kasar tubuh pemuda itu membawanya keluar menuju halaman belakang sekolah, tempat yang sepi, biasa digunakan para siswa untuk membolos. Di tempat ini Jeno menghempaskan tubuh pemuda itu ketanah.

Akh...

Pemuda itu merintih saat tubuhnya bertabrakan dengan tanah. "Jeno kamu mau ngapain? " Tanyanya.

"Lo ga usah banyak nanya bisa ga sih! " Bentak Mark.

Jeno mendekat kearah tubuh pemuda itu dan menarik kerah bajunya. "Lo ga pantes ada disekolah ini, lo miskin! "

"Apa salahnya Jen? Aku disini juga mau sekolah, aku mau belajar, menuntut ilmu. "

"Gak usah sok-sok an deh lo! "

"Apa kamu ga cape selalu nyakitin aku Jen? "

Jeno menoyor kepala pemuda itu. "Itu udah hobi kami, hobi kami adalah nyakitin lo! "

"Tapi kenapa Jen? Aku ga pernah bikin salah sama kamu Jeno! " Bentak nya.

"Oh lo udah mulai berani sama kami ya? " Sahut Haechan.

"Jen, abisin gak? " Ucap Mark, mengkode Jeno untuk menghabisi lawannya.

Jeno semakin menarik kerah baju pemuda itu kemudian melayangkan tinjuannya pada pipi pemuda itu. "Lo ga usah sok berani, gue bisa cabut beasiswa lo sekarang juga! " Ucapnya kemudian kembali menghempaskan tubuh pemuda itu.

"Yak kalian! Apa kalian tidak mendengar jam pelajaran sudah dimulai beberapa menit lalu, tapi kalian malah bertengkar disini! Ikut saya sekarang juga! " Ucap guru yang melihat melihat mereka.

















***

Jeno, Haechan, Mark, dan pemuda itu baru saja keluar dari ruang BK. Guru memberi mereka sanksi point.

"Nana! " Panggil Renjun. Sejak tadi dia telah menunggu Jaemin didepan ruang BK, dia sengaja meninggalkan kelas ketika ada salah satu temannya yang mengatakan jika Jaemin masuk BK bersama dengan Jeno dan teman-temannya.

"Injun, kenapa kamu ada disni? Kamu bolos? " Tanya Jaemin.

Jeno, Haechan dan Mark yang melihat keduanya hanya menatapnya tak suka kemudian berlalu begitu saja.

"Ini karena kamu Nana, kamu kenapa sih? "

"Aku engga papa Injun. "

"Kamu bilang gapapa? Ini yang kamu bilang gapapa? " Ucap Renjun sembari menunjukkan luka di pangkal bibir Jaemin.

"Injun aku beneran gapapa kok. "

"Kamu tuh ya, kamu diapain aja sama geng iblis itu? "

"Ga diapa-apain. "

"Terus ini bibir kenapa bisa luka kaya gini? "

"Aku ja-"

"Ga, ini bukan jatuh. Kalau ada yang luka selalu aja bilang karena jatuh, kamu ditonjokkan sama mereka? Jawab Na! "

Jaemin mengangguk lemah. "Maaf Njun. "

Renjun mengusap wajahnya kasar. "Nana, kenapa sih harus minta maaf sama aku? Udah, aku bakalan labrak mereka nanti, liat aja! "

"Ga usah berurusan sama mereka Njun, lagian aku juga engga papa kan. "

"Sekarang mereka baru nonjok kamu Na, dan kamu bilang gapapa. Kita gatau apa yang bakal mereka lakuin ke kamu lagi kalo aku diem aja Na. "

"Percuma Njun, mereka ya mereka. Mau kaya gimana juga mereka ga bakalan berhenti. "

"Emang ya, mereka ga ada otak! "

"Lucu deh kalau marah gitu. " Ucap Jaemin terkekeh.

"Enak aja, aku ini beneran marah ya Na! "

"Iya deh iya maaf. Jangan marah dong. "

"Kamu bakal aku aduin ke bunda! "

"Eh jangan dong Njun. "

"Bodo amat, aku bakal aduin. "


















***

Renjun menyeret tubuh Jaemin untuk masuk kerumahnya, pasalnya pemuda itu tidak mau untuk ikut masuk kedalam rumahnya, hingga akhirnya Renjun terpaksa harus menyeret tubuh Jaemin yang lebih besar darinya masuk kerumahnya.

"Tunggu sini, ga usah kabur! " Sentak Renjun.

"Iya Njun, cerewet banget si. " Balas Jaemin.

Renjun berjalan masuk kedalam kamarnya, meletakkan tasnya dan mengganti pakaiannya. Kemudian keluar kembali pada Jaemin.

"BUNDA! " Teriak Renjun.

"Astaga Injun, telingaku. " Ucap Jaemin sembari menutup telinganya.

"Ga usah lebai! "

Bunda Renjun yang sedang berada di dapur pun akhirnya menghampiri Renjun ketika mendengar teriakan dari Renjun.

"Injun kenapa sih teriak teriak? " Tanya bunda Renjun.

"Bunda liat aja ini anak bunda kenapa? " Ucap Renjun sembari mendorong tubuh Jaemin untuk berhadapan dengan bundanya.

"Astaga Nana kamu kenapa? " Tanya bunda.

Jaemin hanya diam tak ingin menjawab.

"Berantem bunda. " Sahut Renjun.

"Astaga kamu berantem? Kok bisa sih? "

"Engga bunda engga, aku engga berantem. Renjun ih fitnah aja! " Jawab Jaemin.

"Iya engga berantem, tapi dikeroyok. "

"Astaga Jaemin, sini bunda obatin. Duduk dulu, Injun ambilin kotak obat ya? " Ucap bunda.

"Iya bunda. " Jawab Renjun kemudian berjalan mengambil kotak obat.

Jaemin dan bunda Renjun sedang duduk disofa. Bunda Renjun mengusap surai hitam Jaemin dengan lembut. "Nana kenapa bisa kaya gini? Cerita aja sama bunda, bunda ga marah kok. "

"Engga papa kok bun, anak sekolah bun, biasa kok. "

"Ada yang bully kamu disekolah? "

"Engga bunda, Nana engga papa kok. Emm ini mungkin tadi Nana salah ngomong sama temen Nana, jadinya dia emosi. "

"Tapi harusnya bisa diomongin baik-baik dong, ga harus pukul Nana kaya gini. "

"Bunda ini. " Ucap Renjun sembari memberikan kotak obatnya pada bundanya.

"Nana tuh terlalu baik kalau ke temen bun, dia diapa-apain diem aja. Makanya Injun tuh kadang kesel sama Nana kalau udah terlalu baik. "

"Iya maaf Njun. " Lirih Jaemin.

"Berarti udah tugas kalian untuk saling menjaga satu sama lain dong, Injun harus bisa ngelindungin adeknya, begitupun Nana sebaliknya. " Ucap bunda.

"Bunda, Injun, terimakasih ya udah selalu ada untuk Nana. " Ucap Jaemin kemudian memeluk keduanya.


















Tbc.



Hai.... Aku bawa cerita baru lagi, masih seputar  Jaemin, Jeno dan yang lainnya.... Semoga kalian suka yaaaa🥰


hate•na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang