'Calling'
Tuuut tuuut tuuut
'Calling'
Masih 'Calling'
Tetap 'Calling'
Pemuda berjaket hitam itu berdecak risau menatap layar ponselnya. Sudah hampir satu jam ia melakukan hal yang sama, mondar-mandir sembari menempelkan ponsel ke telinga.
Namun tetap saja, bahkan saat ia menelpon biasa hanya suara operator yang terdengar,
The number you are calling is not active or ...
Dua orang paruh baya yang duduk di depannya juga sama risaunya, menggenggam tangan sambil sesekali berkomat-kamit merapalkan doa.
"Kau dimana? Bukankah seharusnya kau berada di rumah?"
Ibu jarinya mengusap gambar foto profil akun WhatsApp si wanita, seikat tulip hitam dan kuning yang digenggam dengan latar lautan.
"Kumohon aktifkan ponselmu,"...
Sementara itu, di seberang sana,
Athya Uzhma sedang menuntun motornya menyusuri jalan raya. Hari sudah cukup larut, namun jalanan untung saja masih agak ramai. Ia tak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika jalanan sudah sepi. Hal-hal buruk mungkin saja bisa terjadi.
Sudah hampir satu kilo meter ia menuntun motor, akhirnya nampak juga sorot lampu SPBU di depan sana. Padahal biasanya ada banyak penjual bensin eceran di kanan kiri jalan. Namun tiap kali Athya menghampiri selalu saja jika tidak habis, penjualnya tidak ada.
Ahhh... Athya hari ini benar-benar berantakan, hingga ia tidak sadar jika bensinnya sudah kritis. Sesuatu yang sangat jarang terjadi.
"Kehabisan bensin, mbak?" Tegur pak penjaga SPBU ketika ia memarkir motornya.
"Iya, pak. Isi penuh ya, Pak"
Dengan nafas terengah-engah Athya menjawab lalu membuka tangki bahan bakar.
"Dimulai dari nol ya, mbak"
Athya hanya mengangguk. Saat ia mengangkat kembali kepalanya, tak sengaja matanya menangkap jam dinding yang terpajang di sana.
Alamaaak sudah jam delapan. Sudah berapa lama aku tadi menuntun sepeda?
Padahal seingatnya seusai jamaah Maghrib di kampus tadi ia langsung pulang.
Pagi sehabis kejadian foto berbingkai merah jambu, Athya bergegas berhijrah menuju perpustakaan. Pikirannya tidak bisa fokus. Ekor matanya juga selalu saja mengarah pada sudut meja Azza meskipun ia sudah sepenuh hati berusaha hanya menatap layar laptop. Setiap kali ia menuruti matanya untuk menengok, setiap kali itu pula hatinya bertambah ngilu. Ia harus menepi, ia harus menyepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus, Kutunggu di Aya Sofya
SpirituellesPria itu masih saja mematung di tempatnya berdiri, memandangi punggung wanita berhijab coklat susu yang sedang mendorong troli menjauh dan menjauh dari jangkauannya. Siapa yang tidak berat melepas kepergian kekasih hati? Sedangkan, Si wanita yang...