Dangerous Boyfriend•[Chapter 8]

2K 131 0
                                    

Chapter eight [Angry]

Elang menarik tangan Shella kasar dan membuka pintu apartemen nya. Ia mendorong tubuh Shella hingga jatuh ke sofa sungguh, Shella sangat takut apalagi melihat Elang yang sangat emosi.

Shella hanya diam ia sangat takut. "Kamu tahu apa kesalahan kamu"tanya Elang dengan datar dan suasana semakin tegang Shella hanya diam mulut nya terasa kelu untuk berbicara.

Sedangkan, Elang ia menggeram marah seperti Shella enggan menjawab. Ia mengangkat dagu Shella hingga mereka bertatapan tatapan tajam Elang membuat Shella menghindari nya tapi tak bisa.

"Aku udah tahu sejak tadi bahwa dia nelfon kamu bahkan kamu bohong aku bodo amat tapi tadi itu apa"ucap Elang ia sudah bersabar dari tadi pagi tapi untuk tadi ia sudah tak bisa menahan emosi nya.

Mata Shella sudah berkaca-kaca. "Itu semua cuman hal biasa"bela Shella menurut nya itu hanya pelukan perpisahan.

Mendengar jawaban Shella Elang tertawa Subang tapi langsung saja raut wajah nya berubah jadi menyeramkan. "Hal biasa aku meluk kamu aja kamu marah tapi dia meluk kamu di anggap biasa saja murahan"ucapan terakhir Elang membuat Shella emosi ia berdiri menatap Elang.

"Murahan asal loe tahu dia itu cowok yang gue suka dan dia nembak gue tadi harus nya ini jadi hal yang membahagiakan dalam hidup gue tapi,loe ngehancurin semuanya"

"Harusnya loe tahu gue ada di sisi loe karena ancaman gak bermutu. Inget loe cuma punya raga gue bukan hati gue dan gue bebas ngelakuin apa pun karena loe gak ada artinya di mata gue"

Shella mengatakan semuanya antara ia dan Ibra. Dan semua yang ia rasakan dan ia berharap Elang sadar dan akan melepaskan nya walau ia lebih takut jika reaksinya adalah emosi.

Elang mendekati Shella dan menatap nya datar entah apa yang ia rasa. "Gue juga gak peduli tentang rasa loe gue gak peduli intinya loe punya gue ngerti dan dia cowok yang loe cinta bisa mati hanya dalam hitungan detik"

Ancaman lagi yang di dapat Shella tapi ia tahu bahwa Elang tak main-main. "Jangan apa-apain Ibra dia gak tahu apapun"mohon Shella ia akan menyalahkan dirinya jika sesuatu terjadi ke Ibra.

"Jangan pernah sebut nama dia "ucap Elang dan pergi ia membanting pintu hingga terdengar suara keras dan Shella jatuh ke lantai ia menangis atas apa yang menimpanya.

Ia masuk ke kamar yang mungkin kamar Elang ia ke kamar mandi dan mencuci wajah nya walau air mata jatuh lagi. Ia duduk di kasur dan tanpa sadar tertidur pulas.

Elang yang emosinya sudah reda memasuki apartemen nya lagi . Sepi,kesan pertama saat Elang masuk tapi tak mungkin Shella pergi karena pintu nya ia kunci dan menggunakan password jadi akan susah untuk keluar.

Dan tas nya masih ada Elang berjalan dan memasuki kamar nya dan melihat Shella yang tertidur dan ia tersenyum tipis. Ia duduk di samping Shella.

Memandang Shella yang tertidur seharusnya ia tak terlalu kasar tadi. Elang,pun paham bahwa Shella belum menerima nya Elang memejamkan mata nya dan mengambil nafas lalu menghembuskan nya.

Ia mengusap pelan pipi Shella dan Shella sepertinya terusik dari aktivitas yang di lakukan Elang. Perlahan matanya terbuka ia duduk dan berhadapan dengan Elang.

"Maaf aku bangunin kamu"ucap Elang ia hanya ingin memberikan kenyamanan malah Shella terbangun.

"Soal tadi yang aku omongin itu jujur dan maaf kalau kasar"ucap Shella tanpa menatap Elang entahlah siapa yang salah ia minta maaf saja.

Elang hanya diam seperti nya ia enggan untuk berkomentar. "Lang aku gak tahu dan aku gak ngerti tapi tolong lepasin aku"Shella tahu ini akan memercikkan kemarahan Elang lagi.

Elang memandang Shella yang menunduk ia mengangkat dagu nya hingga mereka bertatapan. "Gak akan punyaku ya punya ku gak ada kata lepas ngerti dan ingat pilihan hanya ada dua bersama ku atau mati"Shella menelan ludah Nya susah payah.

"Tapi kenapa"

"Kalau aku bilang aku tertarik kepada mu karena kau menolong ku malam itu bagaimana"Shella hanya tersenyum tipis.

"Jatuh pandangan pertama itu klise banget"ucap Shella berkesan tak percaya mana ada jatuh cinta pada pandangan pertama semua itu butuh proses.

"Dan hal klise itu yang aku rasain"Elang bangkit dan berjalan ke jendela besar di kamar nya dan melihat langit malam ini. "Asal kamu tahu cinta adalah list terakhir yang ingin aku wujud kan dalam kehidupan dan melihat kamu cinta menjadi list pertama yang aku wujudkan"

Mendengar perkataan Elang Shella hanya diam terlalu sulit untuk percaya. Ia berdiri dan membelakangi Elang yang masih menatap lurus ke depan.

"Cinta gak harus dimiliki melihat orang yang kita cintai bahagia itu sudah cukup"ucap Shella dan ikut memandang langit malam.

Elang berbalik hingga mereka bertatapan. "Itu hanya untuk orang yang lemah kalau bisa memiliki mengapa harus di lepaskan"ucap Elang sungguh ia bukan tipe orang yang akan melepaskan sesuatu dengan alasan ia akan bahagia untuk apa jika ia bisa membuat nya bahagia.

"Egois"satu kata yang menurut Shella sangat cocok untuk Elang egois dia memang laki-laki egois.

"Kalau mengalah cuman menyakiti diri sendiri dan egois bisa buat bahagia kenapa tidak"balas Elang seperti nya Elang sangatlah pintar menjawab.

"Tapi ke egoisan itu menghacurkan orang lain"Elang sudah muak dengan kata-kata Shella itu tak kan mengubah pola pikir nya sama sekali.

Ia mendekat ke Shella dan bibir mereka menyatu tak ada pergerakan. Semuanya hanya sunyi dan mata mereka saling bertemu Elang melepaskan tautan bibir mereka.

"Shella semua yang kau katakan gak akan merubah apa pun aku bukan lah orang yang akan berubah hanya karena kata-kata"ucap Elang dengan tegas.

"Aku nyesel malam itu nolong kamu"mendengar ucapan Shella Elang tersenyum kecut. "Kamu nyesel tapi itu gak akan mengubah apa pun ngerti"ucap Elang dan meninggalkan Shella.

Hingga Shella sadar bahwa sekarang sudah jam 11 malam. Tamat riwayatnya alasan apa yang akan ia beri ke mama nya ia tak pernah pulang selarut ini apalagi ia hanya bilang akan makan malam.

Shella membuka pintu dan melihat Elang yang menonton tv. "Lang udah malam aku harus pulang"ucap Shella ia sangat takut apalagi di sini ia hanya bersama Elang.

Elang menaikan satu alisnya. "Nginep aja udah malam"ucap Elang santai dan memakan Snack nya dengan tenang.

Shella langsung duduk di samping Elang dan menatap nya kesal. "Tapi mama aku gimana"tanya Shella.

"Bilang aja nginep rumah temen"jawab Elang santai dan mematikan tv nya ia menarik tangan Shella.

"Mau kemana"

"Kamar lah udah malem"

"Nggak masa kita sekamar"

Elang tertawa dengan ucapan Shella. "Yang bilang sekamar siapa orang mau di anterin ke kamar sebelah atau emang mau sekamar"sungguh Shella sangat malu kenapa ia sok tahu sekali.

Shella berjalan dan masuk ke kamar sebelah kamar Elang. "Aduh kenapa tadi gitu"ucap Shella saat sudah di kamar betapa memalukan nya.

Ia tak kan sanggup untuk bertemu Elang sampai ia lupa nasib Ibra. Ia langsung jatuh ke kasur dan tertidur Elang masuk ke kamar dan melihat Shella.

Jangan tanya kenapa ia bisa masuk karena ini apartemen nya jadi sangat mudah ia masuk. Ia melihat Shella yang terlelap dan menaikkan selimut nya.

Tak lupa mencium kening nya dan nampaknya Shella tak terganggu atas apa yang dia lakukan.

"I am selfish but if it's about you all I will do even if it has to get rid of someone" ucap Elang sebelum mematikan lampu dan menutup pintu dengan pelan.

Ia berjalan ke balkon dan membiarkan angin malam menerpa badannya.

•••

Hai i'am Chocowriter
Vote
Follow
Typo bertebaran

See you next
Chapter

𝑫𝒂𝒏𝒈𝒆𝒓𝒐𝒖𝒔 𝑩𝒐𝒚𝒇𝒓𝒊𝒆𝒏𝒅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang