Bab 18 BINGUNG

4.6K 704 47
                                    


Bab 18

BINGUNG

Mentari mulai menyingsing ketika Cantika melajukan mobilnya menuju rumah, pikirannya terus tertuju ke Izzie yang sedang menunggunya. Memasuki gapura besar yang menuju ke kompleks perumahan tempatnya tinggal, tiba-tiba Cantika mendapat telepon dari seseorang.

Duh, Izzie-kah? batinnya sembari melirik ponselnya yang ia taruh di sebelah tempat duduk. Astaga! Pak Budi?!

Cantika membelalakkan mata, kaget mengetahui nama si penelepon. Dengan tangan gemetaran ia pun meraih ponselnya, ia berniat mengangkatnya walau ragu. "Ha-halo, Pak?" sapanya lirih begitu ia memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Halo Can, kata Izzie kamu sakit?"

Cantika mengatur napas karena takut Pak Budi curiga. "Betul, Pak Bud."

"Walah. Semoga cepat sembuh ya."

"Ma-makasih, Pak Bud."

"Begini, Can. Saya nelfon kamu karena saya lagi bingung."

"Ada apa memang, Pak?"

"Naskah yang masuk bulan ini banyak banget, Can, 150 naskah. Saya pusing ini mau nyuruh siapa buat nyeleksi, kalau Izzie sendiri kan kasihan."

Cantika mengangguk-angguk paham.

"Bantuin nyicil ya Can, sedikit-sedikit gak pa-pa. Kerjakan di rumah."

Ishhh, batin Cantika seraya menggelembungkan pipinya. Ini gimana masalah pribadi gue mau selesai ya kalau pengen libur pun malah tetep dikasih tugas. "Tapi, Pak...."

"Tapi?"

"Bukannya naskahnya sudah dikasih ke Gio?"

"Rencananya sih iya, mau saya bagi ke kamu, Izzie dan Gio. Tapi Gionya kan hari ini lagi sakit juga, tadi dia saya telepon dan katanya demamnya parah."

Cantika menelan ludah, matanya terbelalak. "Gio gak masuk, Pak?"

"Iya Can. Izzie juga gak masuk hari ini, dia nelpon saya beberapa saat kemudian, emaknya lagi sakit."

Nah nah nah, drama apa lagi ini?! Sumpah gue malah makin pusing. Bukannya tadi pagi Gio bilang lagi on the way ke kantor? Terus tadi Izzie bilang juga lagi nungguin gue di depan rumah karena mau ngasih copy-an tugas dari Pak Budi? Lah ini gimana ceritanya mereka berdua malah sama-sama gak masuk? Perlukah gue jelasin ke Pak Budi?

Cantika menghela napas dengan berat.

Tapi kalau ini malah makin rumit gimana? Tujuan utama gue kan mau menelusuri Zeesyam Ardio Rifat?

Dibuat bingung oleh kenyataan yang Pak Budi terangkan, akhirnya Cantika pun hanya bisa mengiyakan perintah Pak Budi karena ia pengen cepet sampai rumah, ia penasaran apakah Izzie benar-benar datang ke rumahnya atau tidak.

Gimana kalau sejak tadi pintunya dibukain sama Queen? Atau Albert? Dan Izzie sama Gio dateng lalu berbuat jahat di rumah gue?

"Halo, Can? Kok diam?" Suara Pak Budi mengalun lantang lagi di ujung telepon, membuat Cantika gelagapan.

"Iya, Pak, siap."

"Saya kirimin 50 naskah ya, pilih 3 saja, tapi kalau yang masuk kriteria penerbitan lebih dari tiga, tidak apa-apa, pilih saja. Jangan lupa kepoin akun sosmed pengirim naskahnya, siapa tahu orangnya famous, lumayan untuk pundi-pundi penjualan."

"Baik, Pak."

"Saya emailkan sekarang ya."

"Iya."

"Ya sudah, cepet sembuh ya Can."

"Te-terima kasih, Pak Bud."

Tut!

Telepon pun mati, menyisakan detakan kencang di dada Cantika. Tuhan, saya bingung, batinnya seraya terus melajukan mobilnya.

Tanpa Cantika sadari, pick up hitam yang disetir seseorang misterius ikut memasuki gapura yang menuju ke rumahnya. Pria berpakaian serba hitam itu menyeringai jahat sambil mengangguk-angguk seolah menemukan informasi baru yang berharga.

⚜️⚜️⚜️

Sampai di rumahnya, dahi Cantika dibuat mengernyit, sebab ia tak melihat keberadaan Izzie. Yang ia lihat malah Queen dan Albert yang berdiri di depan gerbang rumah dan memasang wajah khawatir, dua orang asisten Cantika itu lalu tampak buru-buru membukakan pintu gerbang untuk Cantika.

Cantika segera memasukkan mobilnya karena penasaran dengan ekspresi wajah Queen dan Albert. Begitu mobilnya terparkir di garasi, ia pun buru-buru turun. "Kalian kenapa?" tanyanya penasaran, disertai pikiran yang tidak-tidak.

"Lo nggak pa-pa, kan, Bu Can?" tanya Albert cepat sehabis menutup pintu gerbang, ia mendekati Cantika dengan napas memburu.

"Iya, Bu Cantika baik-baik saja, kan?" Kali ini Queen yang bertanya.

"Memang kenapa?" tanya Cantika yang malah jadi takut. Dilihat olehnya Queen dan Albert lalu jadi saling pandang dan sama-sama memasang wajah lega.

"Gak pa-pa kok," jawab mereka serempak.

Sontak Cantika merinding. Sumpah! Kejanggalan-kejanggalan ini semakin membingungkan gue, batin Cantika sambil berlalu masuk ke dalam rumahnya, begitu sampai kamar, tiba-tiba ia mendapat telepon dari Izzie.

"Halo, Zie? Kok lo gak ada?" tanya Cantika sembari merebahkan diri di atas ranjangnya, ia mendengus kesal.

"Maaf Mbak, saya tadi tiba-tiba ditelepon Emak, beliau bingung sama obat yang diresepkan dokter."

Masuk akal juga sih, batin Cantika. "Oh iya, kata Pak Budi emak lo lagi sakit, ya?"

"Iya Mbak, maaf ya Mbak, tugas dari Pak Budi nanti saya bantuin deh, kirimkan saja ke email saya."

Cantika mengangguk-angguk.

"Pokonya Mbak Can stay at home saja dulu ya!"

Loh kenapa nada bicaranya kayak khawatir? Gue harus mancing-mancing dia nih biar gue paham sama kejanggalan ini semua. "Emang kenapa, Zie?"

Tut!

Tiba-tiba Izzie mematikan telepon.

Tuhannn! Saya bingung dan saya semakin penasaran dengan teka-teka ini!

BERSAMBUNG....


BEAUTY & THE BIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang