BAB 15 WHATS WRONG WITH ME

4.7K 786 100
                                    


Cantika bergelung di atas ranjang kamarnya pada pukul 20:00 malam ini, sebuah film drama korea berjudul My Anoying Brother yang tayang pada TV besar di ujung ruangan tampak ia abaikan karena terus memikirkan Izzie.

Sesekali Cantika tersenyum ingat wajah Izzie, tapi sesekali juga ia berekspresi sedih, ia hanya merasa bersalah kepada asistennya itu. Minta maaf atau lupain aja seolah gak terjadi apa-apa? tanyanya berkali-kali kepada sang hati.

Gue yang salah di sini, batinnya lagi. Cantika tak mau menyalahkan siapapun. Mungkin besok aja pas di kantor gue bakal bersikap seolah-olah gak terjadi apa-apa, dan gue pengen nraktir Izzie nasi kuning.

Musik intro lagu 7 Rings-nya Ariana Grande mengalun lembut dari ponsel Cantika. "Siapa sih malam-malam gini nelvon?" gumamnya seraya meraih benda itu. "Loh, Gio?!"

Klik!

Cantika pun mengangkat telepon dari Andreva Giorendra itu.

"Hallo?"

"Malam Can." Suara Gio tampak terdengar ramah di ujung sana.

"Iya malam, ada apa Gi? Gimana kesehatannya? Udah mendingan?"

"Alhamdulillah udah Can."

"Mobil gimana mobil?"

"Beres, tadi udah aku ambil di bengkel dan jadi lebih enak saat dikendarai."

"Syukurlah."

"Kamu lagi apa Can?"

"Ummm, lagi...." Cantika bingung. "Lagi ngangkat telepon dari kamu Gi."

"Aku ada di resto Wings Oh Wings Can sekarang."

[Authtor says: inget resto ini, kan? Tempat yang waktu itu disebut secara asal ucap oleh Cantika di depan Gio demi menyembunyikan tempat tinggalnya yang sebenarnya]

Cantika menelan ludah.

"Aku ke kost kamu ya Can, mampir sebentar, ada yang mau aku omongin."

Waduh! Ini gimana? Tenang Can tenang. "Um, sebenernya, a-aku lagi di luar Gi."

"Di luar? Dimana Can?"

Cantika diam.

"Can, boleh aku jujur? Aku butuh temen ngobrol, aku mau ngobrolin sesuatu ke kamu."

Hening.

"Bisa ya?"

Cantika jadi semakin bingung.

"Can...."

"I-iya."

"Temui aku di Wings Oh Wings sekarang, please."

"Kamu mau sampai jam berapa di situ Gi?"

"Sampai kamu datang lalu kita ngobrol."

"Baiklah, aku mau nyelesaiin urusanku dulu abis itu ke sana."

"Thanks before, aku tunggu Can."

"Oke oke."

Tut!

Telepon pun mati, seketika tubuh cantika membatu seperti menatap mata Medusa.

*

Cantika melenggang memasuki restoran Wings Oh Wings (WOW) setelah memarkirkan mobilnya, ia mengenakan dress selutut warna biru tiffani dan sepasang high heels berwarna senada.

Setelah masuk, ia disambut aroma beef steak —yang menguar menggoda indra penciumannya, suara denting sendok dan piring, suara percakapan santai para pengunjung, juga suara musik Jaz klasik yang berbunyi lembut juga menyambutnya. Cantika mengedarkan pandangan.

BEAUTY & THE BIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang