Bab 11 sweet Izzie

4K 761 51
                                    

"Zie gue mau udahan dulu larinya, duh, nggak kuat," ucap Cantika di putaran pertama, dengan napas ngos-ngosan ia pun langsung berjalan menepi dan duduk di kursi tribun terbawah.

  "Minum dulu Mbak," ucap Izzie seraya mengeluarkan sebotol air mineral dari tas selempangnya yang dihadapkan ke dada. Ia membuntuti Cantika sebelum akhirnya ikut duduk di samping bosnya itu.

  "Ah iya," jawab Cantika seraya menerima minuman itu. "Punya gue malah ketinggal di loker zie."

  Izzie mengangguk paham, pandangannya lalu tertuju ke tengah lapangan, senyum tipisnya tersungging, sementara itu Cantika langsung menenggak minuman itu.

  "Jam berapa sekarang Zie?" tanya Cantika seraya menyerahkan minuman yang tinggal setengah itu, ia lantas mengusap keringatnya yang bercucuran di keningnya dengan punggung tangan.

  Izie menengok jam sportnya yang berwarna hitam. "Udah mau jam sebelas Mbak," jawabnya lalu mengambil tisue dan menyerahkannya ke Cantika.

  "Trims Zie," ucap Cantika seraya menerima tisue tersebut.

  "Abis ini masih mau lanjut lari nggak Mbak?"

  Cantika menggeleng seraya mengusap wajahnya dengan tisue, sementara Izzie mulai meminum air mineralnya. "Abis ini gue mau dijemput Albert Zie."

  Izzie mengangguk-angguk pelan.

  "Lo sendiri?"

  "Nyari makan siang, nasi kuning Mbak, seperti biasa."

  Cantika terkekeh. "Ah, lo bisa aja mancing kelaparan gue Zie."

  "Nasi kuning di seberang stadion recomended lho Mbak."

  Cantika terkekeh lagi. Kok gue jadi beneran laper ya? batinnya sendu. "Anterin gue ke sana yuk, jadi laper beneran gue."

  Izzie meringis. "Siap Mbak siap. Yuk."

  Cantika pun lalu bangkit dari duduknya, diikuti Izzie hingga akhirnya mereka berjalan beriringan menuju loker di dekat pintu keluar. "Ada makanan apa aja Zie di sana? Tapi gue lagi tertarik sama nasi kuning deng, suka sama kering tempenya."

  Izie tersenyum. "Banyak Mbak, ada soto, lontong kari, baso, mie ayam dan lain-lain. Mbak Can gak pa-pa kan makan di PKL?"

  "Ya gak pa-pa sih, asalkan selain recomended, kebersihannya juga terjamin."

  Izie tampak mengusap keringat di lehernya. "Terjamin deh Mbak, saya kenal yang jual nasi kuningnya kok, karena memang langganan tiap saya kemari."

  "Bagus dah."

  "Oh iya, pengiriman bannernya gimana Mbak Can? Selesaikah?"

  "Gue pusing Zie, makanya lagi diurus Albert, sumpah tadi itu antreannya panjang banget makanya gue tinggal aja."

  "Maafkan saya Mbak nggak bantuin dari pagi."

  Mereka pun sampai pada loker dimana Cantika menyimpan tasnya. "Lo kan emang gue liburin hari ini Zie, maafin gue ya suka ngerepotin lo, padahal kan hari libur memang bagusnya buat me time, kayak olahraga begini."

  Izzie terkekeh lirih. "Kayak sama siapa aja Mbak."

  Cantika pun memgambil tasnya usai membuka loker di hadapannya. "Loker lo dimana Zie?"

  "Di ujung Mbak, bentar ya saya ambil dulu."

  "Ok, gue tungguin."

  Izzie pun berlari kecil menuju loker di ujung ruangan, dilihat oleh Cantika cowok itu cuma mengeluarkan jaket biru navinya yang kegedean, juga celana training panjang yang langsung dipakai di tempat, membuat Cantika tersenyum. Selama kerja bareng dia, kok gue baru sadar kalau badan dia sebagus itu, hanya saja Izzie selalu tertutup model-model baju kegedean, batin Cantika dengan pandangan tertegun.

BEAUTY & THE BIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang