BAB 04 I LOVE MONDAY

4K 692 17
                                    

Sebelum lanjut, Aku dan Mbak Cepty mau nunjukin komentar readers terbaik soal pertemanan yang ada di bab sebelumnya. And this is it!

 And this is it!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yeaiiiii dapat hadiah spesiaaall yaaakkkk kencan ama @ikkowilliams di dumay hehehehee...

Happy Reading!

*

Kebanyakan orang benci hari senin pagi, benci ketika harus beraktivitas lagi, benci bertemu pekerjaan, dan alasan lain yang dibuat sendiri. Seolah-olah hari senin adalah musuh bebuyutan dari hari minggu.

Tapi, Cantika tidak merasakan itu, pagi ini dia melenggang dengan perasaan senang menuju kantornya usai memarkirkan mobilnya. Padahal, pekerjaan yang padat menantinya di dalam gedung berlantai enam itu.

Semua itu karena Andreva Giorendra, sosok pria yang hanya dengan sekali mengobrol, Cantika seperti sudah mengenalnya lama sekali, rasanya langsung cocok. Wajar nggak sih kalau gue sepede itu? batinnya saat memasuki lobi kantor. Toh Cantika masih merasa tidak ingin terlalu percaya kalau Gio menyukainya. 

"Mbak, Can. Tunggu!"

Cantika disusul Izzie ketika kakinya baru saja melangkahi ambang pintu, gadis itu langsung menoleh, mendapati Izzie tampak tergopoh-gopoh memeluk tas berisi laptop. "Eh, ada si penikmat film FTV Azab. Nah gitu dong, manggil Embak dimanapun berada." Cantika langsung mengedipkan matanya kepada Izzie, hatinya benar-benar sedang membaik pagi ini.

Izzie menyeringai lebar. "Mbak, kerjaan kita hari ini bakal banyak banget."

Cantika dan Izzie lalu berjalan beriringan menuju lift yang tak jauh dari meja reseiptsionis, beberapa office Boy   yang memakai seragam warna biru muda  menyapa mereka ramah.

"Pagi, Bu Can, Pak Izzie," sapa Melani, office girl bertubuh langsing yang bertugas mengantarkan minuman. "Mau kopi nggak nih?"

Cantika dan Izzie lalu menghentikan langkah. Izzie tampak membenarkan kacamatanya yang melorot. "Boleh, capuchino aja, Mbak Mel," jawab Izzie sambil tersenyum, menampakkan giginya yang kecil-kecil dan rapi.

"Bu Cantika mau kopi apa nih?"

"Samain aja, Mel," jawab Cantika. "Antar ke ruangan saya di lantai tiga ya."

"Siap, Pak, Bu," ucap Melani sebelum akhirnya bergegas.

Sepeninggal Melani, Cantika dan Izzie lalu memasuki lift yang menuju ke ruangan kerja mereka.

"Kerjaan banyak darimana, Zie?" tanya Cantika sambil meraih ponselnya di dalam tas, ia mengamati lagi agendanya hari ini.

"Pekerjaan dadakan, Mbak, dari Pak CEO a.k.a Pak Budi, nge-layout naskah yang bakal terbit lima hari lagi."

"Astaga dragon, emang Pak Sumargo kemana?" tanya Cantika, menyebut layouter professional di perusahaan itu.

"Pak Sumargo sakit, Mbak, beliau cuti lima hari."

Cantika mengernyit  lalu menggelembungkan kedua pipinya. "Oke oke, kita atasi bareng ya? Soalnya gue ada banyak jadwal upload banner sama ngirim stand banner ke toko buku se-Jakarta."

Izzie mengangguk.

Mereka pun sampai di lantai tiga dan segera bergegas memasuki ruangan kerja berdinding biru laut itu.

"Gue tau kerjaan lo juga banyak, Zie. Lo hari ini harus balesin ribuan email sama DM-an yang masuk ke sosmed kantor ini, kan?" Cantika menatap asistennya itu dengan ragu. Pasalnya kerjaan Izzie hari ini memang banyak banget.

"Insyaallah saya bisa menyelesaikannya, Mbak." Jawaban yang selalu menenangkannya. Memang khas Izzie banget.

Cantika mulai duduk di hadapan meja kerjanya yang terdapat komputer besar. "Kita atasi bareng pokoknya," ucap Cantika. Dilihatnya Izzie lalu duduk menghadap meja kerja di seberang Cantika.

Hingga....

Kringgg!

Telepon di meja Cantika berdering, ia lalu membelalakkan mata kepada Izzie menyadari itu adalah telepon dari Pak Budi. "Halo, Pak?" Cantika langsung menyapa.

"Can, Izzie udah bilang ke kamu belum kalau layouter kita hari ini cuti?"

"Sudah, Pak."

"Habis ini saya kirim dua naskah mentahan yang baru selesai diedit ya, tugas kamu cuma nge-layout aja kok. Contohnya saya kirimin juga."

Cantika cemberut seraya mengacungkan dua jarinya ke arah Izzie.

Cantika nangis dalam hati. "Ba-baik, Pak. Deadline kapan ya, Pak, tapi?"

"Tanggal dua puluh, alias lima hari lagi."

Uwaaa! Jahat banget bapak tua satu ini! rutuk Cantika dalam hati.

Keheningan menyeruak.

"Bisa ya, Can? Saya mohon?"

Cantika menelan ludah sebentar. "Bisa, bisa." Padahal dia juga malah baru tahu ilmunya Layout itu dari Izzie, asistennya itu memang bisa diandalkan.

"Nah, karena saya paham itu bakal makan banyak waktu, selain dibantu Izzie, saya juga akan menugaskan karyawan lain untuk membantu kamu."

Dahi Cantika mengernyit. "Baik, Pak. Siapa, Pak, orangnya?"

"Andreva Giorendra."

Seketika, mata Cantika terbelalak, wajahnya mendadak semringah padahal beberapa detik lalu sempat dilanda mendung tujuh lapis.

"Oke, kalau gitu selamat bekerja, Can," ucap Pak Budi mantap. "Pagi ini Andreva bakal ke ruangan kamu."

"Ba-baik, Pak."

Pak Budi langsung mengakhiri sambungan itu. Cantika bahkan tidak sabar untuk meletakkan telepon lagi di tempatnya.

"Izzieeeee!" Cantika menjerit kegirangan sambil bangkit dari duduknya, ia senang bukan main.

"Ada apa, Mbak?" Izzie terheran-heran oleh tingkah wanita itu.

"Gio, Zie, gio bakal bantuin kita."

Senyum Izzie langsung tersungging mendengar itu. Pria itu tersenyum dengan tulus dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Cantika.

Tiba-tiba....

Tok tok tok!

Pintu ruangan itu diketuk seseorang dengan lembut, sontak Cantika dan Izzie saling tatap lagi.

Ini pasti Gio, batin Cantika tak sabar.

Cantika segera beranjak berdiri dari duduknya, mencegah Izzie yang sudah beranjak dan melangkah ke arah pintu.

"Biar gue aj," ucapnya kepada Izzie yang langsung dibalas oleh Izzie dengan anggukan.

Cantika membenarkan rambutnya yang pagi ini dikuncir ekor kuda, lalu membenarkan blazer warna burgundy yang melekat di tubuhnya. Dia melangkah ke arah pintu dan mengucapkan bismilah di dalam hati. Lalu perlahan tangannya memutar handel pintu. Padahal dia tidak harus melakukan itu. Tinggal bilang masuk begitu pasti Gio akan dengan cepat membuka pintu sendiri. 

Saat pintu terbuka mata Cantika makin berbinar, karena sosok di depannya benar-benar sosok malaikat yang diturunkan ke bumi. Sempurna.

BERSAMBUNG

Ini tuh jatahnya emak up wkwkw tapi sayang sakit tiba-tiba melanda, dan akhirnya tetep dedek ikko yang nulis tapi eksekusinya ditambahin sama emak dikit2 duhh kok panggilnya emak ya berasa tua banget. Panggil kakak cepty aja yak hahahah biar awet muda gitu... yoweessss segitu dulu ya. Yang penting masih ada anaknya nisa dan Rifat di sini yang masih author sembunyikan identitasnya. Ok selamat menebak deh.

YASH! THANKS FOR READING, MANTEMANS. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

Salam sayang,

Cepty Brown & Ikko Williams

BEAUTY & THE BIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang