Chenle POV
Gua lari tergesa-gesa menuju kelas Renjun Hyung, dengan pikiran yang tak kalah paniknya dengan hati yang sedang bergemuruh disana.
Melewati kelas tanpa peduli untuk sekedar menaruh tas sebentar saja, dan tak peduli lagi apakah di dalam kelas itu ada si Jisung yang entah gua gak tau dia sudah tau kabar tersebut atau tidak.
Melihat kumpulan tiga orang, gua mendatanginya dan mereka yang peka akan kehadiranku langsung menatapku, mengatur nafas yang terengah-engah sembari menarik nafas dalam-dalam untuk menetralkan mental yang sedang terombang-ambing.
"Hyungg...hiks" gua baru bisa mengeluarkan kata itu setelah selesai mengatur nafas.
"Shtt udah udah, mungkin udah takdir, masih ada kita, tenang ya, jangan nangis dong malu tau diliat orang" Renjun hyung langsung spontan memeluk ku dan mengusap kepala ku.
Tak peduli orang ingin mengatakan gay atau apapun itu, kita bersahabat seperti sudah bersaudara, skinship sudah sering kita lakukan bahkan hampir setiap saat.
Memilih acuh dengan tatapan dan perkataan orang lain, gua lebih memilih untuk menundukan kepala sambil bersandar pada bahu Renjun hyung, menumpahkan semua tangisan dan rasa sakit yang menjadi satu, tak dapat dipungkiri bahwa aku butuh sandaran sekarang.
"Eumm... gua minta maaf kalo kemaren sikap gua aneh, gua terlalu ke bawa suasana aja kemaren" Jeno mulai berbicara.
Satu fakta mereka bertiga berkumpul dari tadi di depan kelas Renjun dan Jeno tapi yang membuka pembicaraan hanyalah Renjun dan Jaemin.
"Ga apa yang penting Lo sudah mulai nge-ikhasin Mark" Jaemin.
"Hiks, tapi kenapa Haechan hyung juga harus jadi ikut korban hiks" gua masih bersandar pada bahu Renjun hyung tapi tak mulut ini mengajak untuk membicarakan masalah ini secara detail.
"Hush udah jangan nangis terus, masa orang kaya nangis di depan umum gini, ya walopun sebenarnya gua bakal ngerasa kesepian di kelas karena sudah ga ada lagi teman bacotan gua" dapat ku lirik Jaemin hyung tersenyum manis tapi aku tau dari pandangan matanya dia menyimpan rasa sedih yang luar biasa.
Gua menarik diri dari pelukan Renjun hyung yang sedari tadi menepuk punggung belakang ku untuk mengantarkan kehangatan agar aku bisa lebih tenang.
Memang aku sering beradu bacot dengan Haechan hyung, tapi ketahuilah orang yang benar-benar ku sayang sebagai teman—ralat bukan teman lebih tepatnya seperti saudara dari anak dreamies yang lain selain Jisung adalah Haechan hyung.
Di balik sikap nya yang selalu minta di hajar itu dia sebenarnya orang yang baik, bahkan sempat waktu itu aku jatuh sakit dan tidak turun sekolah hanya karena demam tapi Haechan hyung yang paling khawatir terhadapku.
Tak dipungkiri ketika dia menjenguk ku ke rumah dia banyak menceramahi ku segala hal bahkan sampai dia tak tau kalo aku sudah memasang airpods di kedua telingaku sangking muaknya mendengar ocehan nya itu.
Bahkan yang lain lebih memilih untuk memakan cemilan, bermain hp sambil menumpang WiFi, bahkan ada yang bermain Playstation 4 di kamar ku, tanpa mempedulikan Haechan hyung yang terus saja menceloteh di samping ku.
Jika saja waktu itu Renjun hyung tidak mengajak Haechan untuk memakan cemilan bersama mungkin sampai mereka pulang Haechan hyung akan terus berceramah, menarik tangan Haechan meninggalkan diriku sendiri di ranjang king size ini dan memakan cemilan di sofa kamar ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiding or Playing || NCT Dream ✔
Mystery / Thriller🄲🄾🄼🄿🄻🄴🅃🄴🄳 Hanya ada dua pilihan, bersembunyi atau bermain. Bersembunyi berarti lebih memilih menyelamatkan diri sendiri tanpa mementingkan keselamatan yang lain, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dia tidak akan menemukanmu. Bermain ber...