Sepupu Haechan kembali?

198 23 10
                                    

Haechan POV

Pembunuh ini membantu ku untuk bangun dengan perlahan dan menyandarkan ku di dinding belakangku.

Aneh bukan?

Mungkin yang kalian pikirkan adalah kenapa si pembunuh ini membantu ku, ya kalian pikirkan saja dia hanya menyandarkan ku di dinding tapi tidak mengobati ku dan soal pisau-dia sudah mencabutnya secara paksa tadi.

Tapi bagi ku yang aneh adalah, dia membantu ku secara tidak langsung menyalurkan kehangatan padaku, dan rasa hangat ini lah yang betul-betul membuatku berpikir seribu kali lebih pusing.

Semua pikiran ku bertabrakan, seperti sedang terjadi sebuah kecelakaan besar di persimpangan lampu merah.

Tapi semua itu pikiran itu bersambungan mengenai asumsi ku siapa sebenarnya pembunuh ini, mengapa dia ingin membunuhku malam ini, dan apa alasan dia meneror kita selama ini.

Dan, jangan lupakan...

Perasaan negative ku yang muncul sedari tadi karena merasa seperti kenal dengan siluet orang di depan ku ini apalagi pas menerima bantuan tadi, rasanya seperti dejavu.

Yang benar saja jika itu dia, dia orang yang baik kepadaku, bukan hanya kepadaku tapi sama yang lain juga.

Aku melihatnya berjalan ke arah ranjang ku, duduk di pinggirnya, dan memainkan sambil memutar-mutar pisau kecil itu.

"Lo tau, gua dari kecil itu selalu dikekang oleh ayah gua, harus belajar terus menerus, mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan selalu mendapatkan siksaan yang tidak sepadan untuk anak kecil berumur enam tahun itu"

Aku hanya memilih untuk mendengarkan dari pada memotong ucapan nya se-tidaknya aku menghemat tenaga ku yang terus terkuras terlebih lagi darah masih terus mengalir deras keluar dari area kulit ku yang terluka.

"Ibu gua sakit parah, dan beliau hanya dirawat di rumah saja dengan mengkonsumsi obat-obat yang selalu di berikan oleh ayah, padahal aku tau beberapa dari obat itu tidak sesuai dengan resep dokter dan beberapa ada yang sudah kadaluarsa"

Aku merasa mulai sedikit tertarik dengan ceritanya, walau rasa sakit terus menjalar ke seluruh tubuhku ditambah peluru yang masih tersangkut di dalam lengan kiriku.

"Gua bukan berasal dari keluarga yang ekonominya rendah, bahkan bisa dibilang kehidupan gua itu lebih dari cukup, tapi ayah gua ga pernah mau bawa almarhum ibu ke rumah sakit untuk penangan lebih lanjut, dan gua ga pernah tau, penyakit apa yang di derita beliau karna umur gua masih terlalu belia waktu itu"

Suara itu, sedikit berbeda tapi gua ngerasa itu memang suara dia.

"Sampai akhirnya tepat 1 bulan sebelum ulang tahun gua yang ke tujuh tahun, beliau menghembuskan nafas terakhirnya,dan semenjak itu hidup gua benar-benar berubah"

Dia menjeda kalimatnya.

"Ga ada lagi yang nama nya keluar rumah, ga ada lagi yang nama nya bersekolah di luar sana, ga ada lagi yang nama nya berteman, ga ada lagi yang nama nya kasih sayang, dan ga ada lagi yang nama nya istirahat, bahkan sejak saat itu gua jadi mengenal seperti apa seorang psikopat itu"

Sepertinya gua mulai ngerti apa maksud dia bilang "Seseorang tidak akan berbuat jahat apabila dia tidak disakiti bukan"

"Ayah gua bukan lagi main kasar seperti memukul atau mengurung gua di dalam gudang, tapi setiap dia kesal dia selalu mengikatku di kursi dan perlahan mulai menyayat kulit kaki ku, menggoreskan pisau di pipiku, dan menjahit sendiri luka lebar di tanganku yang dia buat sendiri bahkan aku baru sadar sekarang jika dulu dia mempunyai kepribadian ganda"

Hiding or Playing || NCT Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang